www.griyawisata.com |
Siapa yang pernah ke kota Rantau Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan? Jangan lewatkan berkunjung ke Gunung Batu Hapu.
Cerita tentang Gunung Batu Hapu, sedikit ada kemiripan dengan ceritanya Malin Kundang di Sumatera Barat. Nah sebelum berkunjung kesana ada baiknya kita mengetahui sedikit banyak tentang legendanya. cekidot...
Konon menurut orang tua-tua, dahulu di dekat kota Rantau-sekarang Ibu Kota Tapin- tinggallah seorang janda tua bernama Nini Kudampai beserta anaknya yang bernama Angui di perbatasan desa Tambarang dan Lawahan.
Mereka tidak mempunyai sanak saudara yang membantunya. Untuk mencukupi kehidupan sehari-harinya, Nini Kudampai bekerja keras seorang diri tanpa merasa capai dan mengeluh. Sedangkan Angui sang anak belum bisa membantu sama sekali. Kerjanya sehari-hari bermain.
Angui bermain dengan binatang peliharaannya. Ia mempunyai tiga binatang kesayangan yang kemanapun pergi selalu bersamanya. yaitu, ayam jantan berbulu putih, anjing berbulu putih dan babi berbulu putih juga.
Suatu hari, ketika Angui bermain, lewatlah seorang Saudagar Keling. Ketika saudagar tersebut melihat Angui, dia tertarik kepadanya karena ia melihat Angui mempunyai tanda-tanda fisik yang menunjukan hoki atau keberuntungan. Wajahnya yang jernih dan cerah berbeda dengan teman-teman sebayanya. Dahinya yang lebar dan lurus menunjukan pekerja keras. Dan memiliki tahi lalat yang disebut Kumbang bernaung.
Saudagar berkata dalam hatinya, "Anak ini mengandung hoki, aku harus mendapatkannya."
Saudagar pun menghampiri Angui dan menanyakan rumahnya. Setelah diberi tahu, tanpa menyia-nyiakan waktu, dia berangkat ke rumah Angui untuk bertemu dengan Nini Kudamai. Saudagar pun membujuk Nini Kudamai agar menyerahkan Angui kepadanya untuk dipelihara bersamanya.
"Nini, percayalah, aku akan mengurusnya seperti anak sendiri. Dan Nini bisa membuktikannya nanti. Dia akan datang kemari menjadi seorang yang kaya raya dan terkenal."
"Tapi dia adalah anakku satu-satunya. dan aku sangat menyayanginya,"Jawab Nini Kudamai
"Ya Ni, aku juga mengerti. Tak mungkin seorang ibu rela menyerahkan anaknya. Tapi, cobalah Nini berpikir, seandainya ia tetap disini bagaimana masa depannya?" Kata Saudagar, lanjutnya,"Bukan saya menghinakan keadaan Nini sekarang, Apakah Nini tidak ingin putranya menjadi orang sukses yang terkenal? dia akan menjadi kebanggaan Nini nanti setelah dewasa."kata Saudagar meyakinkah.
Akhirnya Nini Kudamai luluh juga hatinya. Demi kesuksesan putranya ia akhirnya menyerahkan tAngui kepada saudagar itu. Namun walaupun telah merelakannya, Nini tetap merasa sedih.
"Bu, tolong jaga teman-temanku. Tolong pelihara dengan baik. Aku sangat mencitai mereka,"Pinta Angui kepada ibunya saat hendak berangkat.
"Jangan khawatir Nak, ibu tak akan menyia-nyiakan mereka,"Jawab Nini Kudamai dengan perasaan haru dan sedih.
Maka setelah saling mengucapkan perpisahan dan doa, berangkatlah Angui dan Saudagar Keling. Angui dipelihara oleh saudagar dengan sangat baik seperti terhadap anak kandungnya sendiri. Karena saudagar seorang yang kaya raya. Apa yang diinginkannya selalu tersedia, Angui menjadi seorang yang manja dan keras kepala. Dia tidak mau bekerja, setiap harinya hanya bermain saja. Lama-kelamaan sifatnya menjadi buruk.
Setelah melihat perkembangan kelakuan anak angkatnya yang buruk, saudagar merenung.
"Ternyata aku salah menilai dia, Aku pikir dia akan mejadi anak keberuntungan. Malah begini jadinya."katanya menyesali keputusannya.
