Showing posts with label kisah rakyat dari bima. Show all posts
Showing posts with label kisah rakyat dari bima. Show all posts

Thursday, 17 February 2022

Dongeng dari Bima: Dongeng Kerbau dengan Macan

Dongeng Dari Bima: Dongeng Kerbau dan Macan
 
Tersebutlah seekor kerbau yang amat kurus. Pada suatu hari kerbau itu berjumda dengan seekor macan.
 
Berkatalah macan itu: "Hai, Kerbau! Apatah nian maka badanu begitu kurus?"
"Bagaimana aku tak akan kurus, kalau bukan karena kekurangan makanan?" jawab kerbau
"Sekiranya kau mau bernjanji dengan aku, niscaya badanmu akan gemuk dengan cepat," kata macan
"Baiklah kalau begitu."
"Betul-betulkan engkau mau berjanji?" tanya macan
"Betul. Asalkan aku bisa gemuk. Apakah isi perjanjian kita itu?" tanya kerbau
"Begini, Saudara! sekiranya badanmu telah gemauk karena aku, aku akan memakan hatimu. Begitulah buah perjanjian itu. Setujukah kamu?"
"Ya, saya setuju," jawab kerbau

Tuesday, 21 July 2015

Sangaji Ali bag 3: Kisah Dari Bima

Ketika Ulama itu melihat kepala Maharaja Ali yang diombang ambingkan ombak, ia pun berdiam diri sejenak. Kemudian menitiklah air mata ulama itu karena haru melihat kepala yang demikian. 
"Ya Allah! Hidupkanlah orang yang mempunyai kepala ini," Ulama berdoa
Lama-lama nampaklah kehidupan pada kepala Maharaja Ali. Matanya mulai terbuka. Karena itu Ulama meneruskan lagi doanya. Maka nampak pula tubuh yang semakin sempurna bentuknya melengkapi tanda-tanda kehidupan pada diri Maharaja Ali

Wednesday, 17 June 2015

Kisah dari Bima Sangaji Ali : Maharaja Ali terpisah dengan anak-anaknya bag. 2

Pembantu raja melaporkan kepada raja tentang wanita dan anak-anaknya yang tak lain adalah isteri Maharaja Ali dan anak-anaknya. 

"Aku ingin bertemu dengan wanita cantik itu. Kalau dia datang lagi meminta sedekah, suruh dia datang ke istana." kata raja. Pembantu raja menerima perintah raja dan menyampaikan kepada bawahannya apa yang diperintahkan raja.

Isteri Maharaja Ali kembali ke tempat suaminya yang sedang menunggu. Mereka memasak beras yang diterimanya dari sedekah di masjid. Puteri Hanin menceritakan bagaimana baiknya raja di negeri itu yang memperhatikan fakir dan miskin di negerinya.

Pada hari Jum'at berikutnya, Puteri Hanin dan anaknya berangkat ke masjid meminta sedekah. Di sana sudah berkumpul orang-orang yang meminta sedekah. Mereka senang akan mendapatkan sedekah. 
"Ibu tidak dapat bagian di sini. Ibu harus langsung ke istana."Kata petugas sedekah saat Puteri Hanin meminta sedekah.
Berangkatlah ia ke istana beserta kedua anaknya. Ketika sampai di gerbang istana, hanya Puteri Hanin yang boleh masuk. Kedua anaknya terpaksa berhenti di luar istana menunggu ibunya. 
"Ada keperluan apa gerangan Ibu datang kemari?" tanya raja setelah Puteri Hanin sampai ke hadapannya.
"Sudilah kiranya Baginda berbelas kasih kepada hamba dengan memberikan sedekah untuk keperluan hamba," Jawab Isteri Maharaja Ali.
"Baiklah, mari kita ke serambi istana," jawab raja
Mereka beranjak ke serambi istana. Setelah duduk, isteri Maharaja Ali menunggu jawaban dari raja. Namun raja hanya memandang Puteri Hanin menikmati kecantikannya. Karena raja tidak berkata apa-apa, Puteri Hanin pamit undur diri. Namun raja melarangnya, bahkan dia memerintahkan penjaganya agar menutup pintu gerbang dan menguncinya. 

