Tuesday, 15 February 2022

Kisah Siti Bidasari 11: Dianiaya

         30-35

Setelah hari sudahlah malam
Baginda pun masuk langsung ke dalam
didapatinya Puteri dekat pualam
mengatur hidangan dengan Dang Nilam

                


Baginda duduk seraya bertelekan
marilah adinda kita nin makan
kata Puteri apa disusahkan  
lapar pun tidak diperasakan 

Baginda tertawa seraya bersabda
terlalu sukanya hati kakanda
melihat kelakuan anak biduana
melalaikan padang di atas kuda

Emas mirah ratna juwita
kasih sungguh Tuan akan beta
lapar dahaga Tuan derita
menanti Kanda santap serta

Santapalah Baginda Raja bangsawan
sambil bersabda dengan cumbuan
sudah santap Bagina nin tuan
lalu masuk ke dalam peraduan

Bidasari sangat duka cita
berendam dengan airnya mata
duduk di dalam gelam gulita
tidak siapa tempat berkala

Siti terkenanglah ayah bundanya
duduk dengan seorang dirinya
Ya Ilahi apakah mulanya
maka aku demikian jadinya

Terlalu takut Bidasari
olehnya duduk seorang diri
gelap gulita tidak terperi
terkenangkan diam di rumah sendiri

Jauh malam hatinya pilu
ia menangis tersedu sedu
titah Baginda siapakah itu
suaranya menangis terlalu merdu

Demi Puteri mendengarkan kata
berdebar lenyap di dalam cita
apa perduli kepadanya kita
budak berbuatkan tempat membuta

Di hati Baginda sungguhlah garang
lalu bertitah disuruhnya larang
Puteri geram bukan kepalang
hingga menanti hari akan siang

Bidasari mengangis bukan kepalang
menyeru ayah bundanya berulang-ulang
mengatakan dirinya hendak pulang
ia menangis sampailah siang

Segala dayang lubang dicahari
hendak melihat Bidasari
bilik dikunci oleh Tuan Puteri
seorang tak dapat pergi mari

Terlalu heran Bidasari
ia pun fikir seorang diri
apakah dosaku kepada Puteri
maka aku sangat digusari

Setelah hari sudahlah siang
Baginda ke balai diadap orang
Tuan Puteri segeralah datang
membuka bilik masuk seorang

Dilihat oleh Bidasari
akan Puteri Lela Sari
Tunduk menyembah sepuluh jari 
patik tuanku mohonkan diri

Tuanku raja permaisuri
harapkan ampun patik kemari
terlalu marah Tuan Puteri 
lalu digocoh ditampari

Bermohon pulang berbalik hari
kemudian pula patik kemari
Terlalu marah Tuan Puteri
ditendang terjang tidak terperi 

Jangan engkau harap pergi mari
hendaklah pulang ke rumah sendiri
ttunduk menangsi Bidasari
serta dengan takun dan ngeri

Tidak diketahui salah sendiri
jalan dimurkai Tuan Puteri
berdatang sembah Bidasari
meniarap menyembah di kaki Puteri

Tuanku kutib patik kemari 
barang yang salah Tuanku ajari
pada sangka BIdasari 
tatkala aku menghadap Puteri

Tidak tertib menyimpan diri
itulah gerangan aku digusari
patik tuanku tak tahu bahasa
tambahan pula belum bisa

Jikalau ada salah dan dosa
mohonkan ampun dengan periksa
ditendang terjang oleh Tuan Puteri
diambul kayu dibedal sendiri

Berkata Puteri Lela Sari 
Taukah engkau salah akan sendiri
rupamu baik tidak terperi
jikalau diambil Baginda akan isteri

Itulah sangat suka hatiku
engkau sangat membaikkan laku
rupamu elok dari pada rupaku
supaya jangan jadi maduku

Baharulah Siti tahukan diri
sebab Baginda maka digusari Puteri
mangkin sangat takut dan ngeri
terkenanglah untung nasib sendiri

Demikianlah diperbuatnya setiap hari
makan dan minum tidak diberi
ditendang terjang gocoh tampari
Baginda datang Puteri pun lari

Kulit dan sifat menjadi leta
hijau biru htiam semata
setelah Siti membukakan pintu mata
letih lesu sakit anggauta

Siti berkata suara perlahan
ya Ilahi ayuhai Tuhan
apa juga ada kesalahan
maka dibalas dengan demikian 

