hanya seorang adik perempuan
dalam dunia dua sekawan
suami Sitti Tabing bangsawan
Serunting itu tempat tinggalnya
jauh terpisah dari adiknya
di Padang Langgar letak rumahnya
rimba dan padang membatasinya
Hutannya lebat bukan kepalang
tempat penyamun datang berulang
jin dan hantu setan jembalang
binatang buas sana terbilang
Bahaya banyak di hutan duri
baik pun siang dan malam hari
masuk ke hutan orang pun ngeri
jika tak awas celaka diri
Harimau, singa, ular dan kala
beruang, gajah, badak bercula
di tengah hutan merajalela
mengintai mangsa sepanjang kala
Mengingat hal sekalian itu
Serunting sangat berhati mutu
saudara jauh sudahlah tentu
ia tak dapat hidup sekutu
Susah hatinya Serunting Sakti
jauh bertempat adiknya Sitti
mencari daya tidak berhenti
dengan Rie Tabing dimupakati
Lalu mupakat dua saudara
membuat kebun dengan segera
sebidang seorang hendak dipiara
kebun pun jadi tak lama antara
Kebunya luas di tengah hutan
banyak tanaman bukan buatan
padi ladangnya bagai lautan
hijau mengombak indah kelihatan
Tanam tanaman subur hidupnya
hijau dan segar sekaliannya
mata memandang sedap rasanya
senang hati yang memeliharanya
Supaya jangan sengketa nanti
kebun diberi batas yang pasti
sepotong kayu sebesar titi
ditanamkan dalam dengan seperti
Kebun terbagi dengan saksama
tidak berlebih luasnya sama
sehingga dengki tidak menjelma
demikian dibuat muda utama
Adapun kayu batasnya itu
dengan Takdir Tuhan Yang Satu
tampak cendawan tumbuh di situ
setiap hari sepanjang waktu
Cendawan tumbuh sebelah kiri
di pihak kebun Tabing sendiri
banyaknya tidak lagi terperi
bagus rupanya putih berseri
dengan kehendak Tuhan Kuasa
ada kepada suatu masa
di pihak Serunting muda berbangsa
cendawan emas tumbuh sentosa
Cendawan emas kilau kilauan
gemilang bagai emas tempawan
giranglah hati muda rupawan
bahagia datang tak ketahuan
Baiknya nasib Serunting Sakti
beroleh emas berkati-kati
Tabing merasa kesal di hati
usahanya tidak mendapat bukti
Hati di dalam gundah gulana
iri cemburu muda teruna
lalu dibuat satu bencana
kayu dibalikkan dengan sempurna
Pada pikirnya ketika itu
bahagia datang sudahlah tentu
senang hatinya bukan suatu
besoknya tumbuh emas bermutu
Perbuatan Tabing lela bangsawan
oleh Serunting tidak ketahuan
sesudah diambilnya emas tempawan
kayu ditinggalkan muda pahlawan
Setelah datang esok harinya
pergilah Tabing dengan girangnya
maksud mengambil cendawan emasnya
tetapi satu pun tak didapatnya
Sudah tentu Allah takdirkan
pada Serunting wahyu diturunkan
Pihaknya tidak Tuhan tampakkan
cendawan hutan yang ditumbuhkan
Melihat takdir Allah ta'ala
setan di hati merajalela
amarah di kalbu bernyala-nyala
kayu pembatas diputar pula
Harapan timbul di dalam hati
besok beroleh emas berkati
tapi kecewa juga menanti
emas tak ada Tabing dapati
Rie Tabing sangatlah rawan
padanya selalu tumbuh cendawan
pihak Serunting emas tempawan
bertambah iri kepada kawan
Kesal cemburu bukan kepalang
dalam hatinya dengki berulang
"Kalau begini kayu pemalang
baik kuambil dibawa pulang"
Kata orang empunya peri
kayu ajaib tegak berdiri
lalu dicabut sekuat diri
dipikul pulang sambil berlari
Karena tamak hilang semangat
jahat tabiat tidak diingat
harapan timbul semakin sangat
inginkan emas segera bangat
Tetapi sudah Allah takdirkan
harta tak dapat diperebutkan
darajat tak dapat ditinggikan
jikalau tidak Allah hendakkan
Demikianlah pada pagi harinya
Tabing berasa suka hatinya
lalu pergi melihat kayunya
maksud mengambil cendawan emasnya
Demikian dilihat emas perada
tumbuh dikayu haram tak ada
sesal di hati berlipat ganda
malu diketahui oleh kakanda
Bersambung Serunting Sakti berkelahi dengan Rie Tabing
0 komentar:
Post a Comment