Anaknya yang sedang menunggu di luar sudah merasa kesal karena terlalu lama. Bertanyalah ia kepada para penjaga. Namun tak ada satupun penjaga yang memberi tahu, malah disuruhnya pulang karena pintu gerbang sudah dikunci.

Pulanglah kedua anaknya dengan perasaan sedih karena tidak bertemu dengan ibunya. 
"Mana ibumu?" tanya Maharaja Ali
Kedua anaknya hanya menangis. Kemudian mereka menjawab
"Ibu di bawa ke dalam istana. Kami tidak boleh masuk, harus menunggu di pintu gerbang istana. Mereka menguci pintu gerbangnya. Kami sudah tanyakan ke petugasnya ibu kemana, tapi ga ada yang memberi tahu." jawabnya lalu menangis kembali.
"Alangkah dzalimnya negeri ini. Ayo kita tinggalkan tempat ini. Negeri ini tidak pantas untuk ditinggali. Lebih baik kita pergi mencari negeri lain yang lebih baik."Kata Maharaja Ali penuh dengan kesedihan.
Berangkatlah Maharaja Ali beserta anaknya meninggalkan Puteri Hanin dengan perasaan sedih yang amat sangat. Mereka berjalan melalui lembah, bukit, gunung dan hutan selama berbulan bulan. Di suatu tempat, mereka menemukan sebuah sungai. Namun tidak ada jembatan penyeberangan hanya ada penyewaan perahu untuk menyeberang.
"Tuan, kasihanilah kami, tolong antarkan kami ke seberang."Pinta Maharaja Ali
"Kalian punya ongkosnya?" tanya tukang perahu
"Maaf tuan, kami tidak memiliki apapun untuk membayarnya. kami orang miskin yang datang dari jauh." jawab Maharaja Ali
Mendengar jawaban itu, tukang perahu tidak mau menyeberangkan mereka. Terpaksa mereka berjalan menyusuri jalan setapak di pinggir sungai berharap ada jembatan penyeberangan. Meskipun tidak terlalu dalam, namun sungai itu banyak dihuni oleh buaya yang ganas.
Di suatu tempat, mereka menemukan sebuah pohon tumbang yang melintang ke seberang. 
"Nah inilah tempat kita menyeberang, ayo kita berjalan di atasnya dengan hati hati, jangan sampai jatuh."Kata Maharaja Ali
"Kami tak berani berjalan sendiri-sendiri, Ayah,"Jawab kedua anaknya
"Lalu bagaimana?" Tanya Maharaja Ali
"Kami ingin dituntun Ayah." Jawab anaknya
"Baiklah," Maharaja Ali menuntun satu persatu anaknya berjalan di atas kayu. Dituntunnya anak pertama menyeberangi sungai. Setelah sampai, Maharaja Ali kembali mengajak anak keduanya. Namun ketika dia mengangkat anaknya ke daratan, Maharaja Ali disambar buaya yang telah menunggunya dari tadi sehingga terjatuh ke dalam sungai, ia diterkam buaya sehingga kepalanya terputus dan hanyut ke sungai.

Kedua anaknya tidak bisa berbuat apa-apa terhadap nasib ayahnya, mereka menangis tersedu-sedu. Pada saat itulah lewat seseorang dan menanyakan apa yang terjadi. Diceritakanlah kepadanya apa yang menimpa ayahnya. Merasa kasihan terhadap nasib kedua anak ini, orang tersebut membawanya ke desa dan menjadikannya sebagai anak angkat. Berhari-hari dan berbulan-bulan tinggal bersamanya, Johansyah dan Alisyah ternyata mempunyai pribadi yang baik, sopan dan rajin sehingga membuat orang tua angkatnya senang. Demikian pula orang-orang desa sangat menyukai mereka berdua. Maka diusulkanlah keduanya untuk menjadi pembantu raja. Sudah menjadi kebiasaan di desa tersebut jika ada pemuda yang baik akan dijadikan sebagai pembantu raja. Setelah diterima di istana mereka diberi tugas menjadi kepala keamanan di istana. 

