Sunday, 19 November 2017

Wa Lancar : Kisah Dari Sumatera Utara

Wa Lancar adalah seorang anak yatim yang miskin. Tetapi semangat belajarnya sangat tinggi terutama belajar ilmu agama. Sayangnya Ibunya tak sanggup membiayai sekolahnya seperti orang-orang mampu lainnya. Namun tanpa putus asa, Wa Lancar pergi mencari guru yang mau menampung dia belajar tanpa dibayar. Akhirnya Wa Lancar menemukan seorang guru yang rela tidak dibayar, asalkan Wa Lancar mau mengerjakan apa yang diperintah gurunya. