Friday 28 August 2015

The Terrible Leak

Retold
By Yoshiko Uchida

One rainy night, long, long ago, a small boy sat with his grandmother and grandfather around a chaacoal brazier. Warming their hand over the glowing coals, they told stories and talked of many things. Outside, the wind blew and the rain splattered on the thatched roof of the cottage.

The old man looked up at the ceiling saying,"I surely hope we dont have a leak. Nothing would be so terrible as to have to put up a new thatched roof now when we are so busy in the fields."
The little boy listened to the lonely wail of the wind as it whipped through the bamboo grove. He shivered and turned to look at his grandfather's face. It was calm and smiling and unafraid.

Wednesday 26 August 2015

Why the Sun and the Moon Live in The Sky

www.missadventures.us
Many years ago the sun and water were great friends, and both lived on the earth together. The sun very often used to visit the water, but the water never returned his visits. At last the sun asked the water why it was that he never came to see him in his house, the water replied that the sun's house was not big enough, and that if he came with his people he would drive the sun out.
He then said, "If you wish me to visit you, you must build a very large compound; but I warn you that it will have to be a tremendous place, as my people are very numerous, and take up a lot of room."

Teki-teki Abu Nawas : Ayam dulu atau telur dulu????

www.ripleynurseries.co.uk
Teka-teki ini dari jaman baheula sudah sering kita dengar. Tapi tak pernah ada yang memuaskan jawabannya. Ayam dulu laaah...kan telor dari ayam" terus ayam dari apa? dari telor kan??? bulak balik dekok. coba kita tanya Abu Nawas apa jawabannya ???

Suatu hari Baginda Raja melihat induk ayam dan anak-anaknya bermain di halaman istana. Timbul pertanyaan dalam dirinya, manakah yang lebih dulu, ayam atau telornya. Semakin lama dipikirkan semakin Baginda pusing sendiri. Akhirnya dia memutuskan untuk membuat sayembara ke seluruh negeri yang isinya 
"Barang siapa yang bisa menjawab mana yang lebih dulu ayam atau telor maka akan mendapat hadiah sekantung emas"
Ada dua syarat yang dalam menjawabnya. Pertama jawaban harus logis, masuk akal. yang kedua peserta harus dapat menjawab sanggahan dari Baginda.

Legenda Rakyat Kalimantan Selatan : Legenda Gunung Batu Hapu

www.griyawisata.com
Siapa yang pernah ke kota Rantau Kabupaten Tapin  Kalimantan Selatan? Jangan lewatkan berkunjung ke Gunung Batu Hapu. 

Cerita tentang Gunung Batu Hapu, sedikit ada kemiripan dengan ceritanya Malin Kundang di Sumatera Barat. Nah sebelum berkunjung kesana ada baiknya kita mengetahui sedikit banyak tentang legendanya. cekidot...

Konon menurut orang tua-tua, dahulu di dekat kota Rantau-sekarang Ibu Kota Tapin- tinggallah seorang janda tua bernama Nini Kudampai beserta anaknya yang bernama Angui di perbatasan desa Tambarang dan Lawahan.

Wednesday 19 August 2015

Syair Bidasari 8 : Siti Bidasari membeli kipas Puteri


Segala pakaian semuanya ada
hanyalah kipas juga tiada
pergilah secara ayuhai Kanda
mintakan emas kepada Bunda

Kanda bangkit pergi berlari
mengadap saudagar dua laki isteri
serta mengangkat sepuluh jari
sahaya disuruh anakanda ke mari

Friday 7 August 2015

Kisah Abu Nawas : Teka Teki Abu Nawas


Raja Harun Ar Rasyid belum juga menemukan dua rahasia alam. Para menteri yang ditanya, tak ada satupun yang dapat menjawabnya. Karena sangat penasaran, Baginda Raja memanggil Abu Nawas ke istana
"Rahasia alam apa yang baginda ingin ketahui?" tanya Abu Nawas
"Abu Nawas, aku memanggilmu karena ingin mendengar jawaban yang memuaskan hatiku tentang 2 teki-teki alam ini," jawab Baginda
"Bolehkan hamba mengetahui teka-teki tersebut, Baginda?" tanya Abu Nawas lagi.
"Pertama, dimanakah sebenarnya batas jagat raya  ciptaan Tuhan kita?" tanya Baginda.
"Di dalam pikiran kita, wahai Baginda." jawab Abu Nawas tandas tanpa dipikir panjang.
"Baginda yang mulia," lanjut Abu Nawas,"Ketidakterbatasan itu ada karena adanya keterbatasan. Allah menanamkan keterbatasan itu pada pikiran manusia. Bagaimana mungkin sebuah keterbatasan dapat memikirkan ketidakterbatasan. Oleh karena itu, manusia tidak akan pernah tahu batas dari alam jagat raya ini."

Thursday 30 July 2015

Legenda Danau Toba dan Pulau Samosir : Cerita Rakyat Sumatera Utara

Sumber gambar: danautoba.org
Seperti legenda-legenda lainnya, legenda Danau Toba pun mempunyai banyak versi. dapat dimaklumi karena legenda rakyat memang disampaikan dari mulut ke mulut. Bahkan kalau kita cermati, beberapa legenda rakyat ada beberapa bagian memiliki sedikit kemiripan. Seperti Keong Mas dengan Danau Toba; Pahit Lidah dengan Jaka Tarub, Sangkuriang dengan Oidipus  Namun dari semua perbedaan yang ada selalu ada hikmah yang dapat kita petik dari kisah tersebut. Selamat membaca.

Alkisah ada seorang pemuda pengembara. Setelah ia mengembara kemana-mana, tibalah di suatu tempat yang menarik hatinya. Tempatnya indah, di pinggir sungai yang masih jernih serta tanahnya yang subur. Merasa tertarik dengan keindahan tempat itu, ia berniat menetap. Maka lelaki itu membangun rumah di sekitar sungai tersebut. Setelah rumahnya jadi, ia berkeliling melihat-lihat daerah tersebut mencari tanah yang subur untuk di bercocok tanam. Setelah menemukan tanah yang subur, ia mulai bercocok tanam. 

Tuesday 28 July 2015

American Folklore : The Fighting Cocks and The Eagle

Whsiperingbooks.com
That’s it!” Black Rooster crowed to himself when he spotted Red Cock flirting with the hens again.  “I’ve had it with that impudent Rooster.  I am the Master of the Farm Yard, not him!”

Black Rooster threw back his head and crowed loudly: “Cock-a-doodle-doo!  I will fight you.”

Red Rooster turned around slowly, fluffing out every feather on his body as he moved.  “Oh yeah?  Just try it,” he replied.

The hens squawked and gabbled as the two Roosters flew toward each other.  They huddled together as the Roosters pecked and kicked and pounded one another with outstretched wings.  Feathers flew everywhere.

Cerita Rakyat Dari Bali : Asal Mula Selat Bali

Selat Bali
Ada seorang Begawan bernama Sidi Mantra. Ia adalah seorang Begawan yang dihormati di daerahnya. Ia memiliki akhlak dan budi yang luhur serta mempunyai pengetahuan agama yang luas. 

Begawan Sidi Marta memiliki seorang anak laki-laki bernama Manik Angkeran. Ibunya telah meninggal dunia. Berbeda dengan ayahnya, Manik Angkeran memiliki akhlak yang kurang baik. Dia sering berjudi dan menyabung ayam. Sering kali di nasehati oleh Begawan namun sama sekali tidak di dengarnya. Dalam permainan judinya, Manik Angkeran sering kalah. Akhirnya harta kekayaan orang tuanya ludes dipakai untuk membayar utang. Namun karena tidak pernah berhenti berjudi, utangnya terus menumpuk sedangkan hartanya sudah habis. Karena banyak yang menagih, dia menghadap Begawan.

Sunday 26 July 2015

Syair Bidasari bagian 7 : Dayang menjual Kipas Emas ke Siti Bidasari


Dayang berkata sama sendiri
orang ini kaya tidak terperi
terlebih kaya dari pada menteri
riuh permainan tepuk dan tari

Dayang keempat seraya berkata
ayuhai encik di dalam kota
maukah tuan membeli harta
jualan puteri indah semata

Thursday 23 July 2015

Raden Purnama Alam nikah sareng Dewi Kania : Purnama Alam bag. 7

Urang bujengkeun perkawis ieu hal Pangeran Putra anu keur nandang prihatos. Entong panjang ditataan enggen enggening brangta, bilih bosen nu ngadangu. kocapkeun wae enggalna putra putri geus ngahiji, rendengan sami sukana, maklum anom pada anom. Tandingan sami geugeutna, siang wengi teu pisah runtut rukun matak lucu, wuwuh resep nu ningal. 

Kacatur geus rada lami, Sang Dewi jeung Rajaputra, kira geus sapuluh poe tina waktuna nikahna. Harita nuju lenggah di payun damel ngawuruk ka rayi Dewi Kania. Elmuning haliah lahir, aksara etang-etangan jeung sagala basa bae, sipat elmuning sakola, ku sang Raja Pinutra hanteu kaliwat kaliru, panemu saaya aya. Katurug turug Sang Dewi kacida pisan maksadna kana naros soson soson, ngalap pangartos Sang Putra. Bangsa kasasmitaan, junun sarta gampang nyurup. wantu ninggang ka nu padang. 