Tunda dulu kisah anak-anaknya. Kembali kepada Maharaja Ali yang kepalanya terputus terbawa sungai sampai ke lautan. Kepalanya yang terapung ditemukan oleh seorang ulama yang sangat sakti. Ulama tersebut dapat berjalan di atas air, memakai baju putih, di tangannya melingkar sebuah tasbih. Tak henti-hentinya ulama itu berzikir.

Ketika Ulama itu melihat kepala Maharaja Ali yang terombang ambing ombak, ia pun terdiam dan menitikkan air mata karena haru melihat kepala Maharaja Ali.
"Ya Allah! Hidupkanlah orang yang mempunyai kepala ini," Ulama berdo'a
Lama-lama nampaklah kehidupan pada kepala Maharaja Ali. Matanya mulai membuka




Tuesday, 16 June 2015

Dongeng dari Bima : Kisah Sangaji Ali


Konon ada sebuah negara yang dipimpin oleh seorang raja bernama Maharaja Ali. Dia mempunyai seorang isteri bernama Putri Hanan dan tiga putranya yang tertua bernama Badarsyah, yang kedua Johansyah dan yang paling kecil bernama Alisyah. Kerajaan yang dipimpinnya sangat terkenal, banyak negara yang diitaklukannya.

Maharaja Ali terkenal sebagai raja yang adil dan bijaksana. Namun kelakuan anaknya yang pertama yaitu Badarsyah sangat menjengkelkan rakyatnya. Dia selalu menggoda isteri-isteri atau anak perempuan mereka.

Karena tidak tahan lagi dengan perbuatan anak sulung raja, mereka bersepakat untuk meninggalkan negeri. Berduyun duyun mereka mendatangi pembantu raja.
“Ada apa gerangan kalin bergerombol datang kemari?” Tanya Pembantu Raja.
 “Maaf Tuanku, kami berniat untuk meninggalkan negeri ini. Kami mohon pami.” Sahut mereka
“Kenapa kalian hendak meninggalkan negeri ini? Apakah kerajaan tidak berlaku adil kepada kalian?” Tanya pembantu raja dengan terkejut.
“Tidak Tuan, kerajaan memperlakukan kami dengan baik  dan adil, namun kami tidak tahan dengan perbuatan putera sulung raja.”jawab mereka.
“Memangnya perbuatan apa yang membuat kalian kesal?”tanya pembantu raja.
“Dia suka mengganggu dan menggoda anak dan isteri kami Tuan. Kami berniat untuk keluar dari negeri ini dan mengangkat orang lain untuk menjadi raja.
“Tunggu dulu,” potong pembantu raja,”Biar saya bertemu raja dan membicarakannya, jika putera sulungnya tidak berubah terselah kalian mau meninggalkan negeri ini.” Pintanya

Maka berangkatlah pembantu raja mengahadap raja akan menyampaikankan keluhan rakyatnya.
“Apa maksud kedatanganmu?” Tanya Maharaja Ali
“Sembah Baginda, saya ingin melaporkan perilaku buruk putera sulung yang selalu mengganggu anak dan isteri rakyat. Banyak di antara mereka ingin meninggalkan negeri ini karena tidak tahan dengan perilakunya.”Lapor pembantu raja
“Benarkah itu?” Baginda terkejut.
“Benar Baginda,”jawab pembantu raja
Maharaji Ali menggeleng-gelengkan kepalanya kaget dan malu terhadap perbuatan anaknya. Setelah berpikir cukup lama ia berkata kepada pembantunya.
“Jangan biarkan rakyatku meninggalkan kerajaan ini. Biarlah aku yang meninggalkan kerajaan sebab akhlaknya adalah tanggungjawabku. Engkau gantikan diriku menjadi raja.” Perintah Maharaja Ali kepada pembantunya.

