Thursday 17 February 2022

Dongeng dari Bima: Dongeng Kerbau dengan Macan

Dongeng Dari Bima: Dongeng Kerbau dan Macan
 
Tersebutlah seekor kerbau yang amat kurus. Pada suatu hari kerbau itu berjumda dengan seekor macan.
 
Berkatalah macan itu: "Hai, Kerbau! Apatah nian maka badanu begitu kurus?"
"Bagaimana aku tak akan kurus, kalau bukan karena kekurangan makanan?" jawab kerbau
"Sekiranya kau mau bernjanji dengan aku, niscaya badanmu akan gemuk dengan cepat," kata macan
"Baiklah kalau begitu."
"Betul-betulkan engkau mau berjanji?" tanya macan
"Betul. Asalkan aku bisa gemuk. Apakah isi perjanjian kita itu?" tanya kerbau
"Begini, Saudara! sekiranya badanmu telah gemauk karena aku, aku akan memakan hatimu. Begitulah buah perjanjian itu. Setujukah kamu?"
"Ya, saya setuju," jawab kerbau
"Kalau begitu, ikutilah aku!" ajak macan 
Maka berjalanlah keduanya beriringan. Mereka mencari sebuah kebun yang penuh dengan tanaman untuk makanan kerbau.

Tak lama kemudian datanglah mereka di kebun tersebut. Masuklah kerbau disusul oleh macan.
"Bagaimana kalau kedatangan pemilik kebun in?" tanya kerbau
"Tak usah khawatir. Aku akan menjagamu dari pemilik kebun. Akan aku koyak batok kepalanya bila dia berani mengganggu kamu." jawab macan. 
Mulailah kerbau memakan segala isi kebun. Makannya lahap sekali, maklum baru menjumpai makanan selezat itu. perutnya membuncit seketika.
Sesudah itu datanglah pemilik kebun. Terlihatlah olehnya segala tanaman yang hancur dimakan kerbau. Marahnya amat sangat melihat kejadian itu. serta merta dipotongnya batang kayu untuk memukul kerbau yang menghabiskan tanamannya. 
Orang itu masuk ke kebunnya. Tetapi sebelum ia mendekati kerbau, tiba-tiba terlihatlah olehnya seekor macan dengan mata terbelalak. 
"Sialan ada binatang jahanam yang menunggunya," teriak orang itu sambil berlari ketakutan. 
Kerbau itu melanjutkan makan. Tanpa ragu-ragu lagi dia menghabiskan segala isi kebun itu. Beraknya berhamburan di sana sini karena perutnya kekenyangan.

Bila selesai makan, krebau itu menuju telaga. Di situ ia minum sepuasnya. Tak heran bila badanya cepat menjadi gemuk. Dagingnya penuh dengan lemak berlapis-lapis. Bulunya yang panjang, kini telah rontong. kulitnya berminyak berkilau-kilauan. Tandauknya meruncing berlekuk. 
melihat itu terbitlah selera makan macan untuk menikmati hati kerbau yang gemuk itu. 
ia pun berkata kepada kerbau, "Hai, Kerbau! kulihat tubuhmu sudah gemuk sekali. Bagaimana dengna janji kita semua?"
"Ya tentu saja aku ingat dengan janji kita itu." jawab kerbau
"Nah, kini tiba saatnya aku hendak mengenyam hatimu," kata macan. 
"Baiklah kalau begitu. Namun berikanlah kesempatan bagiku untuk menikmati hidup sampai esok pagi. Aku ingin melihat dunia dengan isisnya untuk kali yang terakhir, karena aku bakal mati dalam waktu singkat," pinta kerbau.
"Baiklah kalau begitu," jawab macan.