Tuesday 21 July 2015

Kisah Siti Bidasari 6 : Puteri Lela Sari Mencari Wanita Paling Cantik untuk dibunuh


Jikalau Baginda beristeri pula
disanalah kasih mabuk dan gila
kepada orang muda lena
hancur hatiku tidak berkala

Tidaklah tidur tuan puteri
keluh kesah seorang diri
fajar menyingsing seorang diri
bangun baginda dua laki isteri

Sangaji Ali bag 3: Kisah Dari Bima

Ketika Ulama itu melihat kepala Maharaja Ali yang diombang ambingkan ombak, ia pun berdiam diri sejenak. Kemudian menitiklah air mata ulama itu karena haru melihat kepala yang demikian. 
"Ya Allah! Hidupkanlah orang yang mempunyai kepala ini," Ulama berdoa
Lama-lama nampaklah kehidupan pada kepala Maharaja Ali. Matanya mulai terbuka. Karena itu Ulama meneruskan lagi doanya. Maka nampak pula tubuh yang semakin sempurna bentuknya melengkapi tanda-tanda kehidupan pada diri Maharaja Ali

Saturday 18 July 2015

Dongeng Dari Rusia (Folk tale from russia) : Prajurit yang kabur

image : http://world4.eu/
Pada zaman dahulu ada seorang petani yang mempunyai dua orang putera. Setelah dewasa, putera yang tertua masuk tentara di beri perlengkapan secukupnya. Karena rajin dan pandai, putera tertua karirnya cepat dan diangkat menjadi jenderal. 
Sementara adiknya telah menjadi dewasa pula. Dia bangga melihat kakaknya menjadi jenderal. Diapun ingin masuk tentara. Setelah diterima sebagai tentara, adiknya ditempatkan di kesatuan kakaknya. Ia sangat senang melihat seragam yang dikenakan kakaknya. Namun sebaliknya, kakaknya sangat tidak suka adiknya ada dalam kesatuannya. Dia malu kepada teman-temannya. Dia berkata kepada adiknya, "Saya tidak mau mengenal kamu, jangan mendekat!" hardiknya

Si Kabayan ngala tutut

Dina hiji poe si Kabayan di titah Nyi Iteung ngala tutut, keur deungeun sangu cenah, teu boga nanaon.
Si Kabayan Indit ka sawah bari mawa usep jeung korang. Geus nepi ka sawah, Si Kabayan neangan tempat nu mernah tuluy diuk. Nyokot usepnya clom di anclomkeun ka sawah. tuluy cicing bae nungguna tutut  nyanggut kana usep. Si Kabayan diuk teh geus lila ampir sa jamna tapi euweuh hiji oge nu nyangut

Amal Penghapus Dosa

Taqabbalallah minnaa wa minkum shiamana wa shiamakum,
arjuu minkum minal aidin wal faizin
mohon maaf lahir dan batin

Sebulan kita melaksanakan puasa. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menerima amal ibadah kita dan memasukan kita ke dalam golongan orang yang bertaqwa. 
Salah satu kegiatan di hari lebaran adalah saling memaafkan. Perlu kita manfaatkan tuh, soalnya kalau kita minta maaf bukan saat lebaran biasanya orang suka pada curiga

Purnama Alam kabungbulengan, ngedalkeun rasa ka Dewi Kania : Purnama Alam bag 6

Asmarandana
Rajaputra hanteu lami wawarti alon tur tata, aringgis nengtog salah pok. Dumugi nyutat babasan lir pikeun ka sasama, tina hanteu rempan kalbu, engkang ngabasakeunana.
"Aeh enung Nyai Dewi, marga ku engkang diala, engkang teh arek wawartos supayana Nyai terang lalakon diri engkang sababna nu matak cunduk ka Pasantren Gurangsarak.
Karasa tilu perkawis, leuwih leuwih nandang susah,ku bodo katotoloyoh. lantaran engkang ku bongan gede teuing kadunyaan

Purnama Alam kagendam ku Dewi Kania : Wawacan Purnama Alam 5

Sang putra kawarti harita nuju Jumaah, didamel wiwitan ngaos, kana sakur-sakur kitab-kitab, pakih bajuri, sulam, tasaup jeung terus nahu, tajwid sapinah bidayah. Tara dimajlis di masjid ngaosna Sang Rajaputra hanteu ingkah ti patemon, sang Resi nu ngadongkapan saban pukul dalapan dongkap kana pukul satu, cara tata nu sakola.

Thursday 9 July 2015

Raden Purnama Alam matuh di Pasantren Permanik : Bagian 4

Ari eta mantri teh teu lami, saenggeusna tarapti harita ti pasantren mulih bae. Kacaturkeun Sang Wiku ka garwana terus wawarti sareng ka Dewi Kania kudu urus-urus, baris nyondongkeun Sang Putra. Nyumanggakeun Dewi Kania ka Resi sarta terus popolah. Henteu susah wantu anu rajin, turug-turug di bangsa nu aya nyanga-nyanga ngueh-ngueh

Saturday 4 July 2015

Sakadang Kuya jeung Sakadang Monyet

image:wijias.blogspot.com
Dina hiji leuweung aya sakadang monyet jeung sakadang kuya sosobatan dalit. Kamana-mana sok babarengan wae. Hiji poe sakadang monyet ngomong ka sakadang kuya nu keur ngeueum di walungan. 
"Uya! Hanjat gera!" sakadang monyet ngajorowok tina tangkal teureup
"Embung ah panas!" jawab sakadang kuya
"eeeh..hayu urang neangan hakaneun ka huma!" ajak sakadang monyet
"Embung ah, sieun katewak." sakadang kuya nolak.
"moal atuh, kan aya uing, engke mun aya patani, ku uing nyaneh digendong." ceuk sakadang monyet ngayakinkeun.
"Moal ninggalkeun kuring nyah?"sakadang kuya nanya ngayakinkeun.
"Moal atuh, maenya ka babaturan kitu." ceuk sakadang monyet bari turun

Friday 3 July 2015

Abu Nawas, Tertipu

Abu Nawas diminta ngejual sapi oleh isterinya ke pasar. Berangkatlah ia ke pasar membawa sapinya. Ternyata rencana ngejual sapinya ketahuan sama 3 penipu. Mereka sepakat mau ngerjain Abu Nawas. Di tengah jalan, Abu Nawas di datangin oleh salah seorang penipu itu.
"Mau jual kambing kemana Abu?" tanya orang itu
"Eh, ini bukan kambing, ini sapi. Mau dijual ke pasar," Jawab Abu Nawas sedikit heran
"Kambing kok dibilang sapi sih?"Tanya orang itu, "Gila kali ya," Ujarnya sambil pergi
Abu Nawas bengong dan bingung. Dia puterin tuh sapi, di pegang diusap terus dipukul biar bunyi.
"Ah ini sapi kok,"pikirnya

Si Kabayan : Uing budak leutik

Tatangga si Kabayan aya nu hajatan, imahna pagigir gigir. Kabeh pada diondang, ngan si Kabayan nu teu diondang ma'lum da jalma miskin. Atuh si Kabayan nu tadina geus bungah bakal dahar lauk kalahka ngegel curuk. Lantaran kesel manehna datang ka tempat hajatan, make calana kolor hungkul teu make baju. Di imah tatanggana teh  rame ku nu ondangan, si kabayan ka pipir imah nu hajat bari ngadeupan (ngameteran) tembok imah, bari ngomong, hiji, dua, tilu...terus ngadeupaan nepi ka palebah dapur.

Purnama Alam Masantren di Resi Muhammad Kurbah : Purnama Alam 3


Sinom
Arya Patih ngawangsulan, “Menggah abdi dalem yakti, katur sakalintang rempag, kana sadaya panglahir, amung kedah dijagi, bilih ngalolos teu puguh, ti gunung Gurangsarak”. Saur Ratu, “Bener Patih, poe isuk anterkeun ku sarerea.
Ayeuna kudu sadia, gulang gulang para mantri, nganteurkeun Purnama Alam, ka resi paguron santri, reujeung ayeuna misti nitah mantri buru buru, ka gunung Gurangsarak, mawa surat keur Resi, mere terang baris datang Ki Purnama.”

Wednesday 1 July 2015

Purnama Alam bag.2

Harita Sri Maha Raja keur linggih di srimanganti, sarengan pramesawara di deuhuesan ku papatih, Arya Gundara Pati, teu lami ratu ngadawuh, “Eh Patih, marga kakang nyaur teh arek badami, hal perkara si ujang Purnama Alam. Estu matak jadi susah, ngarudetkeun kana ati, karasa dua perkara gumanteng di sanubari. Ari anu ngajadi kana tunggara kabingung, kahiji, nu geus nyata, Ki Purnama Alam mungkir ka Kasmati nampik teu daekeun nikah.
Jeung kadua perkarana, kakang leuwih leuwih risi, ku watek Purnama Alam, bet matak nyangarkeun nagri, geus manggih beja sidik, awese pada kairut, tagiwur uru ara, teu nolih boga salaki pada datang ngahelaran ka kaputran.

Tuesday 23 June 2015

Kisah Hihkmah : Sahkah puasa orang yang berjunub?

Di kala Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berada di rumah siti Aisyah, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu. Beliaupun  keluar untuk menemui orang tersebut. Sedangkan Siti Aisyah tetap tinggal di dalam rumah, tetapi Siti Aisyah masih mampu mendengar percakapan mereka berdua meskipun dengan suara yang pelan.
"Wahai Rasulullah, Aku punya permasalahan yang membuatku resah dan gelisah. masalah itu terjadi pada bulan Ramadhan yang belum lama berlalu. Kala itu waktu shalat shubuh telah masuk aku masih dalam keadaan junub. Bagaimana dengan puasaku kala itu? Bolehkan aku puasa dalam keadaan yang junub."

Kisah Hikmah : Amalan yang lebih baik dari 10 tahun beri'tikaf

Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) sedang beri'tikaf di Masjid Nabawi. Tiba-tiba datanglah  seorang pria menemuinya dan mengucapkan salam padanya.
"Wahai Saudaraku,"ucap Ibnu Abbas setelah membalas salamnya, "Kulihat engkau resah dan gelisah, ada apa gerangan?"
"Benar wahai Ibnu Abbas, aku memiliki utang kepada seseorang. Demi penghuni makam itu (Rasulullah saw), aku tak mampu melunasi utang itu," jawab pria itu dengan perasaan sedih dan malu.
"Saudaraku!Bolehkah aku berbicara dengan orang itu?" ucap Ibnu Abbas.
"Tentu, silahkan, jika hal itu membuatmu pantas,"Jawab pria itu seraya berterima kasih

Sunday 21 June 2015

Kisah Jenaka : Si Kabayan meunang Saembara, kawin Jeung si Iteung

Di kampung si Kabayan aya jelema jegud katelahna si Abah Ontohod. Disebut Ontohod soteh da teu kaop nyarekan ka anak buahna teh sok bari nyebut dasar "ontohon siah" cenah. katelah bae ku urang kampung teh Abah Ontohod. Si Abah Boga parawan ngan hiji, kaasup geulis di kampungna mah ngan kulitna rada hideung, hideung santen katelahna mah, hitam manis tea. Kusabab kulitna hideung santen, anak si Abah sok dipanggilna si Iteung.

Si Iteung teh keur meujeuhna beger nyaeta keur resep ka lalaki, geus waktuna kawin cenah. Tapi si Abah embung boga minantu nu teu puguh, kudu hade, loba pamake jeung loba kabisa. Ngan teuing ku naon si Abah teh hayang boga minantu teh anu irungna seukeut. Nyeta seukeut ngambungna. Cenahmah supaya mun ulin ka huma bisa ngambeu jurig, maung, ajag jeung sasatoan lain ma'lum humana ge lega. Jadi bisa kabur samemeh di panggih jeung maung.