Segeralah raja berkemas-kemas hendak meninggalkan kerajaan. Rakyat berbondong-bondong mengiringi kepergian Maharaja Ali dengan rasa haru dan sedih. Mereka sebenarnya sangat mencintai sang raja.
Setelah berhari-hari berjalan, mereka bertemu dengan sekawanan perampok. Semua harta dan benda Maharaja Ali dirampas. Maharaja Ali jatuh miskin seketika. Meskipun sudah tidak mempunyai harta benda, mereka tetap meneruskan perjalanan ke arah yang tak tentu tujuan. Di tengah perjalanan, Badarsyah perutnya merasa mulas, dia pergi ke pinggir sungai melepaskan hajatnya. Maharaja Ali

tidak mengetahui hal itu, dia terus berjalan setelah jauh dia baru tersadar Badarsyah tidak ada.
"Mana Badarsyah?" tanyanya 
"tadi dia buang hajat di sungai." jawab adiknya
"Kita istirahat di sini sambil nunggu Badarsyah." ujar Maharaja Ali
Setelah lama menunggu, Badarsyah belum muncul juga. "Apa yang harus kita lakukan isteriku?" Tanya Maharaja Ali pada isterinya
"Kita lanjutkan saja perjalanan pelan-pelan, pasti Badarsyah menyusul kita."Jawab isterinya
Berangkatlah mereka meneruskan perjalanan sambil sekali-kali menengok ke belakang berharap Badarsyah muncul.
Adapun Badarsyah setelah dia menunaikan hajatnya dia kembali ke jalan semula hendak menemui keluarganya. Namun mereka semua sudah tidak ada.
"Kemana orang tuaku?" Badarsyah kebingungan.
Dia pun mengikuti jalan yang ada berharap dapat bertemu dengan keluarganya. Ketika bertemu jalan yang bercabang, dia memilih jalan berbeda yang ditempuh keluarganya. Dia berjalan terus sehingga menemukan sebuah negeri.
Badarsyah menemukan banyak hal yang baru di negeri itu. Berharap orang tuanya ada di negeri itu, dia mencari-cari ke setiap pelosok negeri itu. Karena banyak hal yang menarik hatinya, lama-lama dia mulai betah tinggal di negeri itu.

Sedangkan Maharaja Ali terus berjalan sambil berharap Badarsyah dapat menyusulnya. Namun harapannya sia-sia. 
"Sia-sia kita menunggu Badarsyah. Kita teruskan saja perjalanan. Semoga yang Maha Kuasa melindunginya."Kata Maharaja Ali.