Malam itu macan mengikat kerbau dengan tali yang kokoh. Takut kalau-kalau kerbau melepaskan diri. Macan tidur dengan nyenyak begitu percaya kepada keampuhan tali pengikat kerbau. Maka pada waktu tengah malam kerbau menarik tali pengikanya hingga putus. Ia segera melarikan diri tanpa sepengatahuan macan. Sepanjang jalan kerbau berpikir, kepada siapa ia bisa meminta perlindungan. 
"Sebaiknya aku mencari gajah. Barangkali dia bisa menolong,"Pikir kerbau
Kerbau berlari menuju tepi hutan. Di situ tempat tinggal gajah. 
"Wahai gajah! Sudikah kau menolong diriku? Hidupku terancam oleh macan," kata kerbau.
"Ah mengapakah hidupmu terancam?" tanya gajah.
"Macan akan memakan hatiku."
"Apa sebabnya begitu?" tanya gajah lagi
"Kami telah berjanji, bila tubuhku sudah gemuk berkat pertolongannya, ia akan memakan hatiku Begitu perjanjian yang telah kami sepakati," jawab kerbau
"Kalau demikian halnya, aku tak berani melindungimu. Engkau lah yang telah mengingkari janji, tentu kau telah bersalah. Aku takut kepada macan. Satu-satunya pertolongan yang bisa kuberikan, hanyalah menyuruh kau pergi dari sini. Kalau tidak engkau akan dimakan oleh macan itu disini juga," kata gajah. 

Tiba pagi hari, datanglah macan ke tempat gajah. Dilihatnya gajah sedang duduk-duduk sendiri. 
"Tidak adakah kerbau yang datang kemari?" tanya macan kepada gajah. 
"Ada, tapi telah pergi karena aku tak mau melindunginya," jawab gajah.
Sungguh jahat dia. ia telah mengingkari janji," kata macan.
"Kejar dia sampai dapat. Patut dihukum dengan hukuman yang setimpal," kata gajah. 

Macan menyusuli kerbau ke mana dia melarikan diri. Diperhatikannya jejak yang ditinggalkan kerbau itu. 
Nampaknya kerbau mengarah ke tempat tinggal menjangan di tengah hutan. Di situ ia meminta perlindungan seperti halnya ia meminta perlindungan kepada gajah. 
"Wahai kerbau! sedang diriku tak bisa kulindungi bila macan hendak menerkamku. Makanya pergilah dari sini cepat-cepat. Aku sangat takut kepada macan yang galak itu," jawab menjangan ketakutan.