Kisah Hikmah : Imam Abu Hanifah r.a berdebat dengan Atheis

Seorang atheis bertanya kepada Imam Abu Hanifah ra, "Ya Imam, apakah Anda pernah melihat Tuhanmu?"
"Maha Suci Allah, Tuhanku tidak bisa dicapai oleh penglihatan,"Jawab Abu Hanifah
"Apakah engkau pernah mencium, mendengar, mengusap atau mencicipinya?" Tanyanya lagi
"Maha Suci Allah, Dia tidak sama dengan makhluk apapun, tetapi Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar." Jawab Abu Hanifah
"Kalau Anda tidak pernah melihatnya, tidak pernah mendengar suaranya, tidak pernah mencium baunya, darimana Anda bisa membuktikan tuhanmu itu ada?"Si Atheis mencecarnya.

Kisah Hikmah, Imam Malik Radhiyallahu 'anhu : Perbedaan Derajat Ulama Saat ini Dengan Ulama Zaman Dahulu

Ketika Khalifah Harun Ar Rasyid berziarah ke makam Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam di Masjid Nabawi, beliau melihat Imam Malik sedang menberikan pelajaran agama. Lalu ia berkata kepada Imam Malik
"Ya Malik, alangkah bahagianya kami kalau Anda mau mengajar kami di rumah kami."
Tetapi Imam Malik berkata,"Ya Amirul Mukminin, ilmu itu didatangi bukan mendatangi."
Khalifah melarat ucapannya,"Kalau begitu aku akan menghadiri majelismu di masjid ini."
Imam Malik menjawab,"Kalau Baginda hendak mengikuti pelajaranku di majelis ini, Baginda tidak boleh terlambat dan aku tidak akan mengizinkan Baginda melangkahi jamaah lain."

Thursday 18 June 2015

Legenda Si Pahit Lidah 4 : Serunting Sakti berkelahi dengan Rie Tabing

Cendawan tumbuh tak kelihatan
tinggal sebagai kayu di hutan
Tabing kecewa bukan buatan
bagai hilang rasa ingatan

Adapun Serunting muda berbakti
pagi bangun kebun dilihati
sangat terperanjat di dalam hati
kayu pembatas hilanglah pasti

Kisah Si Pahit Lidah 3: Rie Tabing iri hati pada Serunting Sakti

Demikian Serunting lela bangsawan
hanya seorang adik perempuan
dalam dunia dua sekawan
suami Sitti Tabing bangsawan

Serunting itu tempat tinggalnya
jauh terpisah dari adiknya
di Padang Langgar letak rumahnya
rimba dan padang membatasinya

Wednesday 17 June 2015

Legenda Dewi Rengganis 7 : Raja Amir Hamzah

Pangkur 

Ganti anu dicatur
Sultan Arab jenengan Menak Amir
Dina waktu isuk isuk
Sang Raja Amir Hamzah
magelaran kumpul para ratu sewu
hurung mancur cahayana
panganggo para narpati

Anu calik dipayun, Raja Maktal anu jadi papatih.
Bagenda Hamzah ngadawuh,"Eh Yayi Patih Maktal, rasa kakang enggeus pirang pirang minggu, Ki Dipati Narpatmaja henteu ngadeuheus ka kami. Wantuning panganten anyar, sukur sewu geus lulut raki rabi."

Hikayat Melayu Siti Bidasari : Negeri Inderapura ; Syair Bidasari bag.5


Sebermula suatu peri
Sulatan berasa turus negeri
asal baginda raja yang bahari
di Inderapura nama negeri

Bernama Sultan Inderasyahperi
menaklukan raja dewa dan peri
negerinya ramai tidak terperi
segenap kampung tepuk dan tari

Kisah dari Bima Sangaji Ali : Maharaja Ali terpisah dengan anak-anaknya bag. 2

Pembantu raja melaporkan kepada raja tentang wanita dan anak-anaknya yang tak lain adalah isteri Maharaja Ali dan anak-anaknya. 

"Aku ingin bertemu dengan wanita cantik itu. Kalau dia datang lagi meminta sedekah, suruh dia datang ke istana." kata raja. Pembantu raja menerima perintah raja dan menyampaikan kepada bawahannya apa yang diperintahkan raja.

Isteri Maharaja Ali kembali ke tempat suaminya yang sedang menunggu. Mereka memasak beras yang diterimanya dari sedekah di masjid. Puteri Hanin menceritakan bagaimana baiknya raja di negeri itu yang memperhatikan fakir dan miskin di negerinya.

Pada hari Jum'at berikutnya, Puteri Hanin dan anaknya berangkat ke masjid meminta sedekah. Di sana sudah berkumpul orang-orang yang meminta sedekah. Mereka senang akan mendapatkan sedekah. 
"Ibu tidak dapat bagian di sini. Ibu harus langsung ke istana."Kata petugas sedekah saat Puteri Hanin meminta sedekah.
Berangkatlah ia ke istana beserta kedua anaknya. Ketika sampai di gerbang istana, hanya Puteri Hanin yang boleh masuk. Kedua anaknya terpaksa berhenti di luar istana menunggu ibunya. 
"Ada keperluan apa gerangan Ibu datang kemari?" tanya raja setelah Puteri Hanin sampai ke hadapannya.
"Sudilah kiranya Baginda berbelas kasih kepada hamba dengan memberikan sedekah untuk keperluan hamba," Jawab Isteri Maharaja Ali.
"Baiklah, mari kita ke serambi istana," jawab raja
Mereka beranjak ke serambi istana. Setelah duduk, isteri Maharaja Ali menunggu jawaban dari raja. Namun raja hanya memandang Puteri Hanin menikmati kecantikannya. Karena raja tidak berkata apa-apa, Puteri Hanin pamit undur diri. Namun raja melarangnya, bahkan dia memerintahkan penjaganya agar menutup pintu gerbang dan menguncinya. 

Anaknya yang sedang menunggu di luar sudah merasa kesal karena terlalu lama. Bertanyalah ia kepada para penjaga. Namun tak ada satupun penjaga yang memberi tahu, malah disuruhnya pulang karena pintu gerbang sudah dikunci.

Pulanglah kedua anaknya dengan perasaan sedih karena tidak bertemu dengan ibunya. 
"Mana ibumu?" tanya Maharaja Ali
Kedua anaknya hanya menangis. Kemudian mereka menjawab
"Ibu di bawa ke dalam istana. Kami tidak boleh masuk, harus menunggu di pintu gerbang istana. Mereka menguci pintu gerbangnya. Kami sudah tanyakan ke petugasnya ibu kemana, tapi ga ada yang memberi tahu." jawabnya lalu menangis kembali.
"Alangkah dzalimnya negeri ini. Ayo kita tinggalkan tempat ini. Negeri ini tidak pantas untuk ditinggali. Lebih baik kita pergi mencari negeri lain yang lebih baik."Kata Maharaja Ali penuh dengan kesedihan.
Berangkatlah Maharaja Ali beserta anaknya meninggalkan Puteri Hanin dengan perasaan sedih yang amat sangat. Mereka berjalan melalui lembah, bukit, gunung dan hutan selama berbulan bulan. Di suatu tempat, mereka menemukan sebuah sungai. Namun tidak ada jembatan penyeberangan hanya ada penyewaan perahu untuk menyeberang.
"Tuan, kasihanilah kami, tolong antarkan kami ke seberang."Pinta Maharaja Ali
"Kalian punya ongkosnya?" tanya tukang perahu
"Maaf tuan, kami tidak memiliki apapun untuk membayarnya. kami orang miskin yang datang dari jauh." jawab Maharaja Ali
Mendengar jawaban itu, tukang perahu tidak mau menyeberangkan mereka. Terpaksa mereka berjalan menyusuri jalan setapak di pinggir sungai berharap ada jembatan penyeberangan. Meskipun tidak terlalu dalam, namun sungai itu banyak dihuni oleh buaya yang ganas.
Di suatu tempat, mereka menemukan sebuah pohon tumbang yang melintang ke seberang. 
"Nah inilah tempat kita menyeberang, ayo kita berjalan di atasnya dengan hati hati, jangan sampai jatuh."Kata Maharaja Ali
"Kami tak berani berjalan sendiri-sendiri, Ayah,"Jawab kedua anaknya
"Lalu bagaimana?" Tanya Maharaja Ali
"Kami ingin dituntun Ayah." Jawab anaknya
"Baiklah," Maharaja Ali menuntun satu persatu anaknya berjalan di atas kayu. Dituntunnya anak pertama menyeberangi sungai. Setelah sampai, Maharaja Ali kembali mengajak anak keduanya. Namun ketika dia mengangkat anaknya ke daratan, Maharaja Ali disambar buaya yang telah menunggunya dari tadi sehingga terjatuh ke dalam sungai, ia diterkam buaya sehingga kepalanya terputus dan hanyut ke sungai.

Kedua anaknya tidak bisa berbuat apa-apa terhadap nasib ayahnya, mereka menangis tersedu-sedu. Pada saat itulah lewat seseorang dan menanyakan apa yang terjadi. Diceritakanlah kepadanya apa yang menimpa ayahnya. Merasa kasihan terhadap nasib kedua anak ini, orang tersebut membawanya ke desa dan menjadikannya sebagai anak angkat. Berhari-hari dan berbulan-bulan tinggal bersamanya, Johansyah dan Alisyah ternyata mempunyai pribadi yang baik, sopan dan rajin sehingga membuat orang tua angkatnya senang. Demikian pula orang-orang desa sangat menyukai mereka berdua. Maka diusulkanlah keduanya untuk menjadi pembantu raja. Sudah menjadi kebiasaan di desa tersebut jika ada pemuda yang baik akan dijadikan sebagai pembantu raja. Setelah diterima di istana mereka diberi tugas menjadi kepala keamanan di istana. 

Tunda dulu kisah anak-anaknya. Kembali kepada Maharaja Ali yang kepalanya terputus terbawa sungai sampai ke lautan. Kepalanya yang terapung ditemukan oleh seorang ulama yang sangat sakti. Ulama tersebut dapat berjalan di atas air, memakai baju putih, di tangannya melingkar sebuah tasbih. Tak henti-hentinya ulama itu berzikir.

Ketika Ulama itu melihat kepala Maharaja Ali yang terombang ambing ombak, ia pun terdiam dan menitikkan air mata karena haru melihat kepala Maharaja Ali.
"Ya Allah! Hidupkanlah orang yang mempunyai kepala ini," Ulama berdo'a
Lama-lama nampaklah kehidupan pada kepala Maharaja Ali. Matanya mulai membuka




Biografi Umar Bin Abdul Aziz : Siapa Orang Tua Umar bin Abdul Aziz???