Tibalah dia di sebuah negeri yang asing. Mereka berhenti berjalan dan melihat-lihat negeri tersebut. Mereka tercengang dengan keadaannya yang berbeda dengan negara dia yang telah ditinggalkannya. Kebetulan pula bekal mereka telah habis.
"Tinggallah di sini, aku akan mencari makanan. Siapa tahu penduduk negeri ini berbaik hati memberi kita makanan." Kata Maharaja Ali
"Daripada engkau yang pergi, lebih baik aku saja, bisa jadi ada orang yang mengenal engkau, suamiku."Jawab isterinya
"Benar juga." Maharaja Ali membenarkan.
Berangkatlah Puteri Hanin beserta kedua anaknya untuk meminta bekal kepada penduduk negeri itu. Kebetulan hari itu hari Jum'at.
"Kalian kalau minta sedekah datang saja ke masjid,"Kata salah seorang penduduk,"Semua sedekah kami telah kami serahkan ke sana. Pasti kalian akan dapat banyak."
Putri Hanin dan anaknya berangkat ke masjid mengikuti sarannya. Sesampainya di masjid, terlihat pembantu raja dan orang-orang keluar dari masjid sambil membawa berkarung-karung makanan. Putri Haninpun antri bersama para peminta-minta, demikian pula anaknya.
Pembantu raja membagi-bagikan makanan. Putri Hanin berjalan dan menerima sedekah, kedua anaknya pun mendapat jatah yang sama banyak.
Selama pembagian sedekah, keberadaan Putri Hanin tidak terlepas dari pandangan pembantu raja."Siapa wanita cantik ini?"pikirnya
Selesai pembagian sedekah, pembantu raja bertanya kepada bawahannya," Siapa wanita itu? aku belum pernah melihatnya. Cantik sekali wajahnya."
"Tidak tahu Tuan, mungkin orang kaya yang pura-pura miskin, kami juga baru melihatnya hari ini."Jawab bawahannya.
Kemudian pembantu raja pergi menghadap raja untuk melaporkan adanya wanita dan anaknya.

Bersambung Sangaji Ali 2 : Maharaja Ali terpisah dengan anaknya

Monday, 25 May 2015

Mpama Dou Mampinga Sa-Uma-Uma : kisah jenaka bahasa bima

wara wara ruana dou mampinga sa-uma uma. Mpinga amana, mpinga inana, mpingaanana, mpinga adana, ada siwena.
wara kai sabua ainaina, anana ede nalao tonggu mbeena lalo dou duana malampa, manee lao di rasa kolo. 
Edera sodi kaina ana dou ede, "E nggoke, be-ku ncai malao ese Kolo?"
Edera cambe kaina ba ana dou ede, "Mbee mbo ake mbee amaku, mbee siwe ake mbee inaku, mbee toi ake mbee ndaiku."
Edera ringa kai cambe ba anadou ede ba dou akande, "Na mpingaku pala anadou lako ake. Maira talaoku lampa."
Di Kontou dou ede, na dula ra anadou ede di umana. Pala inana wunga medina kafa.
Edera nggahi kai ba anana, "Ai Inae, wara dou duana akande masodi la mada. Cou ma ntau mbee ngenamu ede. Edera cambi kai ba la mada, mbee mbo, mbee amaku. Mbee siwe, mbee inaku. Mbee toi, mbee ndaiku."
Cambe kai ba inana, "Ai anae, ede si boco, boro si boro, sura wara ndadi salongi kai cada mboko amamu."
Ntika samporo mpara ba ede, narongga ja ra amana ma dula di doro. 
Edera nggahi kai ba inana, "Ai ama la Dambe. Na lao podara nggahi ro e dou ba anamu. Na nggahiku medi ausi ma boco si boro mandede. De cambe kaiba nahu, ededu na boco siboro, sura wara ndadi salongi kai cada mboko amamu."
Cambe kai ba rahina, "Nggahi au ma turu karawi lako ndede. bune ai nahu ma nee angi labo la Mpano? Bakaiku binata ede?"
Edera lao ngupa kaina la Mpano. Pala la Mpano wunga mba juna mubu. 
Edempara nggahi kaiba rumana, "Ai Mpano, nggahi puamu akande, nahu manee angi labo nggomi, binata ake loa podara nggahi. ka reeweku asamu ba nahu."
Edera cambe kai ba la Mpano, "Ai RUmae! Kone poda mpa la mada ada dou sampuru ruma, wati poda-poda cauku nduu mubu di nocu-nocu."
Ndedera nuntu ra mpama, dou ma mpinga sa uma-uma.




 

Cerita dan Legenda Rakyat Dunia © 2008. Design By: SkinCorner

Wilujeng Sumping

Selamat datang di blog saya, warnanya ceria seceria kisah yang akan disajikan :D "Dalam setiap kisah selalu terselip pelajaran hidup yang berharga"
Flag Counter