Karena sudah tidak tahan lagi dengan perbuatan Angui, Saudagar Keling akhirnya memanggil Angui ke hadapannya.
"Angui, aku memeliharamu, mendidikmu agar menjadi orang berguna dan baik. Namun ternyata apa yang aku ajarkan keu tak pernah menggubrisnya. Aku sudah sering memperingatkanmu agar berkelakuan baik, namun tak juga kau berubah. Aku sudah tak tahan dengan kelakuanmu. Mulai sekarang, aku tidak akan memeliharamu lagi. Pulanglah ke rumahmu."Kata Saudagar kepada Angui.
Angui terkejut mendengar penuturan ayah angkatnya. Dia terdiam tanpa bisa menjawab perkataan ayahnya. Maka dengan rasa menyesal telah mengecewakan orang tua angkatnya dan tidak menggunakan kesempatan selama ini dengan baik. Ia pun keluar dari rumah saudagar tersebut. Pergi tak tentu arah, tak berniat pulang ke kampung halamannya.
Sempat beberapa waktu terlunta-lunta, akhirnya ia pun sadar harus merubah dirinya menjadi orang yang berguna. Ia bekerja keras tanpa kenal lelah. Lambat laun kerja kerasnya terbayar dengan kesuksesan. Kekayaannya mulai bertambah dan bertambah. Lambat laun kekayaan dan kebesarannya mengalahkan ayah angkatnya dan ia menjadi saudagar terkaya di negeri Keling. Namanya mulai terkenal kemana-mana. Hingga akhirnya ia menikah dengan puteri Kerajaan Keling. Angui mendapat gelar baru yakni Bambang Padmaraga.
Lama tinggal di negeri Keling, Angui rindu dengan ibu, kampung halaman serta ketiga teman bermainnya yaitu babi putih, ayam putih dan anjing putih. Selain itu ia pun ingin memperkenalkan ibunya kepada isterinya.
Pada suatu hari, Angui mempersiapkan kapal yang lengkap untuk perjalanan ke kampung halamannya. Isterinya pun dibawa serta, tak lupa membawa dayang pengasuh puteri. Di dalam kapal disediakan bilik khusus yang ditempati Angui dan isterinya dengan penataan yang serba mewah bak di istana.
Maksud keberangkatannya menyebar secara luas sampai ke kampung halamannya. Orang-orang membicarakan Angui yang miskin menjadi seorang menantu raja. Sang ibu, Nini Kudamai merasa terharu dan bangga mendengar kabar anaknya telah sukses dan menjadi menantu raja. Sudah tak sabar ia menunggu kedatangan anaknya.
Tak lama berselang, kapal yang membawa Angui dan isterinya sampai di pelabuhan yang dekat dengan kediamannya. Tak membuang waktu, Nini Kudamai segera pergi menuju pelabuhan tak lupa membawa tiga binatang peliharaannya. Sesampai di pelabuhan, ia melihat Angui di kapal beserta isterinya sedang berdiri.
"Anakku, anakku...!!! teriaknya kegirangan
"Siapa dia, Kanda?" tanya isterinya,"wanita itu memanggilmu anak, apakah dia ibumu?"
"Aku tak kenal, dinda",jawab Angui dengan perasaan malu, melihat ibunya datang dengan keadaan kumal.
"Dia pasti pengemis yang hendak meminta-minta,"tegasnya,"Penjaga...!!! usir wanita jembel itu, jangan sampai dekat-dekat kemari!" teriaknya kepada para pengawal.
Mendengar kata-kata dari Angui, anaknya, hancur hati Nini Kudamai. Dia pun segera meninggalkan pelabuhan dengan hati yang sedih dan marah. Ternyata anak yang telah dilahirkan dan dibesarkannya mempermalukan dirinya dan tak menganggap lagi sebagai ibu. sesampainya di rumah, ia berdo'a kepada Tuhan agar Angui dikutuk.
Tak beberapa lama, datanglah badai besar melanda lautan sekitarnya. Kapal yang membawa Angui dan rombongannya terombang ambing terbawa arus gelombang hingga terdampar di antara Tambarangan dan Lawahan. Akhirnya kapal dan isinya berubah menjadi batu. Kemudian dikenal dengan Gunung Batu Hapu yang sekarang menjadi objek pariwisata di Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan.