Suatu Malam Khalifah Umar bin Khattab belusukan kota Madinah. Karena letih ia bersandar di sebuah dinding rumah yang penghuninya adalah penjual susu. Tiba-tiba ia mendengar dari dalam rumah pembicaraan seorang ibu  kepada anaknya yang perempuan :”Berdirilah dan campurlah susu itu dengan air!”
Anaknya menjawab :”Wahai ibu, apakah ibu tidak tahu ketegasan Amirul Mukminin sekarang dalam menjalankan perintahnya?”
“Apakah gerangan perintahnya?” tanya ibunya
Anak :”Beliau telah menyerukan kepada semua penjual susu, bahwa terlarang mencampuri susu dengan air.”

Tuesday 16 June 2015

Biografi : Umar Bin Abdul Aziz bag. 1

Umar bin Abdul Aziz adalah Abu Hafash Umar bin Abdil Aziz bin Marwan Bin Hakam Ibnul Ash bin Umaiyah bin Abdi Syam. Ibunya bernama Laila Ummi Ashim binti Ashim bin Umar bin Khattab, khalifah Islam yang kedua. 

Umar bin Abdul Aziz adalah putera Syiria yang dilahirkan di kota Madinah pada tahun 61 H. Namun ada pendapat lain yang mengatakan lahir di Hulwan Mesir. Pendapat yang lebih kuat beliau lahir di Madinah. Adapula yang berpendapat bahwa Umar bin Abdul Aziz lahir pada tahun 63 H bertepatan dengan serbuan tentara Muslim bin Uqbah yang menyerbu negeri itu atas perintah Yazid. Kelahirannya dianggap sebagai simbol bahwa perdamaian akan dicapai pada kepemimpinannya.

Dongeng dari Bima : Kisah Sangaji Ali


Konon ada sebuah negara yang dipimpin oleh seorang raja bernama Maharaja Ali. Dia mempunyai seorang isteri bernama Putri Hanan dan tiga putranya yang tertua bernama Badarsyah, yang kedua Johansyah dan yang paling kecil bernama Alisyah. Kerajaan yang dipimpinnya sangat terkenal, banyak negara yang diitaklukannya.

Maharaja Ali terkenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Namun kelakuan anaknya yang pertama yaitu Badarsyah sangat menjengkelkan rakyatnya. Dia selalu menggoda isteri-isteri atau anak perempuan mereka.

Karena tidak tahan lagi dengan perbuatan anak sulung raja, mereka bersepakat untuk meninggalkan negeri. Berduyun duyun mereka mendatangi pembantu raja.
“Ada apa gerangan kalin bergerombol datang kemari?” Tanya Pembantu Raja.
 “Maaf Tuanku, kami berniat untuk meninggalkan negeri ini. Kami mohon pami.” Sahut mereka
“Kenapa kalian hendak meninggalkan negeri ini? Apakah kerajaan tidak berlaku adil kepada kalian?” Tanya pembantu raja dengan terkejut.
“Tidak Tuan, kerajaan memperlakukan kami dengan baik  dan adil, namun kami tidak tahan dengan perbuatan putera sulung raja.”jawab mereka.
“Memangnya perbuatan apa yang membuat kalian kesal?”tanya pembantu raja.
“Dia suka mengganggu dan menggoda anak dan isteri kami Tuan. Kami berniat untuk keluar dari negeri ini dan mengangkat orang lain untuk menjadi raja.
“Tunggu dulu,” potong pembantu raja,”Biar saya bertemu raja dan membicarakannya, jika putera sulungnya tidak berubah terselah kalian mau meninggalkan negeri ini.” Pintanya

Maka berangkatlah pembantu raja mengahadap raja akan menyampaikankan keluhan rakyatnya.
“Apa maksud kedatanganmu?” Tanya Maharaja Ali
“Sembah Baginda, saya ingin melaporkan perilaku buruk putera sulung yang selalu mengganggu anak dan isteri rakyat. Banyak di antara mereka ingin meninggalkan negeri ini karena tidak tahan dengan perilakunya.”Lapor pembantu raja
“Benarkah itu?” Baginda terkejut.
“Benar Baginda,”jawab pembantu raja
Maharaji Ali menggeleng-gelengkan kepalanya kaget dan malu terhadap perbuatan anaknya. Setelah berpikir cukup lama ia berkata kepada pembantunya.
“Jangan biarkan rakyatku meninggalkan kerajaan ini. Biarlah aku yang meninggalkan kerajaan sebab akhlaknya adalah tanggungjawabku. Engkau gantikan diriku menjadi raja.” Perintah Maharaja Ali kepada pembantunya.

Segeralah raja berkemas-kemas hendak meninggalkan kerajaan. Rakyat berbondong-bondong mengiringi kepergian Maharaja Ali dengan rasa haru dan sedih. Mereka sebenarnya sangat mencintai sang raja.
Setelah berhari-hari berjalan, mereka bertemu dengan sekawanan perampok. Semua harta dan benda Maharaja Ali dirampas. Maharaja Ali jatuh miskin seketika. Meskipun sudah tidak mempunyai harta benda, mereka tetap meneruskan perjalanan ke arah yang tak tentu tujuan. Di tengah perjalanan, Badarsyah perutnya merasa mulas, dia pergi ke pinggir sungai melepaskan hajatnya. Maharaja Ali

tidak mengetahui hal itu, dia terus berjalan setelah jauh dia baru tersadar Badarsyah tidak ada.
"Mana Badarsyah?" tanyanya 
"tadi dia buang hajat di sungai." jawab adiknya
"Kita istirahat di sini sambil nunggu Badarsyah." ujar Maharaja Ali
Setelah lama menunggu, Badarsyah belum muncul juga. "Apa yang harus kita lakukan isteriku?" Tanya Maharaja Ali pada isterinya
"Kita lanjutkan saja perjalanan pelan-pelan, pasti Badarsyah menyusul kita."Jawab isterinya
Berangkatlah mereka meneruskan perjalanan sambil sekali-kali menengok ke belakang berharap Badarsyah muncul.
Adapun Badarsyah setelah dia menunaikan hajatnya dia kembali ke jalan semula hendak menemui keluarganya. Namun mereka semua sudah tidak ada.
"Kemana orang tuaku?" Badarsyah kebingungan.
Dia pun mengikuti jalan yang ada berharap dapat bertemu dengan keluarganya. Ketika bertemu jalan yang bercabang, dia memilih jalan berbeda yang ditempuh keluarganya. Dia berjalan terus sehingga menemukan sebuah negeri.
Badarsyah menemukan banyak hal yang baru di negeri itu. Berharap orang tuanya ada di negeri itu, dia mencari-cari ke setiap pelosok negeri itu. Karena banyak hal yang menarik hatinya, lama-lama dia mulai betah tinggal di negeri itu.

Sedangkan Maharaja Ali terus berjalan sambil berharap Badarsyah dapat menyusulnya. Namun harapannya sia-sia. 
"Sia-sia kita menunggu Badarsyah. Kita teruskan saja perjalanan. Semoga yang Maha Kuasa melindunginya."Kata Maharaja Ali.

Tibalah dia di sebuah negeri yang asing. Mereka berhenti berjalan dan melihat-lihat negeri tersebut. Mereka tercengang dengan keadaannya yang berbeda dengan negara dia yang telah ditinggalkannya. Kebetulan pula bekal mereka telah habis.
"Tinggallah di sini, aku akan mencari makanan. Siapa tahu penduduk negeri ini berbaik hati memberi kita makanan." Kata Maharaja Ali
"Daripada engkau yang pergi, lebih baik aku saja, bisa jadi ada orang yang mengenal engkau, suamiku."Jawab isterinya
"Benar juga." Maharaja Ali membenarkan.
Berangkatlah Puteri Hanin beserta kedua anaknya untuk meminta bekal kepada penduduk negeri itu. Kebetulan hari itu hari Jum'at.
"Kalian kalau minta sedekah datang saja ke masjid,"Kata salah seorang penduduk,"Semua sedekah kami telah kami serahkan ke sana. Pasti kalian akan dapat banyak."
Putri Hanin dan anaknya berangkat ke masjid mengikuti sarannya. Sesampainya di masjid, terlihat pembantu raja dan orang-orang keluar dari masjid sambil membawa berkarung-karung makanan. Putri Haninpun antri bersama para peminta-minta, demikian pula anaknya.
Pembantu raja membagi-bagikan makanan. Putri Hanin berjalan dan menerima sedekah, kedua anaknya pun mendapat jatah yang sama banyak.
Selama pembagian sedekah, keberadaan Putri Hanin tidak terlepas dari pandangan pembantu raja."Siapa wanita cantik ini?"pikirnya
Selesai pembagian sedekah, pembantu raja bertanya kepada bawahannya," Siapa wanita itu? aku belum pernah melihatnya. Cantik sekali wajahnya."
"Tidak tahu Tuan, mungkin orang kaya yang pura-pura miskin, kami juga baru melihatnya hari ini."Jawab bawahannya.
Kemudian pembantu raja pergi menghadap raja untuk melaporkan adanya wanita dan anaknya.

Bersambung Sangaji Ali 2 : Maharaja Ali terpisah dengan anaknya

Saturday 13 June 2015

Biografi Imam Syafi'i

Imam Syafi'i dilahirkan di kota Ghuzzah atau Gaza, wilayah Palestina pada hari Jum'at akhir bulan Rajab tahun 150 Hijriyah yang kebetulan bersamaan dengan tahun kelahiran Imam Ali ar Ridha, Imam kedelapan kaum syi'ah. Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad bin Idris bin Abbas bin Utsman bin Syafi'i Al Hasyimi al Muthalibi. Beliau keturunan bani Abdul Muthalib bin Abdul Manaf, kakek buyut Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam. 

Friday 12 June 2015

Cerita Rakyat : Akibat perilaku sahabat yang buruk (dalam Hikayat Kalilah dan Dimnah)

Sebaik apapun seorang pemimpin namun bila dikelilingi sahabat yang buruk, maka ia pun akan terbawa berbuat buruk. Istilah orang politik mah Ring Satu adalah penentu kebijakan. Nah, gambarannya bisa kita lihat dari kisah di bawah ini, di ambil dari Hikayat Kalilah dan Dimnah.

Alkisah, di suatu hutan yang dekat dengan jalan besar, tinggallah seekor raja singa dengan tiga teman kepercayaannya yaitu serigala, rubah dan gagak. Pada suatu hari, lewatlah rombongan pengembala unta menghalau untanya. Salah satu untanya terlepas dan masuk ke dalam hutan. Sampailah ia di tempat duduk raja singa berserulah singa kepadanya, "Hai, siapa kau, dan darimana kau datang?"
"Ampun Tuan, "jawab unta ketakutan, "Hamba tersesat, tercerai dari rombongan teman-teman hamba. dan sekarang tak dapat keluar lagi dari sini."
Mendengar jawaban unta yang menghiba, raja singa kasihan kepadanya.
"Janganlah engkau takut, "katanya , "tinggallah engkau bersama kami di sini menjadi sahabat kami."
Untupun suka cita mendengarnya dan diamlah dia disitu dengan sejahtera.

image:duniadongeng.wordpress.com
Arkian pada suatu hari keluarlah raja singa berburu. ia bertemu dengan seekor gajah yang besar dan terjadilah perkelahian antara keduanya. Perkelahian pun berlangsung lama, dan tidak ada satupun yang kalah. Mereka berdua kelelahan dan sudah sama sama terluka. Maka larilah gajah ke dalam hutan dan singapun pulang ke tempatnya, jatuhlah ia tidak sadarkan diri. Maka sejak itu dia tidak bisa keluar berburu. 

