30-35
Baginda pun masuk langsung ke dalam
didapatinya Puteri dekat pualam
mengatur hidangan dengan Dang Nilam
Baginda duduk seraya bertelekan
marilah adinda kita nin makan
kata Puteri apa disusahkan
lapar pun tidak diperasakan
Baginda tertawa seraya bersabda
terlalu sukanya hati kakanda
melihat kelakuan anak biduana
melalaikan padang di atas kuda
Emas mirah ratna juwita
kasih sungguh Tuan akan beta
lapar dahaga Tuan derita
menanti Kanda santap serta
Santapalah Baginda Raja bangsawan
sambil bersabda dengan cumbuan
sudah santap Bagina nin tuan
lalu masuk ke dalam peraduan
Bidasari sangat duka cita
berendam dengan airnya mata
duduk di dalam gelam gulita
tidak siapa tempat berkala
Siti terkenanglah ayah bundanya
duduk dengan seorang dirinya
Ya Ilahi apakah mulanya
maka aku demikian jadinya
Terlalu takut Bidasari
olehnya duduk seorang diri
gelap gulita tidak terperi
terkenangkan diam di rumah sendiri
Jauh malam hatinya pilu
ia menangis tersedu sedu
titah Baginda siapakah itu
suaranya menangis terlalu merdu
Demi Puteri mendengarkan kata
berdebar lenyap di dalam cita
apa perduli kepadanya kita
budak berbuatkan tempat membuta
Di hati Baginda sungguhlah garang
lalu bertitah disuruhnya larang
Puteri geram bukan kepalang
hingga menanti hari akan siang
Bidasari mengangis bukan kepalang
menyeru ayah bundanya berulang-ulang
mengatakan dirinya hendak pulang
ia menangis sampailah siang
Segala dayang lubang dicahari
hendak melihat Bidasari
bilik dikunci oleh Tuan Puteri
seorang tak dapat pergi mari
Terlalu heran Bidasari
ia pun fikir seorang diri
apakah dosaku kepada Puteri
maka aku sangat digusari
Setelah hari sudahlah siang
Baginda ke balai diadap orang
Tuan Puteri segeralah datang
membuka bilik masuk seorang
Dilihat oleh Bidasari
akan Puteri Lela Sari
Tunduk menyembah sepuluh jari
patik tuanku mohonkan diri
Tuanku raja permaisuri
harapkan ampun patik kemari
terlalu marah Tuan Puteri
lalu digocoh ditampari
Bermohon pulang berbalik hari
kemudian pula patik kemari
Terlalu marah Tuan Puteri
ditendang terjang tidak terperi
Jangan engkau harap pergi mari
hendaklah pulang ke rumah sendiri
ttunduk menangsi Bidasari
serta dengan takun dan ngeri
Tidak diketahui salah sendiri
jalan dimurkai Tuan Puteri
berdatang sembah Bidasari
meniarap menyembah di kaki Puteri
Tuanku kutib patik kemari
barang yang salah Tuanku ajari
pada sangka BIdasari
tatkala aku menghadap Puteri
Tidak tertib menyimpan diri
itulah gerangan aku digusari
patik tuanku tak tahu bahasa
tambahan pula belum bisa
Jikalau ada salah dan dosa
mohonkan ampun dengan periksa
ditendang terjang oleh Tuan Puteri
diambul kayu dibedal sendiri
Berkata Puteri Lela Sari
Taukah engkau salah akan sendiri
rupamu baik tidak terperi
jikalau diambil Baginda akan isteri
Itulah sangat suka hatiku
engkau sangat membaikkan laku
rupamu elok dari pada rupaku
supaya jangan jadi maduku
Baharulah Siti tahukan diri
sebab Baginda maka digusari Puteri
mangkin sangat takut dan ngeri
terkenanglah untung nasib sendiri
Demikianlah diperbuatnya setiap hari
makan dan minum tidak diberi
ditendang terjang gocoh tampari
Baginda datang Puteri pun lari
Kulit dan sifat menjadi leta
hijau biru htiam semata
setelah Siti membukakan pintu mata
letih lesu sakit anggauta
Siti berkata suara perlahan
ya Ilahi ayuhai Tuhan
apa juga ada kesalahan
maka dibalas dengan demikian