Banyak sekali kisah-kisah tentang kedurhakaan seorang anak terhadap orang tuanya. Ini seyogyanya menjadi pelajaran bagi kita semua agar kita tidak pernah melupakan orang tua. Sehebat apapun dan sekaya apapun diri kita saat ini, tak pernah lepas dari kasih sayang seorang Ibu di masa kecil kita. Sehingga Rasulullah Saw bersabda yang maknanya "Setiap dosa seorang hamba pembalasannya akan ditunda di akhirat, kecuali durhaka kepada orang tua. Ia tidak akan dimatikan kecuali menerima adzab terlebih dahulu di dunia."
"Berbaktilah kepada orang tuamu, niscaya anakmu akan berbakti kepadamu"
Suatu hari, ketika Angui bermain, lewatlah seorang Saudagar Keling. Ketika saudagar tersebut melihat Angui, dia tertarik kepadanya karena ia melihat Angui mempunyai tanda-tanda fisik yang menunjukan hoki atau keberuntungan. Wajahnya yang jernih dan cerah berbeda dengan teman-teman sebayanya. Dahinya yang lebar dan lurus menunjukan pekerja keras. Dan memiliki tahi lalat yang disebut Kumbang bernaung.
Saudagar berkata dalam hatinya, "Anak ini mengandung hoki, aku harus mendapatkannya."
Saudagar pun menghampiri Angui dan menanyakan rumahnya. Setelah diberi tahu, tanpa menyia-nyiakan waktu, dia berangkat ke rumah Angui untuk bertemu dengan Nini Kudamai. Saudagar pun membujuk Nini Kudamai agar menyerahkan Angui kepadanya untuk dipelihara bersamanya.
"Nini, percayalah, aku akan mengurusnya seperti anak sendiri. Dan Nini bisa membuktikannya nanti. Dia akan datang kemari menjadi seorang yang kaya raya dan terkenal."
"Tapi dia adalah anakku satu-satunya. dan aku sangat menyayanginya,"Jawab Nini Kudamai
"Ya Ni, aku juga mengerti. Tak mungkin seorang ibu rela menyerahkan anaknya. Tapi, cobalah Nini berpikir, seandainya ia tetap disini bagaimana masa depannya?" Kata Saudagar, lanjutnya,"Bukan saya menghinakan keadaan Nini sekarang, Apakah Nini tidak ingin putranya menjadi orang sukses yang terkenal? dia akan menjadi kebanggaan Nini nanti setelah dewasa."kata Saudagar meyakinkah.
Akhirnya Nini Kudamai luluh juga hatinya. Demi kesuksesan putranya ia akhirnya menyerahkan tAngui kepada saudagar itu. Namun walaupun telah merelakannya, Nini tetap merasa sedih.
"Bu, tolong jaga teman-temanku. Tolong pelihara dengan baik. Aku sangat mencitai mereka,"Pinta Angui kepada ibunya saat hendak berangkat.
"Jangan khawatir Nak, ibu tak akan menyia-nyiakan mereka,"Jawab Nini Kudamai dengan perasaan haru dan sedih.
Maka setelah saling mengucapkan perpisahan dan doa, berangkatlah Angui dan Saudagar Keling. Angui dipelihara oleh saudagar dengan sangat baik seperti terhadap anak kandungnya sendiri. Karena saudagar seorang yang kaya raya. Apa yang diinginkannya selalu tersedia, Angui menjadi seorang yang manja dan keras kepala. Dia tidak mau bekerja, setiap harinya hanya bermain saja. Lama-kelamaan sifatnya menjadi buruk.
Setelah melihat perkembangan kelakuan anak angkatnya yang buruk, saudagar merenung.
"Ternyata aku salah menilai dia, Aku pikir dia akan mejadi anak keberuntungan. Malah begini jadinya."katanya menyesali keputusannya.
Karena sudah tidak tahan lagi dengan perbuatan Angui, Saudagar Keling akhirnya memanggil Angui ke hadapannya.
"Angui, aku memeliharamu, mendidikmu agar menjadi orang berguna dan baik. Namun ternyata apa yang aku ajarkan keu tak pernah menggubrisnya. Aku sudah sering memperingatkanmu agar berkelakuan baik, namun tak juga kau berubah. Aku sudah tak tahan dengan kelakuanmu. Mulai sekarang, aku tidak akan memeliharamu lagi. Pulanglah ke rumahmu."Kata Saudagar kepada Angui.