Makin hari badannya makin kurus, demikian pula para sahabatnya yang biasa ikut makan mengalami hal yang sama. Demi melihat sahabat-sahabatnya itu kurus, raja singa berkata, "Wahai sahabatku, nampak benar kalian kelaparan dan sangat ingin mendapatkan makanan."
"Janganlah tuan pikirkan kami," jawab ketiga binatang itu,"bagi kami keselamatan Tuanku lebih utama. oleh karena itu pilu hati kami melihat Tuanku makin lama makin  bertambah kurus juga. Alangkah besarnya hati kami kalau dapat mencarikan makanan untuk Tuanku."

"Amat besar hatiku mendengar kesetiaanmu,"kata raja singa. "Sebab itu pergilah kamu ke hutan, mudah mudahan kalian dapat buruan yang bisa kita makan bersama-sama."

ketiga binatang itu pun keluarlah,  tetapi mereka tidak berburu hanya berkumpul di suatu tempat untuk berunding.
"Apa faedahnya si pemakan rumput yang besar itu kita hidupi,"kata mereka serempak,"padahal dia tidak sebangsa dan tidak sepikiran dengan kita. Tidakkah lebih baik kita katakan kepada raja singa, supaya dibunuhnya saja unta itu, supaya kita pun dapat memakan dagingnya."
"Itulah yang sukar bagi kita mengatakannya kepada singa, kata rubah,"Karena dia telah berjanji akan melindungi jiwa unta itu."
"Hal itu serahkanlah kepadaku,"kata gagak, "biarlah aku mengatakannya kepada singa."Lalu ia pun masuklah menghadap.
"Apakah kamu mendapat sesuatu?" tanya singa melihat gagak datang.
"Ampun, Tuanku yang mungkin mendapatkannya hanyalah orang yang ada tenaganya, dan matanya dapat melihat pula. Adapun kami, karena lapar, tidaklah kami memiliki tenaga demikian pula mata kami tidak dapat melihat. Tetapi kami mempunyai suatu pendapat, yang menurut kami baik, semoga Tuanku dapat menyetujui."
"Apakah pendapatmu itu?" tanya raja singa
"Unta pemakan rumput itu Tuanku, yang sehari-hari makan minum tidak ada manfaatnya sama sekali bagi kita."
Raja singa murka mendengar perkataan gagak. 
"Alangkah jahatnya kau gagak!" kata raja singa,"Alangkah kejamnya hatimu, tidak punya belas kasihan dan tidak setia. padahal telah kau ketahui, bahwa aku berjanji akan melindungi nyawanya. Tidakkah engkau tahu, bahwa tidak ada suatu sedekahpun yang lebih besar pahalanya daripada melindungi jiwa yang ketakutan dan memelihara darah yang akan tertumpah? Aku sudah berkata akan melindungi dan aku tidak akan mengingkari janji."
"Hamba mengerti maksud perkataan Tuanku itu,"kata gagak.
"Akan tetapi Tuanku harus maklum, bahwa diri yang satu menjadi penebus jiwa seisi rumah, dan seisi rumah penebus jiwa sekaum, jiwa sekaum penebus jiwa seluruh negeri jadi penebus bagi jiwa Tuanku. Sekarang jiwa Tuanku dalam bahaya. Hamba dapat pula mencarikan jalan supaya Tuanku jangan berdosa menyalahi janji, sehingga yang dimaksud tercapai dan Tuanku terlepas dari segala kesalahan."
Mendengar itu diamlah raja singa, tidak menjawab lagi. Maka gagakpun keluarlah pergi menemui teman-temannya.
"Sudah kusampaikan maksud kita kepada raja,"katanya.
"Mulanya raja menolak, tapi setelah kujelaskan lebih lanjut, raja pun diam. Marilah kita bersama-sama  dengan unta itu ke hadapannya, lalu tiap tiap kita memperlihatkan kesedihan hati melihat keadaan raja, dan minta supaya untuk suka menerima jika dirinya dikurbankan untuk baginda. waktu teman kita berkata begitu, hendaklah yang lain mencela pendapatnya itu, sampai datang giliran unta berkata demikian pula. Dengan jalan begitu kita akan selamat semuanya, dan raja tidak pula akan marah kepada kita."
Setelah itu mereka pergi mengajak unta datang bersama sama ke hadapan raja singa, karena sakitnya bertambah keras juga. Sampai di hadapan raja singa, berkatalah gagak,"Ampun Tuanku, pada penglihatan hamba, Tuanku mengalami sakit yang semakin parah, karena Tuanku telah lama tidak beroleh makanan lagi. Sebagai hamba Tuanku yang hina, maka tiadalah yang lebih patut berkurban untuk keselamatan Tuanku hamba hidup, dan apabila Tuanku tiada lagi, maka hambapun binasalah, tak ada faedahnya hamba hidup. Oleh sebab itu hamba rela mengorbankan diri yang hina ini, bunuhlah hamba dan makanlah daging hamba Tuanku!"
"Diamlah kau!"kata serigala dan rubah serentak."Tak ada manfaatnya dagingmu bagi raja, tak akan mengenyangkan juga."
"Kalau begitu biarlah tuanku bunuh diri hamba ini saja,"Kata rubah. "Badan hamba lebih besar dan tentulah hamba dapat mengenyangkan Tuanku."
"Dagingmu busuk dan berbisa,"Kata serigala bersama dengan gagak,"dan berbahaya kalau dimakan."
"Tetapi hamba tiadalah seperti rubah itu,"kata serigala pula.
"Oleh sebab itu biarlah Tuanku memakan daging hamba saja."
"Kau pandai obat,"kata gagak dengan rubah,"barang siapa bermaksud hendak membunuh dirinya, hendaklah dia memakan daging serigala."
Mendengar semuanya, menyangkalah unta kalau ia menghadapkan dirinya untuk mengorbankan diri, maka teman-temannya akan mencarikan alasan penolakan pula untuk dirinya. Maka akan selamat dirinya dan raja tidak akan murka kepadanya. Ia pun berkata,"Tetapi Tuanku, pada diri hamba Tuanku akan memperoleh daging yang baik dan sedap lagi mengenyangkan. Oleh sebab itu biarlah Tuanku bunuh hamba, Tuanku makan daging hamba, hamba relakan sudah."
Belum habis perkataannya, berkatalah serigala, rubah dan gagak,"Benar perkataan unta itu, dan telah bermurah hati dia memberikan dirinya."Ketika itu juga melompatlah ketiga-tiganya, menerkam unta itu dan mengoyak ngoyak dagingnya. 

Pelajaran yang dapat kita petik dari kisah di atas. Seorang pemimpin bisa saja dia baik, bertanggung jawab, bersih. Namun ketika di sekelilingnya orang culas, licik dan jahat, maka ia pun sulit lepas dari perbuatan perbuatan mereka. Dan bisa jadi, mereka yang disekelilingnya berbuat tanpa sepengetahuan pemimpinnya. Atau bisa jadi, mereka akan berkata,"Tuan, biarlah kami yang menyelesaikan permasalahan ini, Anda cukup katakan, saya tidak tahu, itu bukan urusan saya, tanyakan kepada pihak yang tahu." auuuuuu....hehe
Jadi, dalam memilih pemimpin jangan hanya terfokus pada diri pemimpin tersebut, lihat pula siapa orang-orang di sekelilingnya :D.

Sumber: Hikayat Kalilah dan Dimnah :Depdikbud


Kisah Hikmah : Puasa dapat menuntun kita ke jalan yang benar dan damai

Ketika Asy-Syibli berada dalam rombongan  kafilah dari Syam, di tengah jalan rombongan itu dicegat oleh gerombolan perampok. Barang barang mereka dirampas dan kemudian diserahkan kepada kepala gerombolan perampok itu. 

Dari kantung barang rampasan, salah seorang perampok menemukan gula kenari, mereka beramai ramai memakannya. Namun kepala perampok itu tak ikut makan. 

"Mengapa tidak ikut makan  gula kenari bersama anak buah Anda?" tanya Asy Syibli kepada kepala perampok itu
"Aku sedang berpuasa." jawab kepala perampok
"Anda melakukan pekerjaan yang merugikan orang lain, menjarah, merampok dan bila perlu membunuh untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan. Tapi sungguh aneh, sekarang Anda melakukan puasa, "kata Asy Syibli penuh keheranan.

"Kami ingin mencari kedamaian, "jawab kepala perampok itu. 
"Tapi seharusnya Anda tidak melakukan pekerjaan yang kurang terpuji ini."
"Entahlah, mudah-mudahan nanti aku akan meninggalkan pekerjaan ini, "kata kepala perampok itu seraya mengajak anak buahnya untuk meninggalkan tempat itu. 

Beberapa tahun kemudian, ketika Asy Syibli tengah menunaikan haji, ia melihat kepala perampok yang dulu pernah merampas baranya tengah mengenakan pakaian ihram dan duduk di dekat ka'bah. Asy Syibli kemudian menghampirinya. 

"Apakah Anda adalah orang yang pernah kujumpai beberapa tahun yang lalu?" tanya Asy Syibli dengan ragu. 

"Benarkah? tapi aku lupa, entah dimana Anda pernah bertemu dengan diriku?" jawab kepala perampok itu sambil mengamati orang yang berdiri di hadapannya.

