Tuesday, 28 July 2015

Cerita Rakyat Dari Bali : Asal Mula Selat Bali

Selat Bali
Ada seorang Begawan bernama Sidi Mantra. Ia adalah seorang Begawan yang dihormati di daerahnya. Ia memiliki akhlak dan budi yang luhur serta mempunyai pengetahuan agama yang luas. 

Begawan Sidi Marta memiliki seorang anak laki-laki bernama Manik Angkeran. Ibunya telah meninggal dunia. Berbeda dengan ayahnya, Manik Angkeran memiliki akhlak yang kurang baik. Dia sering berjudi dan menyabung ayam. Sering kali di nasehati oleh Begawan namun sama sekali tidak di dengarnya. Dalam permainan judinya, Manik Angkeran sering kalah. Akhirnya harta kekayaan orang tuanya ludes dipakai untuk membayar utang. Namun karena tidak pernah berhenti berjudi, utangnya terus menumpuk sedangkan hartanya sudah habis. Karena banyak yang menagih, dia menghadap Begawan.


"Ayah! Tolonglah aku. Orang-orang mengejarku menagih utang," katanya dengan nada sedih.
"Aku sudah katakan agar engkau tidak bermain judi, itu tidak baik," jawab Begawan
"Ya Ayah saya menyesal, tapi bagaimana dengan utang mereka? Mereka akan terus mengejar saya." ujarnya dengan nada yang memelas.
Karena Manik adalah anak satu-satunya dan sangat ia sayangi, Begawan Sidi Mantra merasa kasihan.
"Baiklah anakku, aku akan membantumu," Jawabnya
"Terima kasih Ayah," ujar  Manik Angkeran dengan rasa senang.

Dengan kekuatannya, Begawan mendapat petunjuk agar pergi ke sebuah gunung yang bernama Gunung Agung yang terletak di sebelah timur. Berangkatlah Begawan Sidi Mantra ke arah timur menuju Gunung Agung sambil membawa genta pusaka. Setelah tiba di puncak Gunung Agung, Begawan membunyikan gentanya dan membaca sebuah mantra.

Tak lama kemudian muncullah seekor naga yang bernama Naga Besukih.
"Hai Begawan, apa maksudmu memanggilku?" tanya Naga Besukih
"Sang Besukih, aku memanggilmu untuk memohon pertolongan kepadamu. Harta kekayaanku habis terkuras oleh anakku untuk berjudi. Sekarang utangnya bertumpuk. Aku mohon engkau membantuku agar aku bisa membayar utang anakku," Begawan Sidi Mantra menjelaskan.
"Hmmm....Aku akan membantumu. Tapi Kau harus menasehati anakmu agar tidak berjudi lagi. Kau pun tahu, berjudi dilarang dalam agama," jawab sang Naga. setelah berkata demikian, Naga Besukih menggoyangkan badannya yang penuh dengan emas dan permata, sehingga berjatuhan ke tanah.
"Ambillah harta itu, dan bayarkanlah utang anakmu, nasehatilah agar tidak berjudi lagi," kata Naga Besukih
Begawan Sidi Mantra berjanji akan menasehati puteranya kemudian ia  memunguti emas dan permata yang diberikan Naga Besukih. Lalu pulanglah ia ke Jawa Timur. Setelah sampai, ia lunasi semua utang-utang anaknya seraya menasehati agar tidak berjudi lagi. 
Namun apa mau dikata, kebiasaan berjudi Manik Angkeran sudah mendarah daging. Meskipun telah dinasehati ayahnya, ia tetap berjudi lagi. Lama kelamaan utangnya menumpuk kembali. Akhirnya Manik kembali mendatangi ayahnya untuk minta bantuan.
"Ayah, mohon maaf, saya bantulah aku sekali lagi. Utangku banyak menumpuk, orang orang mengejarku. Kalau aku tidak bisa membayar, bisa-bisa mereka membunuhku,"kata Manik Angkeran merengek kepada Begawan dengan nada sedih.
"Aku sudah katakan, jangan berjudi, kenapa kau masih juga berjudi. Ingat, Judi itu dilarang dalam agama. Juga bisa membuat mu sengsara seperti sekarang ini," jawab Begawan dengan nada kesal.
"Maafkan aku Ayah, aku berjanji tidak akan berjudi lagi," kata Manik Angkeran penuh rasa sesal

Begawanpun berangkat lagi ke Gunung Agung sambil membawa gentanya. Setelah menabuh genta dan membaca mantra, muncullah Naga Besukih.
"Hai Begawan, apa maksudmu memanggilku?"tanya Naga Besukih
"Maaf beribu maaf Besukih, aku mohon sekali lagi engkau menolongku. Anakku berutang lagi. Telah aku nasehati sebelumnya agar tidak berjudi, namun ia tak menggubrisnya," jawab Begawan Sidi Mantra.
"Oooh, anakmu menentangmu? dia tidak punya rasa hormat padamu. Aku akan membantu, tapi ini yang terakhir. Aku tak akan membantumu lagi." jawab Naga Besukih

Setelah menggerakkan badannya, maka berjatuhanlah emas dan intan yang menempel di badannya. Begawan segera mengumpulkannya dan membawanya pulang. setelah bertemu dengan anaknya, ia menyerahkan emas dan intan tersebut dan seperti sebelumnya anaknya dinasehatinya.
"Anakku, ini bayarkanlah untuk utang-utangmu. Tapi ingatlah, ini adalah bantuan terakhirku. Berhentilah berjudi. Engkau telah merasakan buruknya akibat dari judi ini,"kata Begawan
melihat harta yang begitu banyak, Manik Angkerang merasa takjub.
"Ayah, dari mana harta sebanyak ini?" katanya ingin tahu.
"Tak usah kau tanyakan darimana asalnya harta ini. Yang terpenting bagimu adalah berhentilah berjudi karena itu akan menyengsarakanmu. Jika kau masih melakukannya dan berutang kembali, aku tidak akan bisa membantumu lagi," jawab Begawan.

