Khawarij adalah kelompok
orang-orang yang keluar dari pasukan Ali Bin Abi Thalib R.a . Mereka keluar
karena tidak setuju dengan perundingan yang dilakukan oleh Ali bin Abi Thalib
R.a yang diwakili oleh Musa Al Asy’ari Ra. Sebanyak 12.000 pasukan berhenti di
Harurah. Sehingga mereka juga sering disebut Haruriyah. Kemudian mereka
menyusun perlawan kepada Ali Ra dan Mu’awiyah. Mereka kemudian berhasil
membunuh Ali Ra di Masjid Kufah di waktu mengimami shalat subuh pada tanggal 17
Ramadhan tahun 40 H. Sedangkan Mu’awiyah luput dari pembunuhan karena pada saat
itu tidak keluar rumah untuk shalat shubuh.
Pada awalnya banyak orang-orang
khawarij yang ragu memberontak kepada Ali Ra karena kedudukannya begitu tinggi
di mata umat Islam saat itu. namun setelah beliau meninggal maka seluruhnya
tanpa ragu memberontak kepada Mu’awiyah bin Abi Sofyan; dan seterusnya kepada
pemerintahan Bani Umayah.
Kala Umar bin Abdul Aziz memegang
kekuasaan sebagai khalifah, Khawariz dipimpin oleh Syauzab atau Bistham. Untuk
menghadapi mereka , Umar bin Abdul Aziz Ra memerintahkan gubernur Kufah untuk
menghadapi mereka dengan perintah jangan menumpakan darahnya kecuali dalam
keadaan terpaksa. Di samping itu Umar bin Aziz sendiri menulis surat untuk
pemimpin mereka yaitu Bitsam. Yang isinya
sebagai berikut:
“Telah sampai berita kepadaku,
bahwa Anda telah keluar bergerak melakukan hal yang tidak disenangi Allah dan RasulNya,
pada hal kekuatanmu tidaklah lebih baik dari padaku. Maka dari itu silahkan
datang kepadaku agar kita dapat bertukar fikiran. Apabila kebenaran berada di
pihak kami, engkau harus menggabungkan diri kepada kami. Tetapi jika kebenaran
ada di tangan Anda, kami bisa mempertimbangkan apa yang menjadi tuntutan
engkau.”
Surat Umar itu dijawab oleh
Bistham,”
Kami tahu, bahwa Anda telah
insaf, maka dari itu kami mengirim dua orang untuk berunding dengan Anda:
masing-masing, Ashim dari Bani Syaiban seorang negro, dan seorang laki-laki
dari Bani Yasykur “.
Akhirnya Umar bin Abdul Aziz Ra
berdialog dengan kaum Khawarij di Khunashirat.
Umar :” Apakah gerangan yang
menyebabkan kamu bergerak lagi, dan apakah yang menyakitkan hati kamu?”
Khawarij :”Kami tidak menaruh
sakit hati kepada sikap pribadi Anda, karena kami tahu, bahwa engkau telah
melakukan keadilan dan berbuat kebajikan . hanya kami ingin tahu apakah engkau
menduduki jabatan ini dengan melalui ridha ummat Islam dan musyawarah ataukah
dengan cara kekerasan?”.
Umar :”Sya tidak menuntut
kekuasaan pada mereka dan tidak pula dengan cara kekerasan. Seorang laki-laki
(Sulaiman bin Abdul malik) telah berwasiat untukku, maka dari itu akupun
tampillah, dan tidak seorangpun yang ingkar dan tidak pula ada orang yang
membencinya kecuali kamu sendiri. Pada hal kamu telah melihat sendiri
orang-orang yang telah berlaku adil dan dengan penuh kesadaran. Maka dari itu
mereka telah menempatkan aku untuk menggantikan kedudukan orang yang telah
almarhum itu. oleh sebab itu jika aku
meninggalkan kebenaran dan berpaling dari padanya, maka tidak ada alasan lagi
bagimu untuk taat kepadaku.”