Ayah Bundaku tidak lagi berguna
dibuangkan aku ke dalam istana
siapa gerangan berbuat bencana
maka ak dapat demikian bahana

Terkena semu rupanya aku
harapkan dayang akan sahabatku
beberapa pesan ibu bapakku
minta lihat barang halku

Berangkat ke balai duli Baginda
Puteri pun datang mendapatkan Bida
dipalu dibedal serta bersabda
mengapa menangis engkau si Bida

Janganlah sangat engkau mengada
mendegarkan suara kepada Baginda
haraplah engkau hal si Bida
hendak menjadi isteri yang muda

Haraplah engkau rupamu baik
akan sekarang cobalah engkau tilik
paras yang baik sudah terbalik
hijau biru sudah kutilik

Bidasari menyahut kata
berhamburan dengan airnya mata
Siti benci mendengarkan kata
di dalam hati sangat bercinta

Patik hamba yang hina lata
tidaklah berniat hendak di takhta
apakah ada dosa yang nyata
maka patik Tuanku nista

Siti berkata tidak menyembah
suara yang manis parau berubah
mengapa patik dikatakan salah
rupa nin sahaja diberi Allah

Tuanku raja permaisuri
harapnya patik perhambakan diri
Tuanku ambil patik kemari
hendak dipalu setiap hari

Puteri bertitah terlalulah meta
tidak kasihan di dalam cita
Bencinya aku mendengarkan kata
jangan engkau berbuat dusta

Puteri mengambil anak batu giling
dilemparkan seperti bolang baling
kena kepalanya mukanya terpaling
Siti pun rebah pingsan terguling

Darahnya menyembur kepada mata
dipijak dicekik dimaki nista

dibulangnya rambut digocoh tampari
dipalunya dengan kayu berduri
berlumur darah tubuh Bidasari
tidak Siti sadarkan diri

Baginda masuk mendengarkan suara
Puteri keluar dengan segera
berkata kepada seorang mengindera
kuncikan bilik jangan ketara

Lalu bertitah duli Baginda
siapa dipalu oleh Adinda
Puteri menyahut lakunya sahda
budak tidak mendengar sabda

Baginda bertitah serta tertawa
lelah lakunya utama jiwa
tidakkah ada orang yang tua tua
Tuan memalu sendiri jua

Baginda duduk sirih dimakan 
diriba Puteri Baginda bertelekan
diambilnya sepah Baginda suapkan
minta bubuh urap-urapan

Puteri pun naik ke singgahsana
segala dayang isi istana
melihat Bidasari boleh bencana
belas kasihan terlalu bena

Dayang berkata sama sendiri
terlalu jahat Tuan Puteri
anak orang diambil kemari
dipalu digodam setiap hari

Dayang melihat Dang Perbu
ia berkata hatinya sendu
belum pun lagi menjadi madu
dimakannya mentah dibuat kerabu

Orang yang tidak suatu dosanya
sekonyong hendak dibunuhnya
Puteri itu jahat buruk lakunya
khianat dengki tidak malunya

Berkata pula Dang Jalela
Puteri khianat larangan Allah
perbuatan benci Rasul Allah
akhirnya datang diurkai Allah

Disahut oleh Dang Jaleka
menangsi datang menyapu muka
Puteri celaka orang durhaka
dikutukkan Allah isi neraka

Setengah dayang selaku mencuri
setengah pergi melihat puteri
diambil air segera dicuri
baharulah sadar Bidasari

Membukakan mata serta memandang
dilihatnya banyak sekalian dayang
Siti berkata air mata berlinang
Kakak wai hantar beta ini pulang

Dayang pun kasihan di dalam cita
berhamburan dengan air mata
sabarlah Tuan emas jiwita
terserah kepada Tuhan semata

Dayang hendak memberi nasi
tidak mau Bidasari
janganlah nasi Kakak beri
beta akan mati esok hari

Hidup pun apa gunanya peri 
badan tak dapat bergerak diri
Kakak sembahkan kepada Puteri
bunuhlah beta segera mati

Dayang pun belas tidak terperi
mendengar kata Bidasari
keluarlah dayang minta diri
takut didapat Tuan Puteri



0 komentar:

 

Cerita dan Legenda Rakyat Dunia © 2008. Design By: SkinCorner

Wilujeng Sumping

Selamat datang di blog saya, warnanya ceria seceria kisah yang akan disajikan :D "Dalam setiap kisah selalu terselip pelajaran hidup yang berharga"
Flag Counter