tinggal sebagai kayu di hutan
Tabing kecewa bukan buatan
bagai hilang rasa ingatan
Adapun Serunting muda berbakti
pagi bangun kebun dilihati
sangat terperanjat di dalam hati
kayu pembatas hilanglah pasti
Heran hatinya bukan kepalang
duka dan sedih bercampur walang
sak di hati datang menjelang
pasti Rie Tabing membawa pulang
Kepada Tabing dia tanyakan
"Wahai Adinda coba terangkan
kayu pembatas yang kita tanamkan
siapa gerangan yang membuangkan?"
Akan Rie Tabing berdiam diri
sepatah tidak jawab diberi
Serunting melihat demikian peri
ia sudah maklum sendiri
Mengingat laku Tabing saudara
Serunting sedih tidak terkira
sepatah tidak hendak bicara
lalu berjalan dengan segera
Adapun Tabing orang yang garang
iri di hati sudah bersarang
kepada ipar menjadi berang
berhajat ia hendak menyerang
sebab dengki di dalam hati
pada iparnya bukan seperti
dibuat olah tidak berhenti
berlaku jahat buruk pekerti
Olah dicari setiap waktu
hendak berkhianat maksudnya tentu
Serunting mengetahui hatinya mutu
hidup tak dapat lagi sekutu
Olah Rie Tabing semakin sangat
bersadaraan tidak lagi diingat
Serunting pun bagai digigit ngengat
darahnya timbul terlalu bangat
Demikianlah suatu hari
Serunting marah tidak terperi
lalu ditampar ipar sendiri
Tabing membalas membela diri
Tidak berapa lama antara
lalu berkelahi dera mendera
pukul dan tinju tidak dikira
berjuang dengan sangat gembira
Serunting kuat bukan seperti
lagi pahlawan berani mati
Tabing melawan bersungguh hati
berkelahi tiada berhenti henti
Palu memalu berulang ulang
parang memarang tidak berselang
kayu dan batu berhambalang
hebatnya bukan alang kepalang
Gagah berani tangkas cekatan
keduanya sama berhati jantan
usir mengusir timur selatan
mati terlanda binatang hutan
Penat bergumul lontar melontar
kayu di hutan tumbang terhantar
berkelahi lama tidak sebentar
orang melihat hatinya gentar
Banting membanting setiap waktu
gemuruh bunyi bukan suatu
binatang hutan lari tak tentu
Takut kepada perbekelahian itu
Burung beterbangan kian kemari
tempat sembunyi lalu dicari
awan pun kuning tidak berseri
suram kelihatan rupanya hari
Siang berkelahi malam berhenti
sama mengadu ilmu yang sakti
gagahnya sama nyata terbukti
tidak yang tewas ataupun mati
Tujuh purnama sudah lamanya
segala pekerjaan ditinggalkannya
berkelahi tidak sudah sudahnya
sama perwira kedua-duanya
Di dalam hati Tabing rasakan
Serunting lebih gagah perkasa
rahsia dicari senantiasa
supaya lawan jadi binasa
Dicari rahsia satu persatu
supaya kalah musuhnya itu
kehendak Allah Tuhan Yang Satu
segalanya tidak dapat membantu
Sangatlah susah Tabing yang garang
duka hatinya bukan sebarang
Serunting bukan sebarang orang
ilmunya banyak tidaklah kurang
Serunting sakti lagi pahlawan
tidak berani makhluk melawan
baik pun jin, hantu dan hewan
jika bertemu gentar dan rawan
Bersambung
0 komentar:
Post a Comment