Ayah Bundaku tidak lagi berguna
dibuangkan aku ke dalam istana
siapa gerangan berbuat bencana
maka ak dapat demikian bahana
Terkena semu rupanya aku
harapkan dayang akan sahabatku
beberapa pesan ibu bapakku
minta lihat barang halku
Berangkat ke balai duli Baginda
Puteri pun datang mendapatkan Bida
dipalu dibedal serta bersabda
mengapa menangis engkau si Bida
Janganlah sangat engkau mengada
mendegarkan suara kepada Baginda
haraplah engkau hal si Bida
hendak menjadi isteri yang muda
Haraplah engkau rupamu baik
akan sekarang cobalah engkau tilik
paras yang baik sudah terbalik
hijau biru sudah kutilik
Bidasari menyahut kata
berhamburan dengan airnya mata
Siti benci mendengarkan kata
di dalam hati sangat bercinta
Patik hamba yang hina lata
tidaklah berniat hendak di takhta
apakah ada dosa yang nyata
maka patik Tuanku nista
Siti berkata tidak menyembah
suara yang manis parau berubah
mengapa patik dikatakan salah
rupa nin sahaja diberi Allah
Tuanku raja permaisuri
harapnya patik perhambakan diri
Tuanku ambil patik kemari
hendak dipalu setiap hari
Puteri bertitah terlalulah meta
tidak kasihan di dalam cita
Bencinya aku mendengarkan kata
jangan engkau berbuat dusta
Puteri mengambil anak batu giling
dilemparkan seperti bolang baling
kena kepalanya mukanya terpaling
Siti pun rebah pingsan terguling
Darahnya menyembur kepada mata
dipijak dicekik dimaki nista
dibulangnya rambut digocoh tampari
dipalunya dengan kayu berduri
berlumur darah tubuh Bidasari
tidak Siti sadarkan diri
Baginda masuk mendengarkan suara
Puteri keluar dengan segera
berkata kepada seorang mengindera
kuncikan bilik jangan ketara
Lalu bertitah duli Baginda
siapa dipalu oleh Adinda
Puteri menyahut lakunya sahda
budak tidak mendengar sabda
Baginda bertitah serta tertawa
lelah lakunya utama jiwa
tidakkah ada orang yang tua tua
Tuan memalu sendiri jua
Baginda duduk sirih dimakan
diriba Puteri Baginda bertelekan
diambilnya sepah Baginda suapkan
minta bubuh urap-urapan
Puteri pun naik ke singgahsana
segala dayang isi istana
melihat Bidasari boleh bencana
belas kasihan terlalu bena
Dayang berkata sama sendiri
terlalu jahat Tuan Puteri
anak orang diambil kemari
dipalu digodam setiap hari
Dayang melihat Dang Perbu
ia berkata hatinya sendu
belum pun lagi menjadi madu
dimakannya mentah dibuat kerabu
Orang yang tidak suatu dosanya
sekonyong hendak dibunuhnya
Puteri itu jahat buruk lakunya
khianat dengki tidak malunya
Berkata pula Dang Jalela
Puteri khianat larangan Allah
perbuatan benci Rasul Allah
akhirnya datang diurkai Allah
Disahut oleh Dang Jaleka
menangsi datang menyapu muka
Puteri celaka orang durhaka
dikutukkan Allah isi neraka
Setengah dayang selaku mencuri
setengah pergi melihat puteri
diambil air segera dicuri
baharulah sadar Bidasari
Membukakan mata serta memandang
dilihatnya banyak sekalian dayang
Siti berkata air mata berlinang
Kakak wai hantar beta ini pulang
Dayang pun kasihan di dalam cita
berhamburan dengan air mata
sabarlah Tuan emas jiwita
terserah kepada Tuhan semata
Dayang hendak memberi nasi
tidak mau Bidasari
janganlah nasi Kakak beri
beta akan mati esok hari
Hidup pun apa gunanya peri
badan tak dapat bergerak diri
Kakak sembahkan kepada Puteri
bunuhlah beta segera mati
Dayang pun belas tidak terperi
mendengar kata Bidasari
keluarlah dayang minta diri
takut didapat Tuan Puteri
0 komentar:
Post a Comment