Khawarij :” Ada suatu perkara dimana terdapat jurang
pendapat antara kami dan Anda.”
Umar : “Apakah gerangan itu?”
Khawarij :”Kami lihat Anda telah
menyalahkan perbuatan-perbuatan kaum keluarga
Anda (Bani Umaiyah), dan Anda telah menamakannya perbuatan kezaliman. Jika
Anda dalam jalan yang benar dan mereka dalam kesesatan, maka cobalah kutuk
mereka dan berlepas dirilah pada mereka itu!”
Umar :”Aku tahu, bahwa kamu
berjuang bukanlah untuk mencari keduniaan, kamu mencari kebahagiaan akhirat,
tetapi sayang kamu telah salah memilih jalannya. Sesungguhnya Allaah Azza wa
Jalla tidaklah mengutus RasulNya untuk mengutuk orang, sedang Nabi Ibrahim
berkata :”Barangsiapa yang mengikuti aku, dialah dari golonganku, dan
barangsiapa yang durhaka kepadaku, maka Engkau (Allah) adalah Maha Pengampun
dan Maha Penyayang (QS Ibrahim :35).
Engkau telah menamakan perbuatan-perbuatan
mereka zalim, dan itu rasanya telah
cukup sebagai suatu celaan dan kekurangan. Mengutuk orang-orang yang berdosa
bukanlah suatu hal yang mutlak perlu. Andaikata kamu menganggapnya sebagai
suatu hal yang perlu dilakukan, maka coba tunjukan kepadaku: bilakah engkau
mengutu fir’aun?”
Khawarij :”Saya tidak ingat kapan
saya pernah mengutuknya.”
Umar : “Engkau tidak pernah
mengutuk Fir’aun, padahal dia adalah makhluk yang paling keji dan paling jahat,
bagaimana saya akan bisa mengutuk kaum keluarga saya, padahal mereka adalah orang-orang yang menjalankan perintah shalat
dan puasa!”
Khawarij : “Apakah mereka bukan orang-orang kafir tersebab kezaliman
yang mereka lakukan?”
Umar : “Tidak, karena Rasulullah
Saw telah mengajak manusia kepada
beriman, maka barang siapa yang mengakuinya dan syari’at-syari’at yang
dibawanya tentu saja menerima ajakan itu. tetapi jika terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang mengada-adakan syari’at baru, diadakan
penindakan dengan hukuman yang berat (hadd).”
Khawarij : “Sesungguhnya Rasulullah
Saw telah mengajak manusia kepada mengesakan Allah dan mengikrarkan apa yang
turun dari padanya.”
Umar : “Tak seorang pun di antara
mereka yang berani berkata : “Aku tidak beramal menurut Sunnah Rasulullah Saw.
Tetapi suatu kaum ada yang keterlaluan melakukan perbuatan yang diharamkan
padahal mereka tahu, bahwa itu
terlarang. Mereka telah dikalahkan oleh kejahatan.”
Khawarij : “Berlepasdirilah dari
apa yang tidak cocok dengan amal engkau, dan berbaliklah menghukum mereka!”
Umar : “Katakan oleh kamu berdua
tentang Abu Bakar dan Umar, bukankah keduanya berada di jalan yang benar?”
Khawarij : “Benar sekali!”
Umar : “Tahukah kamu, bahwa Abu
Bakar ketika dia memerangi orang-orang murtad dia telah menumpas mereka, menawan
anak cucu dan harta benda mereka ?”
Khawarij : “Ya benar.”
Umar : “Apakah berlepas diri Umar dari Abu Bakar?”
Khawarij : “Tidak!”
Umar : “Apakah kamu mau berlepas
diri dari salah satu orang di antara keduanya?”
Khawarij : “Tidak!”