"Maaf bukankah Anda yang dulu pernah menjadi pimpinann gerombolan perampok itu?"
"Oh! Aku baru ingat sekarang. Benar, aku bersama anak buahku yang dulu pernah merampas barang-barang Anda. Dan puasa yang selalu  kulakukan itu telah menuntun dan menarik diriku ke jalan yang benar dan damai ini."

sumber : MB Rahimsyah, Jakarta : Pustaka Indonesia

Siti Bidasari di pungut saudagar kaya (Syair Bidasari bag 4)

Tersebut pula suatu perkataan
seroang saudagar dengan kekayaan
limpah harta dengan kemulyaan
sentiasa dengan kesukaan

Di dalam negeri Inderapura
kayanya tidak lagi berdua
hamba dan sahaya muda dan tua
berbagai jenis Keling dan Jawa

Empat orang isterinya ada
berpuluh gundik anom dan muda
terlalu muskil di dalam dada
seorang putera seorangpun tiada

Dengan kodrat seribu ilahi
kepada siang pagi pagi hari
turunlah saudagar laki isteri
ke tepi sungai keduanya berdiri

Didengar saudagar Lela Jauhari
Budak menangis bunyi suara
merdu seperti bangsi segara
di dalam perahu tengah negara

Setelah nyata suaranya bakahari
dua laki isteri pergi mencahari
dipandang ke kanan toleh ke kiri
masuk perahu dua laki isteri

Dilihatnya ada budak seorang
parasnya elok gilang gemilang
saudagar pun suka bukan kepalang
seperti mendapat bulan mengambang

Saudagar berkata laki isteri
anak siapa gerangan ini
orang yang mulya datang kesini
maka selaku sedandan begini

Sukacita bukan kepalang
tidaklah lepas mata memandang
gemar dan kasih tidak timbang
disambut lalu dibawa pulang

Terlalu suka berloh anakanda
dihimunkan sahayua tua dan muda
empat orang dijadikan inangda
dualapan orang dijadikan kanda

Anakanda diletakan di atas geta
di dalam kerikal tatah permata
inang pengasuh sempurna tahta
dipasangkan kandil dian pelita

Hati saudagar laki isteri
kasihnya seperti anak sendiri
parasnya seperti bidadari
dinamakan Siti Bidasari

Dibuatnya pula seekor ikan
diiambilnya semangat ditaruhkan
dicembul emas direndamkan
di dalam peti dimasukkan

Diperbuatnya pula sebuah taman
pelbagai jenis tanam tanaman
bersambutan balai dengan halaman
jambangan beratruan terlalu iman

Diikatnya batu pancalogam
diselangnya dengan pusparagam
pasir permata tabungnya nilam
peti ditaruh di dalam kolam

Makan minum tidak berhetni
bermain wayang joget surati
keempat isterinya bersuka hati
sekaliannya membela anakanda Siti

Beberapa banyak pakaian ditempa
dokoh paduka berbagai rupa
beratus jenis tidak serupa
tajuk dan sunting bergerak gempa

Daripada sehari kepada sehari
dipeliharakan saudagar laki isteri
cerdiklah Siti Bidasari
parasnya elok tidak terperi

Berpatutan dengan subang dan gelang
tidaklah jemu mata memandang
putih kuning wajah gemilang
panjang nipis lehernya jenjang

Cantik manis tidak bertara
parasnya seperti bidadari Indera
laki isteri saudagar memelihara
sedikit tidak diberi cedera

Penuh pakaian tidak terbawa
seperti puteri di benua Jawa
di dalam negera Inderapura
tidaklah ada bandingnya dua

terhentilah perkataan Bidasari
anak Raja Kembayat di sebuah negeri
didapat saudagar Laela Jauhari
dipeliharakan dua laki isteri

Lanjut ke Syair Bidasari 5: Negeri Inderapura

Thursday 11 June 2015

Kisah Hikmah : Tips menghadapi isteri yang cerewet

Merasa kesal diomelin isteri? :D, Banyak suami yang kesal diperlakukan seperti anak-anak oleh isterinya. Diomelin melulu, katanya; diceramahin, seperti di iklan obat batuk. Omelan seorang isteri tidak hanya terjadi di kalangan rakyat biasa loh...Mungkin Pak Presiden pernah diomelin isterinya. para menteri atau pejabat lainnya. Nah, jika pembaca juga mengalami hal yang sama, ada baiknya kita baca kisah Umar bin Khattab berikut ini. 

http://sadikemonikafitriani.blogspot.com/
Alkisah, saat Umar bin Khattab r.a. menjadi khalifah, ada seseorang yang ingin mengadukan masalahnya kepada beliau. Permasalahannya adalah hampir setiap hari dia diomelin isterinya. Dia ingin mengadukan akhlak isterinya kepada Umar bin Khattab r.a. segera dia masuk ke halaman rumah Umar bin Khattab ra. Namun ketika akan mengucapkan salam, dia tertegun mendengar seorang wanita yang sedang ngomel. Sempat terlihat di jendela ternyata Umar bin Khattab sedang diomelin isterinya. dan Umar hanya diam tidak menjawab sepatah katapun. 

Orang ini sempat berpikir, "Umar bin Khattab aja seorang amirul mukminin diomelin isterinya, apalagi saya, balik aja deh."
Segera dia keluar dari halaman rumah Umar bin Khattab, namun belum sempat keluar, Umar bin Khattab keburu melihatnya lalu dipanggilnya, "hai, ada perlu apa datang kemari?"

Orang itu menjawab, "Ya Amirul mukminin, tadinya saya ingin mengadukan kelakuan isteri saya. Dia selalu ngomelin saya, tapi saya lihat engkau pun diomelin isteri. Jadi saya pikir, Umar bin Khattab sebagai amirul mukminin diomelin isterinya, apalagi diri saya ini. Jadi saya pulang lagi."

Umar bin Khattab tersenyum, lalu berkata, "Sesungguhnya aku telah membebani isteriku dengan kewajibanku. Dia mencuci pakaian untukku, memasak makanan untukku, menyusui anakku, dan memberi kenikmatan yang membuat aku tidak berbuat haram. Oleh karena itu aku tabah dan sabar dalam menghadapinya."
Maka orang itupun menjawab, "Demikian pula isteriku, wahai amirul mukminin.
Lalu Umar bin Khattab berkata, "Sabarlah engkau menghadapinya, lagian hanya sebentar kok."

Nah, Gimana teman2, masih kesal sama isterinya yang suka ngomel? Umar bin Khattab aja yang terkenal garang dalam perang, gagah perkasa, seorang pendekar kelas wahid di kota Makkah, hanya diam saat diomelin isterinya. :D

Ada lagi sebuah kisah tentang suami yang tabah menghadapi isteri yang aduhai...!!!

Alkisah ada dua orang sahabat yang lama tak jumpa. Salah satu di antaranya berniat menengoknya karena sudah kangen. Dia dapat kabar bahwa temannya itu tinggal di suatu desa yang dekat dengan hutan. Saat tiba di depan rumahnya, dia mengucapkan salam. Seorang wanita menjawab salamnya, tapi tidak keluar, hanya nengok dari jendela. Lalu bertanya, "Ada perlu apa?"

Sahabat suaminya menjawab, "Saya mau bertemu si Fulan, dia sahabat lama saya, hanya ingin silaturrahmi."
Si Isteri menjawab, "Dia masih nyari kayu bakar, Dia memang begitu orangnya bla bla bal, "ujarnya tanpa henti mencela suaminya.
Duduklah sahabat suaminya di luar sambil menunggu kedatangan sahabatnnya. Tak lama kemudian, muncullah sahabatnya dari arah hutan membawa kayu bakar. Namun yang membuat takjub, bukan dirinya yang membawa kayu bakar, namun seekor harimau.
Setelah sampai, mereka berdua ngobrol. Setelah selesai, sahabatnya pulang.

Beberapa tahun kemudian, sahabat tersebut ingin mengunjungi kembali sahabatnya. Sesampai di rumahnya dia mengucapkan salam. Dia heran karena yang menjawab salamnya wanita yang berbeda dengan orang yang menjawab dahulu. Wanita ini mengatakan  dengan ramah bahwa suaminya sedang bekerja di hutan, 

Lama berselang, muncullah sahabatnya dari hutan dengan membawa kayu bakar dengan kelelahan, dia menanggungnya sendiri. Sahabatnya keheranan, tidak seperti tahun lalu yang membawa kayu bakarnya adalah harimau. Setelah bertemu dan bercakap-cakap, bertanyalah sahabatnya, "wahai sahabatku, dulu waktu aku kemari, aku melihat keajaiban saat kamu dibawakan kayu bakar oleh harimau. Tapi sekarang kok kamu sendiri yang bawa, gimana ceritanya?" 

Sahabatnya menjawab, "Dulu aku punya seorang isteri yang akhlaknya kurang baik, seperti yang kau lihat dan aku bersabar karenanya. Maka Allah menundukan binatang buas karena kesabaranku. Selang beberapa tahun, isteriku meninggal dunia. AKu menikah lagi dengan seorang wanita yang sholeh, yang kau pasti sudah ketemu dengannya. Maka Allah menarik karamahnya bagiku karena keshalehan isteriku,".

Nah sahabat-sahabat semua, dapat ditarik kesimpulan, Kesalehan seorang isteri adalah karamah yang sangat besar bagi kita semua....jadi tabahlah saat menghadapi isteri yang suka ngomel, dan bersyukurlah saat mendapatkan isteri yang shalehah.


Legenda Rakyat : Kisah Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso (Asal Mula Candi Prambanan)

Roro Jonggrang
Alkisah, ada Sebuah kerajaan Pengging yang dipimpin oleh seorang raja yang sakti mandaraguna. Dia mempunyai seorang anak yang gagah perkasa melebihi keperkasaan ayahnya yang bernama Joko Bandung. Joko Bandung sangat gemar berguru kepada para pertapa sakti. tidak heran kedigjayaannya melebihi ayahnya. 

Kerajaan Pengging selalu berperang dengan kerajaan Prambanan yang dipimpin oleh Raja Boko. Raja ini berperawakan besar sehingga sering dianggap sebagai keturunan raksasa. Dia memiliki seorang puteri yang cantik jelita bernama Roro Jonggrang

Dalam sebuah pepeperangan, Kerajaan Pengging dapat dikalahkan oleh kerajaan Prambanan. tentaranya banyak yang tewas. mendengar kekalahannya ayahnya, Joko Bandung berangkat ke peperangan hendak membantu ayahnya. Dalam perjalanan, dia masuk ke dalam hutan yang dihuni oleh seorang raksasa bernama  Bandawasa. Mereka berdua berkelahi dengan sengitnya hingga Bandawasa hampir mati. Sebelum mati, Bandawasa masuk ke dalam diri Joko Bandung. dan dia berpesan kepada Joko Bandung agar namanya disatukan dengan nama Joko Bandung menjadi Joko Bandung Bandawasa. Joko Bandung pergi ke peperangan dan bertarung dengan dengan seru sampai berhari hari. Akhirnya Joko dapat mengalahkan raja Boko dan membunuhnya. 

Legenda Rakyat : Asal Usul Kota Cianjur

Kota Cianjur
Jaman dahulu di daerah Jawa Barat ada seorang lelaki yang terkenal sangat kaya. hampir semua tanah  pertanian di daerah tersebut dikuasai oleh orang tersebut. Sehingga penduduk yang lain hanya menjadi buruh. Sayangnya, lelaki tersebut sangat kikir makanya dijuluki si Kikir.