Setelah menerima harta dari ayahnya, Manik Angkeran membayar semua utang-utangnya. Seperti dalam sebuah pepatah, "Bagai air di daun keladi", nasehat ayahnya agar tidak berjudi lagi sama sekali tidak dihiraukan. Manik Angkeran kembali berjudi, sehingga utangnya kembali menumpuk. Namun kali ini ia tak berani meminta bantuan ayahnya. Ia memikirkan jalan lain agar dapat membayar utangnya. Ia berniat mencari tahu darimana ayahnya mendapatkan harta begitu banyak. Setelah bertanya kesana kemari, tahulah ia bahwa ayahnya medapatkan harta dari Gunung Agung dengan membawa genta kebesarannya. Tanpa diketahui ayahnya, dia mengambil genta dan segera pergi ke Gunung Agung. Setibanya di puncak, ia memukul genta dengan keras.

Mendengar bunyi genta, Naga Besukih merasa terpanggil. Namun ia heran suara gentanya tidak diiringi dengan sebuah mantra. Segera Naga Besukih muncul. Dilihatnya Manik Angkeran sedang memegang genta milik Begawan Sidi Mantra.
"Hai Manik Angkeran, ada apa kamu memanggilku dengan genta ayahmu?" tanya Naga Besukih dengan sangat marah.
"Wahai Sang Naga, Aku mohon bantuan padamu. Orang-orang mengejarku menagih utang. Jika aku tak bisa membayarnya aku akan dibunuhnya, tolonglah aku,"jawab Manik Angkeran dengan nada yang sedih dan memelas.

Melihat Manik Angkeran bersedih, Naga Besukih merasa kasihan.
"Baiklah aku akan membantumu," jawab Naga Besukih. Kemudian dinasehatinya Manik Angkeran dengan panjang lebar. Setelah selesai menasehati, Naga Besukih masuk ke dalam tanah  untuk mengambil harta yang akan diberikan kepada Manik Angkeran. Saat kepala Naga Besukih sudah di dalam dan ekornya masih dipermukaan, terlihat oleh Manik Angkeran tubuh Naga yang penuh dengan emas dan intan yang besar-besar, timbullah kelicikan dan keserakahan Manik. Dihunuslah kerisnya kemudian ekor Naga dipotong kemudian ia berlari dengan cepat.

Naga Besukih merasa kesakitan, ia membalikan tubuhnya dan segera keluar dari dalam tanah. Namun ia tidak menemukan Manik Angkeran yang telah pergi. Naga Besukih marah, segera mengejar Manik Angkeran, namun tidak dijumpainya hanya bekas tapak kakinya saja yang terlihat. Dengan kesaktiannya, Naga Angkeran membakar bekas tapak tapak kakinya. Manik Angkeran yang telah jauh meninggalkan tempat Naga badanya merasa panas, kemudian terbakar menjadi abu.

Dikisahkan Begawan Sidi Mantra yang kehilangan genta kebesarannya. Ia mencari kemana-mana, namun tidak juga ditemukannya. Ia pun tidak melihat Manik Angkeran. Sang Begawanpun memastikan bahwa anaknya mengambil gentanya dan pergi ke Gunung Agung. Segeralah ia berangkah ke Gunung Agung. Setibanya di puncak gunung ia bertemu dengan Naga Besukih. Begawan merasa heran melihat Naga Besukih tidak berada di istananya.
"Hai Besukih, Apakah engkau bertemu dengan anakku? kenapa pula kau ada di luar istanamu?" tanya Begawan.
"Ya, dia telah datang kemari dan membunyikan genta milikmu. Dia meminta bantuanku membayar utang-utangnya. Saat aku berbalik, dia memotong ekorku. Aku telah membakarnya sampai musnah, karena anakmu tak tahu membalas budi. Sekarang apa maskudmu datang kemari, Begawan?" Naga Besukih menjelaska.
"Maafkan aku dan anakku Besukih. Anakku hanya  satu, aku mohon hidupkanlah kembali anakku," pinta Begawan.
"Baiklah, demi persahabatan kita, tapi aku minta kau kembalikan ekorku seperti semula,"jawab Naga Besukih.

Merekapun sepakat untuk memenuhi permintaan masing-masing. Dengan kekuatan Naga Besukih, Manik Angkeranpun hidup kembali. Demikian pula ekor Naga Besukih kembali sediakala atas kekuatan Begawan.

Setelah memberi nasehat panjang lebar kepada anaknya, Begawan Sidi Mantra kembali ke Jawa Timur. Sedangkan Manik Angkeran tidak diperbolehkan ikut dengannya. Ia diperintahkan untuk tinggal di Gunung Agung untuk menebus kesalahannya. Karena telah sadar, Manik Angkeran tunduk dan patuh pada perintah ayahnya.

dalam perjalan pulang, di sebuah tanah genting, ia menancapkan tongkatnya. Dari bekas tongkatnya itu, menyemburlah air dari dalam tanah yang makin lama makin banyak dan meluas sampai bersambung dengan air laut yang kemudian menjadi sebuah selat yang memisahkan Pulau Jawa Timur dengan Pulau Bali. Selat tersebut sampai sekarang disebut dengan SELAT BALI








0 komentar:

 

Cerita dan Legenda Rakyat Dunia © 2008. Design By: SkinCorner

Wilujeng Sumping

Selamat datang di blog saya, warnanya ceria seceria kisah yang akan disajikan :D "Dalam setiap kisah selalu terselip pelajaran hidup yang berharga"
Flag Counter