Thursday, 15 December 2016

DIALOG ANTARA UMAR BIN ABDUL AZIZ RA DENGAN KAUM KHAWARIJ

Khawarij adalah kelompok orang-orang yang keluar dari pasukan Ali Bin Abi Thalib R.a . Mereka keluar karena tidak setuju dengan perundingan yang dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib R.a yang diwakili oleh Musa Al Asy’ari Ra. Sebanyak 12.000 pasukan berhenti di Harurah. Sehingga mereka juga sering disebut Haruriyah. Kemudian mereka menyusun perlawan kepada Ali Ra dan Mu’awiyah. Mereka kemudian berhasil membunuh Ali Ra di Masjid Kufah di waktu mengimami shalat subuh pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Sedangkan Mu’awiyah luput dari pembunuhan karena pada saat itu tidak keluar rumah untuk shalat shubuh.
Pada awalnya banyak orang-orang khawarij yang ragu memberontak kepada Ali Ra karena kedudukannya begitu tinggi di mata umat Islam saat itu. namun setelah beliau meninggal maka seluruhnya tanpa ragu memberontak kepada Mu’awiyah bin Abi Sofyan; dan seterusnya kepada pemerintahan Bani Umayah.
Kala Umar bin Abdul Aziz memegang kekuasaan sebagai khalifah, Khawariz dipimpin oleh Syauzab atau Bistham. Untuk menghadapi mereka , Umar bin Abdul Aziz Ra memerintahkan gubernur Kufah untuk menghadapi mereka dengan perintah jangan menumpakan darahnya kecuali dalam keadaan terpaksa. Di samping itu Umar bin Aziz sendiri menulis surat untuk pemimpin  mereka yaitu Bitsam. Yang isinya sebagai berikut:

“Telah sampai berita kepadaku, bahwa Anda telah keluar bergerak melakukan hal yang tidak disenangi Allah dan RasulNya, pada hal kekuatanmu tidaklah lebih baik dari padaku. Maka dari itu silahkan datang kepadaku agar kita dapat bertukar fikiran. Apabila kebenaran berada di pihak kami, engkau harus menggabungkan diri kepada kami. Tetapi jika kebenaran ada di tangan Anda, kami bisa mempertimbangkan apa yang menjadi tuntutan engkau.”
Surat Umar itu dijawab oleh Bistham,”
Kami tahu, bahwa Anda telah insaf, maka dari itu kami mengirim dua orang untuk berunding dengan Anda: masing-masing, Ashim dari Bani Syaiban seorang negro, dan seorang laki-laki dari Bani Yasykur “.
Akhirnya Umar bin Abdul Aziz Ra berdialog dengan kaum Khawarij di Khunashirat.
Umar :” Apakah gerangan yang menyebabkan kamu bergerak lagi, dan apakah yang menyakitkan hati kamu?”
Khawarij :”Kami tidak menaruh sakit hati kepada sikap pribadi Anda, karena kami tahu, bahwa engkau telah melakukan keadilan dan berbuat kebajikan . hanya kami ingin tahu apakah engkau menduduki jabatan ini dengan melalui ridha ummat Islam dan musyawarah ataukah dengan cara kekerasan?”.
Umar :”Sya tidak menuntut kekuasaan pada mereka dan tidak pula dengan cara kekerasan. Seorang laki-laki (Sulaiman bin Abdul malik) telah berwasiat untukku, maka dari itu akupun tampillah, dan tidak seorangpun yang ingkar dan tidak pula ada orang yang membencinya kecuali kamu sendiri. Pada hal kamu telah melihat sendiri orang-orang yang telah berlaku adil dan dengan penuh kesadaran. Maka dari itu mereka telah menempatkan aku untuk menggantikan kedudukan orang yang telah almarhum itu. oleh  sebab itu jika aku meninggalkan kebenaran dan berpaling dari padanya, maka tidak ada alasan lagi bagimu untuk taat kepadaku.”
Khawarij :”  Ada suatu perkara dimana terdapat jurang pendapat antara kami dan Anda.”
Umar : “Apakah gerangan itu?”
Khawarij :”Kami lihat Anda telah menyalahkan perbuatan-perbuatan kaum keluarga  Anda (Bani Umaiyah), dan Anda telah menamakannya perbuatan kezaliman. Jika Anda dalam jalan yang benar dan mereka dalam kesesatan, maka cobalah kutuk mereka dan berlepas dirilah pada mereka itu!”
Umar :”Aku tahu, bahwa kamu berjuang bukanlah untuk mencari keduniaan, kamu mencari kebahagiaan akhirat, tetapi sayang kamu telah salah memilih jalannya. Sesungguhnya Allaah Azza wa Jalla tidaklah mengutus RasulNya untuk mengutuk orang, sedang Nabi Ibrahim berkata :”Barangsiapa yang mengikuti aku, dialah dari golonganku, dan barangsiapa yang durhaka kepadaku, maka Engkau (Allah) adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang (QS Ibrahim :35).
Engkau telah menamakan perbuatan-perbuatan mereka zalim, dan itu rasanya  telah cukup sebagai suatu celaan dan kekurangan. Mengutuk orang-orang yang berdosa bukanlah suatu hal yang mutlak perlu. Andaikata kamu menganggapnya sebagai suatu hal yang perlu dilakukan, maka coba tunjukan kepadaku: bilakah engkau mengutu fir’aun?”
Khawarij :”Saya tidak ingat kapan saya pernah mengutuknya.”
Umar : “Engkau tidak pernah mengutuk Fir’aun, padahal dia adalah makhluk yang paling keji dan paling jahat, bagaimana saya akan bisa mengutuk kaum keluarga saya, padahal mereka adalah  orang-orang yang menjalankan perintah shalat dan puasa!”
Khawarij : “Apakah mereka  bukan orang-orang kafir tersebab kezaliman yang mereka lakukan?”
Umar : “Tidak, karena Rasulullah Saw telah mengajak manusia  kepada beriman, maka barang siapa yang mengakuinya dan syari’at-syari’at yang dibawanya tentu saja menerima ajakan itu. tetapi jika terjadi penyimpangan-penyimpangan yang mengada-adakan syari’at baru, diadakan penindakan dengan hukuman yang berat (hadd).”
Khawarij : “Sesungguhnya Rasulullah Saw telah mengajak manusia kepada mengesakan Allah dan mengikrarkan apa yang turun dari padanya.”
Umar : “Tak seorang pun di antara mereka yang berani berkata : “Aku tidak beramal menurut Sunnah Rasulullah Saw. Tetapi suatu kaum ada yang keterlaluan melakukan perbuatan yang diharamkan padahal mereka  tahu, bahwa itu terlarang. Mereka telah dikalahkan oleh kejahatan.”