Angui terkejut mendengar penuturan ayah angkatnya. Dia terdiam tanpa bisa menjawab perkataan ayahnya. Maka dengan rasa menyesal telah mengecewakan orang tua angkatnya dan tidak menggunakan kesempatan selama ini dengan baik. Ia pun keluar dari rumah saudagar tersebut. Pergi tak tentu arah, tak berniat pulang ke kampung halamannya.
Sempat beberapa waktu terlunta-lunta, akhirnya ia pun sadar harus merubah dirinya menjadi orang yang berguna. Ia bekerja keras tanpa kenal lelah. Lambat laun kerja kerasnya terbayar dengan kesuksesan. Kekayaannya mulai bertambah dan bertambah. Lambat laun kekayaan dan kebesarannya mengalahkan ayah angkatnya dan ia menjadi saudagar terkaya di negeri Keling. Namanya mulai terkenal kemana-mana. Hingga akhirnya ia menikah dengan puteri Kerajaan Keling. Angui mendapat gelar baru yakni Bambang Padmaraga.
Lama tinggal di negeri Keling, Angui rindu dengan ibu, kampung halaman serta ketiga teman bermainnya yaitu babi putih, ayam putih dan anjing putih. Selain itu ia pun ingin memperkenalkan ibunya kepada isterinya.
Pada suatu hari, Angui mempersiapkan kapal yang lengkap untuk perjalanan ke kampung halamannya. Isterinya pun dibawa serta, tak lupa membawa dayang pengasuh puteri. Di dalam kapal disediakan bilik khusus yang ditempati Angui dan isterinya dengan penataan yang serba mewah bak di istana.
Maksud keberangkatannya menyebar secara luas sampai ke kampung halamannya. Orang-orang membicarakan Angui yang miskin menjadi seorang menantu raja. Sang ibu, Nini Kudamai merasa terharu dan bangga mendengar kabar anaknya telah sukses dan menjadi menantu raja. Sudah tak sabar ia menunggu kedatangan anaknya.
Tak lama berselang, kapal yang membawa Angui dan isterinya sampai di pelabuhan yang dekat dengan kediamannya. Tak membuang waktu, Nini Kudamai segera pergi menuju pelabuhan tak lupa membawa tiga binatang peliharaannya. Sesampai di pelabuhan, ia melihat Angui di kapal beserta isterinya sedang berdiri.
"Anakku, anakku...!!! teriaknya kegirangan
"Siapa dia, Kanda?" tanya isterinya,"wanita itu memanggilmu anak, apakah dia ibumu?"
"Aku tak kenal, dinda",jawab Angui dengan perasaan malu, melihat ibunya datang dengan keadaan kumal.
"Dia pasti pengemis yang hendak meminta-minta,"tegasnya,"Penjaga...!!! usir wanita jembel itu, jangan sampai dekat-dekat kemari!" teriaknya kepada para pengawal.
Mendengar kata-kata dari Angui, anaknya, hancur hati Nini Kudamai. Dia pun segera meninggalkan pelabuhan dengan hati yang sedih dan marah. Ternyata anak yang telah dilahirkan dan dibesarkannya mempermalukan dirinya dan tak menganggap lagi sebagai ibu. sesampainya di rumah, ia berdo'a kepada Tuhan agar Angui dikutuk.
Tak beberapa lama, datanglah badai besar melanda lautan sekitarnya. Kapal yang membawa Angui dan rombongannya terombang ambing terbawa arus gelombang hingga terdampar di antara Tambarangan dan Lawahan. Akhirnya kapal dan isinya berubah menjadi batu. Kemudian dikenal dengan Gunung Batu Hapu yang sekarang menjadi objek pariwisata di Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan.
Banyak sekali kisah-kisah tentang kedurhakaan seorang anak terhadap orang tuanya. Ini seyogyanya menjadi pelajaran bagi kita semua agar kita tidak pernah melupakan orang tua. Sehebat apapun dan sekaya apapun diri kita saat ini, tak pernah lepas dari kasih sayang seorang Ibu di masa kecil kita. Sehingga Rasulullah Saw bersabda yang maknanya "Setiap dosa seorang hamba pembalasannya akan ditunda di akhirat, kecuali durhaka kepada orang tua. Ia tidak akan dimatikan kecuali menerima adzab terlebih dahulu di dunia."
"Berbaktilah kepada orang tuamu, niscaya anakmu akan berbakti kepadamu"
0 komentar:
Post a Comment