Si Kikir punya seorang anak. Beda dengan bapaknya, si anak ini berwatak baik dan dermawan. Dia suka membantu penduduk desa dengan sembunyi sembunyi.

Suatu hari, si Kikir mau ngadain acara syukuran. Dia mengundang para penduduk desa. Menurut anggapan mereka, kalau ngadain syukuran pasti besar-besaran, jamuannya banyak beraneka ragam makanan, maklum orang kaya. Dasar orang kikir, ternyata si Kikir hanya nyiapin makanan yang sederhana aja, jumlahnya cuma sedikit. Banyak warga desa yang ga kebagian makanan. mereka hanya mengelus dada melihat kelakukan si Kikir yang benar-benar kikir.

Sunday 7 June 2015

Dewi Rengganis ocon sareng Raden suwangsa, (Kisah Dewi Rengganis bag.6)


Dangdanggula (i-a-e-u-i-a-u-a-i-a)

Lajeng gugah bae Raden Mantri, tina bangku pangkulemanana, sarta hulang huleng bae, bari ningal ka luhur, ningalian Dewi Rengganis, duh enung gusti engkang, kuma peta nyusul, henteu bisa ngawang-ngawang, kaniaya Rengganis ka diri kami, wet wani-wani nilar.

Kacaturkeun polah Raden Mantri samar rasa teu puguh polahna, cara hayam arek ngendog, manahna kalangkung liwung cara jalma keun piranti, tegesna ku wisaya, cara nu kaduyung, tina sanget kaedanan, nu kacipta ngan Rengganis buah ati, raos teu pisah-pisah.

Kitu deu Nyai Rengganis henteu lali kana perjangjian, serja ngajugjug ka kebon ti gunungna geus ngapung ngawang-ngawang bareng jeung angin. Wangina geus tiheula ngajugjug pangambung Raden Iman Suwangsa; langkung kaget ningal kanan miwah keri, mesem Kusumah Rara., ningal tata polah Raden Mantri. Nyi Rengganis enggeus ngambah lemah, gandrung-gandrung angkat alon, lucu anu lumaku istu titih Retna Rengganis mun manggih jeung seuseukeutan nyimpang rada jauh, temahna bisi kacugak, kasarimped ngabeulit raheut ku hinis, Rengganis wiwahana.

Narpatmaja geus hoyong panggih, Nyi Rengganis henteu katangilan kahalangan ku kakayon, handapeun nagasantun rada nyumput Retna Rengganis. Ngan wangina nyambuang jero taman santun. Suwangsa wuwuh kaedanan, pok ngalahir, “Nya dimana Nyi Rengganis, henteu gera katingal?” Mesem leleb Nyi Retna Rengganis, ngarungukeun saur Narpatmaja, sasauran semu banyol , “Dimana si dadahut nu sok ngundeur di Tamansari, siga naon rupana, mana matak giung tayohna geulis rupana, ngan hanjakal salingkuh kacida teuing, bohong naon pedahna. Salingkuh teu nembongkeun diri.” Ku suwangsa haben di teangan, henteu lila geus katembong, bungah manahna kalangkung, Narpatmaja barang gok panggih, lir budak susumputan, neangan katimu, gumujeng langkung suka, kitu deui Kusumah Rara Rengganis, teu beda jeung Suwangsa.

Enggeus sami ngadukeun tingali, Nyi Rengganis lucu lelewana, serewel jeg nangtang toel. Raden Suwangsa maju pura-pura henteu ningali ka Nyimas  Argapura, Rengganis geus maphum, sarta Rengganis geus yatna, Narpatmaja bari maju mesem manis ngarah dek newak tangan. Ganjang ngejat Nyi Retna Rengganis. Teu katewak,

Saur Narpatmaja ,”heum naha Enung sok ogo, dideukeutan sok undur, matak naon mun jongjong cicing, calik mangka jatnika, montong dek timburu, salempang ku engkang, da engkah mah henteu pisan goreng pikir, maksud nu saenyana. Enggeus jamak mungguhing di jalmi mun papanggih jeung dulur geus lila, pasti kudu ruket bae, jamak sono jeung dulur, lamun make tataning santri seug tuluy sasalaman. Sunat geus mashur, hayu urang sasalaman, da engkang mah henteu boga dua pikir, taya pikir rangkepan.”

Pok ngawalon Nyi Ratna Rengganis, “Anu matak sungkan deukeut pisan adat ajengan sok ocon. Pasemon ngan dek nubruk kawas lain tedak bupati, ngan endek tuwak tewak. Kuring mah panuhun jadi ngaleungitkeun tata, lamun cara sareng saderek sayakti, mun geus pada gede mah. Awad awad henteu dua pikir, ngadeukeutan ngajak sasalaman, ku kuring dikinten bae, ajengan dek murugul. Lamun kuring teu geuwat nyingkir, dicandak sasalaman, rasa kuring tangtu moal lesot ku sakedap. Hantem bae tujuh poe tujuh peuting moal lesot panangan. Pasti haram mungguhin di santri, lamun linggih deukeut rerendengan lalaki sareng awewe, nya kudu rada jauh kira pantes mun ditingali, kudu heuleut satumbak, sedengna kitu meureun katingalna, jadi pantes teu kasebat hina teuing.” Raden kawon bicara.

Bari imut Rengganis pok deui, “jisim kuring jengkel ku ajengan, jauh-jauh keneh oge, ngan dek ngadu pangambung, ngadu tarang jeung jisim kuring, naon kersa ajengan, anu matak kitu? Jisim kuring mah teu werat, lamun acan akad nikah ka masigit, sungkan dicaluntangan.”

Narpatmaja pok ngalahir deui, “Eneng Ratna, engkang henteu terang kana omongan Nyai teh, wantuning rada jauh, reujeung kapalidkeun ku angin. Cing sing deukeut meueusan, supaya karungu, tetela nu bicara ku manehna supaya kami mangarti, coba sing deukeut pisan. Reujung deui maneh teh Rengganis, poma ulah arek salah tampa, engkang geus rada torek nu matak nyai kudu mun ngomong tompokeun sakali kana ceuli sing nyata.”
Rengganis ngawangsul, “ Palias teuing juragan kirang rungu.”

Gumujeng Raden Mantri akalna taya nu mental. Kacaturkeun geus satata linggih. Nyi Rengganis reujeung Narpatmaja duaan enggeus ngarendeng. Raden Suwangsa nyaur, “Saperkara cacadna Nyai kurang rumaket pisan. Boro ngangken dulur masih keneh asa-asa. Cek engkang mah Nyai kaapikan teuing, leuwih tina meujeuhna. Diri engkang ayeuna ku Nyai geus diangken dulur kapiraka, tapi tacan ngeunah keneh najan sapuluh ngaku ngaku dulur da teu sabibit reujeung  henteu sabapa. Teges dulur pulung, tatapi ulah kapalang, lamun rempug reujeung lelembutan Nyai, anggur geura rimbitan. Lamun Nyai rek boga salaki, kudu milih ka jalma nu utama, nu asal turunan hade, sukur mun sakaruhun, tungggal buyut nini jeung aki, tegesna ka baraya supayana runtut, nu matak kudu sabangsa, nu pambrih sakahayang, sabagja sacilaka. Reujeung ka nu netenpan agami, nya carogean ka nu rapekan, tegesna rea kanyaho, ambih meunang pituduh lahir batin marga salaki, ka salira enung ulah nyorang paribasa, carogean pipilih nyiar nu leuwih, koceplak ka nu naktak.”
“Ari indit kudu reujung arit, tugur tundan nanggung bebekelan, lengoh di titah ngagotong, ngan ulah ka nu kitu,  temah matak sangsara diri, mana kudu ihtiar, samemeh dipaju, tegesna di timbang timbang, ku pamilih ulah sok nyebut geus takdir memeh beak ihtiar. Upamana mungguh awak Nyai, carogean lain ka sasama, tangtu jadi omong bae, diomongkeun ku batur, jadi taya beunangna geulis, pantes mungguh enung mah meunang putra ratu, nu masih keneh jajaka. Coba pikir papatah engkang ku Nyai lebah mana salahna?. Sukur lamun ka Banjaransari, Eneng lanjang engkang masih bujang, lamun pareng jadi jodo, asa moal teu lulus, laluasa salami lami. Sarta hade repokna, padaringan pinuh, ku engkang geus diteang, repokna urang dina parimbon pal Nabi, watekna sugih dunya. Bakal rea putra rea putri , rea pare keur baris maraban, rea uang reu uwong, jeung teu suwung lumbung, lamun saban taun sasabin. Coba enung pikiran, henteu pantes embung, ka nu boga kebon kembang.”

Pok ngawalon Rengganis, kelepna manis, “Tacan niat rimbitan, saur anjeun jadi cara arit, henteu lempeng nyengkrong ka sorangan, ngeupeul ngahuapan maneh.”

Raden Suwangsa nyaur, “Bener pisan omongan nyai, anu matak makaya, hayang seubeuh nyatu, reujeung deui seja engkang, sugan pareng seja ngahuapan Nyai anut ka engkang.”

Nyi Rengganis wastuning surti, geus rumasa katempas bicara, isin alangah elengeh, tungkul barina imut, sarta muji di jero ati, ieu jalma berakal, rada bisa padu, kinca asin ditahangan, petis cina wantu manah menak lantip, bisa malikkeun kecap.

Narpatmaja pok ngalahir deui, “Anu sanget diteda ku engkang, ngan dapon disandig bae.”
Nyi Rengganis ngawangsul, “Lamun estu hoyong disanding, ku sim kuring sumangga, tapi ulah ganggu, sareng anjeun sumpah.”

Henteu lami Raden Suwangsa ngalahir, “Mun engkang ngagangguan, mugi engkang cabok ucing gering, ka nu bala disetakan kadal, diseureudan ku cocopet, disamberan kukupu!”

Nyaur deui Retna Rengganis, “Sumangga ulah cidra, sing sami saestu, poma ulah ngaheureuyan!” Geus nyampeurkeun Kusumah Rara Rengganis geus ngarendeng calikna.

Narpatmaja misil lauk cai, kasaatan tuluy kacaian, si lauk teh tangtu atoh, Narpatmaja nya kitu, sakalangkung manahna tiis, jeung henteu petot ningal ka Sang Ratna Ayu. Rengganis geus rerendengan jeung Suwangsa lir gambar anyar ditulis, semuna wuwuh endah. Narpatmaja sangsaya dumeling, rerendengan jeung Retna Juwita,  tegesna teh wuwuh kasep, lelembutan geus kumpul, pangacian geus tetep deui, raga gede tanaga, ku sabab digugu, dituturkeun kahoyongna kur Rengganis digendeng disanding sanding, sirna galih nu panas.