Khawarij : “Berlepasdirilah dari apa yang tidak cocok dengan amal engkau, dan berbaliklah menghukum mereka!”
Umar : “Katakan oleh kamu berdua tentang Abu Bakar dan Umar, bukankah keduanya berada di jalan yang benar?”
Khawarij  : “Benar sekali!”
Umar : “Tahukah kamu, bahwa Abu Bakar ketika dia memerangi orang-orang murtad dia telah menumpas mereka, menawan anak cucu dan harta benda mereka ?”
Khawarij : “Ya benar.”
Umar : “Apakah  berlepas diri Umar dari Abu Bakar?”
Khawarij : “Tidak!”
Umar : “Apakah kamu mau berlepas diri dari salah satu orang di antara keduanya?”
Khawarij : “Tidak!”
Umar : “Cobalah beritakan kepada saya tetang orang Nahrawan leluhurmu, apakah kamu berdua tahu, bahwa orang-orang Kufah telah memisahkan diri, tetapi mereka itu tidak menumpahkan darah dan tidak merampas harta : dan bahwa orang-orang Basrah yang memisahkan diri bersama mereka telah membunuh Abdullah bin Khabbab dan jariah (budaknya) yang sedang hamil?”
Khawarij : “Ya, benar!”
Umar : “Adakah berlepas diri orang yang tidak membunuh dari pada orang yang melakukan pembunuhan dan mencoba mengelakkan diri?”
Khawarij : “Tidak!”
Umar : “Apa gerangan yang menyebabkan kamu mengangkat Abu Bakar, Umar dan orang-orang Basrah, dan orang-orang Kufah padahal kamu tah bahwa amal kamu berbeda dengan amal-amal mereka : tetapi sebaliknya kamu mengharapkan saya berlepas diri dari pada keluarga saya, padahal agama kami itu adalah satu! Maka dari itu takutlah kamu kepada Allah! Alangkah bodohnya kamu itu, kamu terima dari pada manusia apa yang telah ditolak oleh Rasulullah Saw sebaliknya kamu tolak apa yang diterima orang dari padanya. Telah aman di sisi kamu orang yang mestinya takut di sisiNya, dan merasa takut di sisi kamu orang yang semestinya aman di sisiNya. Maka telah ketakutan di sisi kamu orang yang telah mengucapkan syahdat, bersaksi bahwa tak ada Tuhan melainkan Allah dan bahwa Muhammad itu adalah hambaNya dan RasulNya. Barang siapa yang telah melakukan demikian itu dia akan aman dan terjamin nyawa dan hartanya, tetapi malah kamu membunuhnya: dan sebaliknya segala macam penganut agama lain telah merasa aman di sisi kamu dan kamu telah menghormati darah dan dan harta benda mereka.”
Yasykuri : “Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang telah mengatur suatu kaum dan harta mereka  dan ia berlaku adil dalam pimpinannya, kemudian pimpinan itu diserahkannya sepeninggalannya kepada orang yang tidak dapat dipercaya, apakah dia dengan begitu telah menjalankan kebenaran seperti apa yang diperintahkan Allah Azza wa Jall, ataukan orang itu telah menyerahkan diri?” (Yang disindir adalah Umar sendiri, apakah ia telah menyerah kepada Yazid yang dipandang zalim)
Umar : “Tidak.”
Khawarij : “Apakah engkau telah menyerahkan jabatan ini kepada Yazid sepeninggalanmu nanti, padahal engkau tahu, bahwa dia adalah orang yang tidak akan menegakkan kebenaran?”
Umar : “Yang mengangkatnya bukan aku, tetapi orang lain dan kaum Muslimin sepeninggalanku.”
Khawarij : “Apakah cara yang demikian itu pantas dilakukan oleh seorang yang telah memerintah dengan cara yang benar?”
Umar bin Abdul Aziz sambil menangis beliau meminta tempo untuk menjawab pertanyaan Khawarij yang terakhir ini selama tiga hari. Adapun Ashim, ia tinggal bersama Umar bin Abdul Aziz, dan Umar memerintahkan supaya kehidupannya dijamin, tetapi ternyata ia meninggal lima belas hari kemudian.
Umar bin Abdul Aziz pernah berkata : “Urusan Yazid telah membuat saya celaka dan bersengketa, tetapi saya telah meminta ampun kepada Allah.”
Perundingan ini berakhir dengan perasaan puas kedua utusan itu, bahwa Umar adalah benar, dan ia benar-benar berusaha sekuat tenaga untuk bekerja bagi kebaikan Islam dan kaum Muslimin.





0 komentar:

 

Cerita dan Legenda Rakyat Dunia © 2008. Design By: SkinCorner

Wilujeng Sumping

Selamat datang di blog saya, warnanya ceria seceria kisah yang akan disajikan :D "Dalam setiap kisah selalu terselip pelajaran hidup yang berharga"
Flag Counter