Berlali pulalah kerbau itu meninggalkan rumah menjangan. Untunglah cepat-cepat dia meninggalkan tempat itu, kalau tidak pasti tersusul oleh macan. Karena tak lama kemudian macan itu tiba di situ. 
"Janganlah kau melindungi kerbau jahanam itu. Ia telah mengingkari janjinya," kata macan marah-marah kepada menjangan.
Menjangan menjadi takut sekali
"Ia tak ada di sini. Sudah pergi baru saja. Kalau saja akan dikejar terus pasti kau temukan dia tak jauh dari sini. Jawab menjangan.
Kembali macan mengejar kemana kerbau pergi. Diperhatikannya jejak kerbau itu sepanjang jalan.
Rupanya kerbau itu segera mencari perlindungan kepada seekor kambing. Dijumpainya kambing itu sedang beristirahat di sebuah telaga.
"Wahai, sahabatuku. Kalau bukan kepadamu aku meminta perlindungan, siapa lagi yang akan menolong jiwaku. Matilah aku hari ini juga." ucap kerbau
"Apakah yang telah terjadi padamu?" tanya kambing
"Aku dikejar mcan. ia hendak memakan hatiku," jawab kerbau
"Apa asal usulnya maka demikian kejadiannya?" tanya kambing penuh ingin tahu
mulailah kerbau menceritakan segala hal ihwalnya dengan macan
"Dahulu aku sangat kurus karena kekurangan makanan. Suatu saat aku bertemu macan. Ia menyodorkan jaas baiknya kepada ku asalkan aku mau berjanji kepadanya. Ia akan menolong mencarikan makanan. Agar aku menjadi gemuk. Bila sudah gemuk aku rela untuk dimakan hatiku olehnya. Bagitulah persoalan yang telah terjadi di antara kami berdua. Makanya aku meminta perlindungan padamu, "Kata kerbau.
"Kalau begitu, berbaring sajalah di belakangku," suruh kambing
Tak lama kemudian nampaklah debu berterbangan. Rupanya macan telah datang ke tempat itu. 
"Wahai sahabatku! Telah datang macan itu. Benarkah kau akan melindungi diriku? Kalau tidak aku akan menghilang dai sini, "Kata kerbau ketakuan
"Tutup mulutmu. Jangan cerewet di depan aku, kalau kau masih ingin hidup," Jawab kambing dengan muka marah.
"Terima kasih atas kesediaanmu,"kata kerbau
Perintah itu dituruti oleh kerbau. Ia berbaring di belakang kambing. Sebentar sesudah itu tibalah macan di depan kambing.
"Hai kambing. Menyingkirlah kau dari tempat ini. Aku sangat marah kepada kerbau jahannam ini. Ingin kuremukkan batok kepalanya. Ia paling jahat, karena telah menipu diriku," kata macan dengan geramnya.
"Kau jangan terburu nafsu. Lihat-lihatlah dahulu. Apakah yang nampak dalam telaga itu? cobalah pandang dengan hati-hati," Jawab kambing.
"Mengapa, kau berkata begitu?" tanya macan
"Tutup mulutmu! jangan bnyak bicara di depanku!" bentak kambing.
"Akan kuremukkan batok kepalamu," jawab macan
"Kau belum tahu rupanya. Bahwa dunia telah terbalik keadaannya?" kata kambing
"Berbalik bagaimana?" tanya macan
"Dulu macanlah yang biasanya membunuh kambing. tetapi kini telah berbalik keadaannya. Mengerti?" tanya kambing
"Jangan kau berbohong!"
"Kalau saja kau tak percaya lihatlah ke arah itu."kata kembing sambil menunjuk ke arah air dalam telaga.
Macan menuruti perintah kambing. Nampak olehnya bayangan kambing dengan macan dalam telaga itu. 
"Sudahkah kau lihat dia?" tanya kambing
"Sudah. Aku sama sekali tidak mengerti," jawab macan
"Yang tampak itu adalah temanmu yang telah menjadi korban keganasan kambin. Kambing itu pula yang telah membunuh teman kamu itu. Maukah kamu senasib dengan dia kalau mau akan kuremukkan seluruh tubuhmu sekrang juga. Mengerti?"
Tak sepatah kata pun yang keluar dari mulut macan. Timbul rasa takutnya kepada kambing itu. 
"Atau sekarang juga kululuhkan tubuhmu?" tanya kambing sambil meloncar dari tempat itu.
"Bedebah. Aku hendak diterkemnya," kata macan sambil melompat dari tempat itu.
Macan segera mengambil langkah seribu ketakutan. Ditinggalkannya tempat itu tanpa bicara.
Terdengarlah gelak tertawa kerbau kegirangan melihat macan ketakutan. Belum pernah dijumpaiknya keadaan seperti tiu. 
Macan berlari terus sampai tiba pada sebatang pohon. Di situ ia beristirahat melepaskan lelah. Napasnya tersengal-sengal. Keringatnya bercucuran pada sekujur tubuhnya. Basah kulitnya karena keringat itu.
Rupanya di atas dahan pohon itu berkumpul sejumlah kera. Entah berapa banyaknya, tak terhitung. Mereka ketakutan melihat macan berteduh di bawah mereka. Tak seekor pun yang berani berkata-kata. Mereka berdiam diri agar tidak diketahui oleh macan.
Mereka mengharapkan agar macan segera engah dari situ supaya mereka bisa berpindah tempat. Tetepi walauupun waktu sudah begitu lama, namun macan itu tetap saja berteduhdi situ. 

Akhirnya mereka bermufakat. Seekor diantaranya mengajukan usul kepada kawan-kawannya. Rupanya itulah pembesar mereka. 
"Lebih baik kita tegur dia terlebih dahulu. Kita tunjukkan kebaikan kita kepadanya," begitu usul pembesar itu.
"setuju," jawab yang lain
"Ha, Pak Macan! apakah gerangan maka kau bermandikan keringat?" tanya ketua kera itu.
"Wahai sahabatuku! nyaris aku diterkam kambing di tepi telaga. Untuk aku cepat-cepat melarikan diri. Kalau tidak, tamatlah riwayatku hari ini juga," Jawab macan.
"Ohooooo.........," Terdengar suara ketawa para monyet itu
"Mengapa kalian mentertawan aku," tanya macan marah
"Bagaimana kami tak akan tertawa, sedang kau telah tertipu oleh kambing itu. Mana mungkin kambing berani menerkam macan? Belum pernah kami mendengar peristiwa serupa itu," jawatb kera serentak.
"Siapa bilang aku telah tertipu olehnya?" tanya macan 
"Sekiranya kau tak percaya, mari kita ke sana,! jawab kera
"Baiklah, marilah kita pergi," kata macan