Narpatmaja jero manah sabil, ari ningal ka Retna Juwita, mehmehan bae kasupen, sok ras inggis kaduhung, lajeng Raden Suwangsa muji, rea maos istigpar, tapi keukeuh giung, geus teu puguh rarasaan, nanging isin ku nu ngawujudkeun diri, tatapina bisbisan.

Narpatmaja ngawujukan manis, “Eh Sang Retna cik engkang ningalan, eta cingcin nu dianggo!”
Lajeng Ali dicabut, dialungkeun ka Raden Mantri, lajeng ditingalian permatana jamrut.
Ngalahir Raden Suwangsa, “Coba Nyai ku engkang terapkeun dieu kana ramo maneh!”

Geus peryatna Nyi Retna Rengganis. Barang gek endek dicandak ramona, tina enggon emok ngeser, imut barina nyaur. Lajeng ngapung deui Rengganis. Raden kantun nyalira, rubuh henteu emut, ebog ngagoler di latar. Anu ngapung rundag randeg, alak ilik, melang ka nu ditilar.

Malik deui Nyi Retna Rengganis rada handap geus beuki ngungkulan Dewi rengganis ka Raden. Tuluy diceluk celuk nu ngagoler nu keur teu eling di hantem digentraan. Weleh teu ngawangsul Rahaden Iman Suwangsa, sapertinu hilang teu pisan eling tina sanget kantaka.

Langkung welas Nyi Retna Rengganis ningal raka geus kitu petana, micara di jero hate. Sugan mah enya pupus, dicalukan henteu ngalahir, ieu teh pupus enya, atawa si palsu. Rengganis geus ngambah lemah, Narpatmaja geuwat diboro sakali ku Nyi Argapura. Digugahkeun hentu daek lilir, narpatmaja jongjong kapidara. Rengganis manahna kaget. Kusumah Rara matur, “Gera gugah juragan kuring, kuring teh ieu dongkap, henteu tulus wangsul, juragan gera pariksa, jisim kuring naha teu cara sasari henteu enggal mariksa. Naha enya engkat teh geus mulih kana ajal? Mun upama enya engkang pupus kuring maot, seja tumut sakubur jisim kuring teu werat kari, taya nu dibelaan najan panjang umur, lamun engkang pupus enya, tapi ieu salirana mah walagri cara jalma nu waras.

Tuluy matur Nyi Dewi Rengganis,"Jisim kuring sumeja pamitan, ayeuna dek wangsul wae, jeung sungkan tunggu-tunggu, ngantos waras nu gering, kudu satengah bulan, anggur bade wangsul, kesel ngantos-ngantos damang, lawas teuing meureun pirang-pirang wengi."

Lahiran Raden Narpatmaja, "Banyol bae montong kerah kerih, ayeuna ge engkang teh geus damang, ngan ulah ditinggal bae," Raden Banjarsantun enggeus linggih sareng Rengganis, matur pokna teh, "Jamak banyol da jeung dulur, jeung sim kuring resep nganjang,  ka gamparan, ngan keuheul  sok ocon teuing, dek ngalubarkeun tata. Sae oge papahare linggih, pertandana ajengan ogoan hoyong deudeukeutan bae, panangan tara nganggur, mindeng pisan muntangan kuring, naon anu diarah, jeung udeng dikandung, gumati dek newak tangan, jadi naha mun kuring teu geuwat nyingkir, tangtu katitiwasan.

Nyi Rengganis estuing berbudi, hade basa sing sarua bisa, bisa ngalap-ngalap hate, tuhu matak kayungyun, wantu wantu paranakan jin, dina mangsa harita, samemehna wangsul ninggalkeun heula kawaas, tetembangan basa Jawa Sunda sindir kinanti  opat pada

KINANTI
Sim kuring amit dek ngidung
diajar lagu kinanti
minangka jadi landongna,
ka nu kapidara tadi
nyuhunkeun widi gamparan,
manawi temah baribin

Rao kagunturan madu
kaurugan menyan putih
dibanding ku putra raja
henteu werat males asih
reremkan panjang putra
kasepna kantun dumeling

Nu teu maparinkeun mundur
nu kagungan taman sari
sarta someah ka semah
hanjakalna saperkawis
awad awad kapidara
pambrih dipeuseul ku kuring

Kumaha rasa mun tulus
mun pareng jeug titis tulis
ngawulaan putra raja
sarta jadi eusi bumi
daun pulus di lulunan
kaso handapeun kaliki

DANGDANGGULA
Narpatmaja ngarungu kinanti, langkun regep pisan tina wawangslan, kana kalbu lebet kabeh, datang ka ngarumpuyuk, jeung miwarang Enung pek deui, Kinanti opat pada, engkang gantung rungu, bari engkang dek diajar, lagu tembang kinanti nu cara tadi, Enung nu mapatahan

Nyi Rengganis henteu tembang deui, lajeng bae harita pamitan, ngan nyuhunkeun widi bae, sim kuring seja wangsul, lima poe jangsi sim kuring, tinangtu deui datang, Narpatmaja nyaur, semuna alum kacida, sare bae sapeuting di deiu Nyai, Rengganis inditna maksa

Enggeus ngapung Nyi Retna Rengganis, ngawang ngawang henteu katingalan, geus mulang ka gunung gede, kacaturkeun nu dikantun, Narpatmaja kalangkung brangti, ti beurang tara tuang, ngahiul ngajentul, mun sore taya sarena, nu kacipta kajaba ti salianing, Kusumah Argapura

Geus makuwon di jero tamansari, Narpatmaja dina kebon kembang, kumambang bae cipanon, parekan para babu sami ngadep ka Raden Mantri, geus kumpul di payunan, sami heran kalbu, ningal panata juragan, jadi beda tinda adatna sasari, kawas jalma kasambang

Susur sasar sarta kumbang keumbing, kembang kembang ditingalan, Rengganus anu katembong, sida gek umbang ambung, sareng sering sok ngahariring, panyana para embang Raden owah kalbu, ku bawaning kaleleban, para emban henteu ningal ka Rengganis, anging Iman Suwangsa

Kacaturkeun Raden engeus lami, malah enggeus jangkep dua bulan, nyobatna jeung Rengganis teh, henteu kersaeun wangsul, narpatmaja di tamansari, lir kenging ku wisaya, kalebon parabun, engeus tara ngadeuheusan, ka kangrama jangkep dua bulan lali, mungkur henteu paseban.

bersambung Legenda Dewi Rengganis 7 : Bagenda Amir Hamzah





Saturday 6 June 2015

Beauty and The Beast

Suatu masa, seorang pedagang berangkat ke pasar. Sebelum berangkat, ia bertanya kepada ketiga putrinya hadiah apa yang diinginkan mereka. Puteri pertama menginginkan daun brokat, puteri yang kedua meminta kalung mutiara, tetapi puteri yang ketiga yang bernama Beauty puteri yang termuda dan paling cantik di antara mereka  berkata kepada ayahnya, “Aku hanya ingin dibawakan bunga mawar yang ayah bawakan khusus buatku.”

Ketika pedagang itu selesai berbisnis, ia pulang ke rumah. Namun tiba-tiba badai menerjang, dan kudanya tidak bisa bergerak dengan cepat. Dalam keadaan dingin dan lelah, pedagang sudah kehilangan harapan dapat menemukan penginapan. Tiba-tiba dia melihat cahaya dari sela-sela pepohonan. Segera dia mendekat. Dia menemukan pintu  yang terbuka. Meskipun sudah berteriak berulang-ulang namun tidak ada jawaban. Dengan memberanikan diri dia berjalan-jalan berkeliling. Dia menemukan makananan di meja yang sudah tersajikan. Sebentar sebentar pedagang berteriak memanggil pemilik kastil, namun tetap tidak ada jawaban. Karena kelaparan dia memakan makanan  yang tersedia di meja, terasa masih hangat.

Pengaruh sebuah kisah dan dongeng terhadap perilaku anak-anak maupun dewasa

Saat mengajar kadang-kadang saya selingi dengan sebuah kisah atau dongeng. Anak anak biasanya sangat senang kalau belajar diselingi dengan dongeng, mereka terlihat lebih menikmati mendengarkan sebuah kisah atau dongeng dibanding mendengarkan pelajaran, kebetulan pelajarannya matematika :D .
Saya sih ngambil hipotesis bukan cara mendongengnya yang bagus tapi mungkin mereka menghindar dari belajar matematika yang ngejelimet, hehe. Tapi ada baiknya juga, setidaknya mereka mau mendengarkan, jadi kita bisa memasukkan nilai nilai moral disitu. 
Hampir setiap hari saya mendongeng untuk anak-anak, baik itu cerita yang singkat maupun panjang. bahkan saya pernah menceritakan kisah bersambung di kelas matematika. Bukan hanya di kelas, kebiasaan bercerita saya juga diterapkan di TK maupun majelis taklim, baik remaja, ibu-ibu maupun bapak-bapak. 

Friday 5 June 2015

Dewi Bidasari Di Buang Ayahnya, Raja Kembayat (Syair Bidasari bag 3)

Setelah sudah mandi bersuci
disambut anakanda disusui
kasih dan sayang tidak terperi
Puteri nan hendak ditinggali

Laki isteri bercinta gundah
memandang anakanda paras yang indah
Baginda menangis seraya bermadah
hendak dibawa bukannya mudah

dialaskan kain berpekanakan emas
diselimutkan dengan cawal kemas
memandang anakanda hatinya lemas
rasanya harap terlalu cemas

setelah hampirkan siang
hatinya belas terlalu sayang
diselimutkan kain intan di karang
manikam merah kemala diselang

ditaruhkan kendi di sisi anakanda
berbagai pakaian isinya ada
dinar dan intan emas bertatah
kendi-kendi kemala ditinggalkan Baginda

Dipeluk dicium seraya berkata
berhamburan dengan airnya mata
ayuhai emas putera juita
dipelihara oleh Tuhan semesta

lalu menangis puteri bangsawan
diletakan anakanda pilu dan rawan
kur semangat anakku tuan
semoga didapat orang bangsawan

Baginda menyapu airnya mata
memandang isterinya seraya berkata
ayuhai Adinda marilah kita
fajar menyingsing terangkan nyata

Segera berjalan laki isteri
hendak lekas ke luar negeri
tidak memandang kanan dan kiri
ke dalam hutan membawa diri

bersambung ke Dewi Bidasari di Pungut Laela Jauhari

 

Cerita dan Legenda Rakyat Dunia © 2008. Design By: SkinCorner

Wilujeng Sumping

Selamat datang di blog saya, warnanya ceria seceria kisah yang akan disajikan :D "Dalam setiap kisah selalu terselip pelajaran hidup yang berharga"
Flag Counter