Umar : “Cobalah beritakan kepada
saya tetang orang Nahrawan leluhurmu, apakah kamu berdua tahu, bahwa
orang-orang Kufah telah memisahkan diri, tetapi mereka itu tidak menumpahkan
darah dan tidak merampas harta : dan bahwa orang-orang Basrah yang memisahkan
diri bersama mereka telah membunuh Abdullah bin Khabbab dan jariah (budaknya)
yang sedang hamil?”
Khawarij : “Ya, benar!”
Umar : “Adakah berlepas diri
orang yang tidak membunuh dari pada orang yang melakukan pembunuhan dan mencoba
mengelakkan diri?”
Khawarij : “Tidak!”
Umar : “Apa gerangan yang menyebabkan
kamu mengangkat Abu Bakar, Umar dan orang-orang Basrah, dan orang-orang Kufah
padahal kamu tah bahwa amal kamu berbeda dengan amal-amal mereka : tetapi
sebaliknya kamu mengharapkan saya berlepas diri dari pada keluarga saya,
padahal agama kami itu adalah satu! Maka dari itu takutlah kamu kepada Allah! Alangkah
bodohnya kamu itu, kamu terima dari pada manusia apa yang telah ditolak oleh
Rasulullah Saw sebaliknya kamu tolak apa yang diterima orang dari padanya. Telah
aman di sisi kamu orang yang mestinya takut di sisiNya, dan merasa takut di
sisi kamu orang yang semestinya aman di sisiNya. Maka telah ketakutan di sisi
kamu orang yang telah mengucapkan syahdat, bersaksi bahwa tak ada Tuhan
melainkan Allah dan bahwa Muhammad itu adalah hambaNya dan RasulNya. Barang siapa
yang telah melakukan demikian itu dia akan aman dan terjamin nyawa dan
hartanya, tetapi malah kamu membunuhnya: dan sebaliknya segala macam penganut
agama lain telah merasa aman di sisi kamu dan kamu telah menghormati darah dan
dan harta benda mereka.”
Yasykuri : “Bagaimana pendapatmu
tentang seseorang yang telah mengatur suatu kaum dan harta mereka dan ia berlaku adil dalam pimpinannya,
kemudian pimpinan itu diserahkannya sepeninggalannya kepada orang yang tidak
dapat dipercaya, apakah dia dengan begitu telah menjalankan kebenaran seperti
apa yang diperintahkan Allah Azza wa Jall, ataukan orang itu telah menyerahkan
diri?” (Yang disindir adalah Umar sendiri, apakah ia telah menyerah kepada Yazid
yang dipandang zalim)
Umar : “Tidak.”
Khawarij : “Apakah engkau telah
menyerahkan jabatan ini kepada Yazid sepeninggalanmu nanti, padahal engkau
tahu, bahwa dia adalah orang yang tidak akan menegakkan kebenaran?”
Umar : “Yang mengangkatnya bukan aku,
tetapi orang lain dan kaum Muslimin sepeninggalanku.”
Khawarij : “Apakah cara yang
demikian itu pantas dilakukan oleh seorang yang telah memerintah dengan cara
yang benar?”
Umar bin Abdul Aziz sambil
menangis beliau meminta tempo untuk menjawab pertanyaan Khawarij yang terakhir
ini selama tiga hari. Adapun Ashim, ia tinggal bersama Umar bin Abdul Aziz, dan
Umar memerintahkan supaya kehidupannya dijamin, tetapi ternyata ia meninggal
lima belas hari kemudian.
Umar bin Abdul Aziz pernah
berkata : “Urusan Yazid telah membuat saya celaka dan bersengketa, tetapi saya
telah meminta ampun kepada Allah.”
Perundingan ini berakhir dengan perasaan
puas kedua utusan itu, bahwa Umar adalah benar, dan ia benar-benar berusaha
sekuat tenaga untuk bekerja bagi kebaikan Islam dan kaum Muslimin.
0 komentar:
Post a Comment