Turunlah semua kera yang ada di dahan itu mereka bergembira semua karena sudah bis berpidnah ke tempat lain. Seekor di antaranya akan pergi bersama-sama dengan macan ke tempat kambing.
Kera dan macan itu bermufakat bagaimana cara pergi ke tempat kambing itu. 
"Aku berjalan di tanah, sedangkan kamu berjalan di atas dahan-dahan kayu," kata macan.
"Cara itu kurang tepat. Aku tak bisa meloncat secepat kau berjalan," jawab kera
"Bagaimana menurut kamu?" tanya macan
"Sebaiknya aku duduk di atas punggungmu."
"Aku setuju cara itu," Kata macan
Kera segera duduk di atas punggung macan. Maacn pun berjalanlah menuju tempat kambing dan kerbau.
Tetapi setelah jauh berjalan, kera itu mulai merasa ngantuk karena keenakan duduk di atas punggung macan.
"Hei mengapa kau tertidur?" tanya macan
"Aku tak dapat menahan ngantuk. Sungguh jauh perjalanan kita. Aku merasa lelah," jawab kera
"Hai, kau tak boleh tiduran begitu. Nanti kau terjatuh terpelanting ke tanah,' kata macan
"Lalu bagaimana caranya?" tanya kera
Keduanya sama-sama berpikir
"Aku dapat akal," kata macan
"Bagaimana akalmu itu?"
"Mari kita ikat ekor kita berdua."
"Ha..akal yang bagus sekali. Sekalipun aku tertidur aku tidak akan jatuh tertinggal. Bagus!bagus!bagus! Ayolah!" sambut kera.

Mereka mengikat ekornya, sehingga tubunya menjadi satu. Kera duduk di atas punggung macan laksana seorang sedang menunggang kuda.
Entah sudah berapa lama mereka berjalan, akhirnya tiba jualah di tempat kambing dan krebau.
"Lihatlah mereka berdua!" kata macan sambil menunjuk ke arah kambing dan kerbau.
"Tak usah kawatir. Aku akan hadapi mereka dengan segala keberanianku. Percayalah!" kata kera
Mendengar itu, timbul semangat dalam diri macan. Ia berjalan terus hingga dekat dengan kambing dan kerbau.
"Hei kawan! Benarkah kau hendak menerekam sahabatku ini?" tanya monyet sambil menunjuk macan.
"ha...ha...ha..oh, Kawan! telah lama kita tak jumpa, gara-gara kau berutang kepadaku. Kini kau berani muncul karena sudah ada untuk pembayar utangmu itu. Serahkan kepadaku macan itu cepat-cepat biar lunas utangmu itu. Kebetulan aku sedang lapar sekali. Hayo, hayo! serahkan!" teriak kambing sambil meloncat kesana kemari.
"Hai, kurang ajar benar kau. Kalau saja aku tahu kau berutang kepada kamingitu, aku tak mau menuruti perintahmu. Sungguh aku telah tertipu lagi. Aku tak mau diterkam kambing," teriak macan ketakutan
"Jangan banyak bicara. Ajalmu hari ini juga," teriak kambing sambil menanduk ke kiri dan kanan.
Melihat itu, tanpa pikir panjang, macan mengambil langkah seribu utnuk menyelamatkan diri. Sedangkan kera terpelanting sampai pecah kepalanya kena batu dan kayu karena terbawa oleh macan. Ekor mereka belum sempat dilepaskan dari ikatannya.
Akhirnya macanpun mati karena kelelahan. Maka selamatlah kerbau berkat pertolongan kambing.

0 komentar:

 

Cerita dan Legenda Rakyat Dunia © 2008. Design By: SkinCorner

Wilujeng Sumping

Selamat datang di blog saya, warnanya ceria seceria kisah yang akan disajikan :D "Dalam setiap kisah selalu terselip pelajaran hidup yang berharga"
Flag Counter