Ada gak yah hakim kayak gini nih
di Indonesia??
Pada suatu sore Abu Nawas sedang
mengajar murid-muridnya, tiba-tiba ada dua orang tamu datang ke rumahnya. Yang
satu seorang ibu pemilik warung kopi dan yang satunya lagi seorang pemuda orang
mesir. Setelah berbincang bincang
sebentar dengan ibu penjual kopi Abu Nawas ngobrol dengan pemuda Mesir. Setelah ngobrol panjang lebar menceritakan
kesusahannya pemuda dan ibu itu pulang.
Setelah ibu dan anak muda itu
pulang, Abu Nawas menyuruh muridnya berhenti belajar. Kemudian berkata,”Murid-muridku,
nanti malam kalian datang lagi kemari, bawa cangkul, linggis dan alat apa saja
yang bisa buat bongkar bangunan.”
Murid-muriidnya bertanya,”Buat bongkar bangunan apa tuan guru?”
Abu Nawas,”Bawa saja, nanti malam
aku jelaskan.”
Sesuai perintah Abu Nawas, malam harinya
para murid Abu Nawas berkumpul di depan rumah Abu Nawas komplit dengan
alat-alat yang diminta, ada yang membawa cangkul, golok, linggis dan kapak. Abu
Nawas memanggil mereka dan berkata,”Murid-murid, sekarang kalian datang ke
rumah Pak Hakim, hancurkan rumahnya!”
Murid-muridnya pada terkejut dan
bertanya,”Kenapa Tuan kami harus menghancurkan rumahnya?”
Abu Nawas,”Lakukan saja!”
Murid-muridnya tak ada yang
beranjak satupun, mereka serba bingung dengan perintah Abu Nawas.
Abu Nawas mengerti keraguan
murid-muridnya, dia memperjelas perintahnya,”Kalian berangkat saja ke rumah Pak
Hakim, hancurkan rumahnya, kalau ada yang mencegah kalian teruskan aja jangan
dipedulikan, nanti kalau ada yang bertanya, katakan di suruh Abu Nawas!”
Setelah mendengar penjelasan Abu
Nawas, mereka yakin dengan perintahnya, beramai ramai berangkat ke rumah pak
Hakim, tanpa dikomando lagi segera mereka menghancurkan rumah Pak hakim. Jendela,
kaca dan pintu hancur berantakan begitu pula pagar rumahnya. Tetangga pak Hakim
pada berkumpul heran melihat kelakukan murid-murid Abu Nawas, mereka berusaha
menghentikan perusakan, tapi karena jumlah murid Abu Nawas banyak, mereka
akhirnya membiarkannya.
Mendengar keributan di luar, Pak
Hakim segera keluar rumah, dan kaget dia
melihat banyak orang-orang yang membawa senjata dan menghancurkan
rumahnya.
Pak Hakim berteriak,”Hai, sudah
gila kalian, kenapa kalian menghancurkan rumah saya?”
Murid-murid menjawab, “Kami
disuruh Tuan Guru kami Abu Nawas,”.
Habis menjawab begitu murid-murid
Abu Nawas melanjutkan menghancurkan rumah Pak hakim sampai rata dengan tanah. Pak
hakim hanya bisa marah-marah, tapi dia tidak bisa menghentikan perbuatan mereka
karena terlalu banyak. Dan tak ada satu pun orang yang membantunya.
Pak Hakim berteriak-teriak, “Dasar
Abu Nawas, sudah gila kau, awas ya, besok akan aku adukan ke Baginda, biar dia
penjara seumur hidup.”
Esok harinya, pak Hakim
mendatangi Baginda Raja dan mengadukan perbuatan Abu Nawas. Setelah menerima
laporan, Baginda memerintahkan prajuritnya untuk memanggil Abu Nawas. Setelah
Abu Nawas menghadap Baginda, ia ditanya, “Abu Nawas, benar kamu menyuruh
murid-muridmu menghancurkan rumah hakim itu?”
Abu Nawas menjawab, “Benar
Baginda, sebabnya ialah, semalam hamba bermimpi Tuan Hakim menyuruh saya
menghancurkan rumahnya sebab rumah itu sudah tidak cocok lagi dengannya, Dia
mau membangun yang lebih luas Baginda.”
Baginda heran dan berkata, “Hai
Abu Nawas, memangnya boleh hanya dengan mimpi kamu melakukan sebuah perintah? Hukum darimana yang kamu
pakai itu?”
Abu Nawas menjawab, “Hukum tuan
Hakim sendiri, Baginda,”
“Hai Hakim, apa benar kamu punya
hukum seperti itu?” Baginda bertanya.
Hakim hanya diam saja dan
menunduk. Baginda pun jengkel merasa dipermainkan.
“Abu Nawas jangan membuatku
bingung, coba kamu ceritakan bagaimana ceritanya?” Perintah Baginda
Baiklah Baginda,” Abu Nawas
menjelaskan, “Baginda, beberapa hari yang lalu ada seorang anak muda berdagang
ke kota Bagdad ini sambil membawa harta yang banyak. Pada suatu malam dia
bermimpi menikah dengan putri Hakim dan membayar mas kawinnya sekian banyak. Mimpinya itu
sampai kepada Tuan Hakim. Si anak muda ini diminta mas kawinnya seperti dalam
mimpi. Jelas, anak muda itu tidak terima. Di sinilah Baginda, kezaliman pak
Hakim, dia merampas seluruh harta anak muda tersebut sehingga dia
terlunta-lunta di kota Bagdad. Akhirnya seorang ibu penjual kopi menolongnya
dan mengantarkannya kepada saya, demikian Baginda awal kisahnya.”
Baginda terkejut mendengar cerita
Abu Nawas. Tapi karena ceritanya meragukan, Baginda memerintahkan membawa anak
muda dari mesir tersebut ke hadapannya. Karena anak muda itu ikut dengan Abu
Nawas, tetapi hanya menunggu di depan istana, dalam waktu yang singkat dia
datang ke hadapan baginda.
“Hai anak muda, ceritakan
kepadaku tentang kisahmu di kota ini, jangan kau tutup tutupi sedikitpun!” Perintah
raja.
Anak muda tersebut menceritakan
peristiwa yang menimpanya persis seperti yang diceritakan oleh Abu Nawas. Dia pun
membawa saksi yaitu pemilik penginapan
tempat dia tidur dan ibu penjual kopi.
“Kurang ajar, aku ternyata telah
mengangkat seorang hakim yang zalim.” Baginda raja murka dan berkata kepada
hakim “Hai Hakim, sekarang juga kau dipecat, dan seluruh harta bendamu akan
diserahkan kepada anak muda ini.”
Setelah perkara selesai, dan
harta bendanya kembali, anak muda mendatangi Abu Nawas dengan membawa berbagai
hadiah sebagai tanda terima kasih. Namun Abu Nawas berkata, “Janganlah engkau
memberiku barang sesuatupun kepadaku. Aku tidak akan meneriman.” Anak muda itu
semakin kagum kepada Abu Nawas. Dan kisah hidupnya dia ceritakan di negeri
Mesir setelah kepulangannya. Sehingga nama Abu Nawas semakin terkenal.
Adakah hakim seperti ini di
negeri kita?
Anda bisa melihatnya di televisi
dan surat kabar....Andai saja ada orang seberani Abu Nawas dan sebijaksana
pemimpinnya...
0 komentar:
Post a Comment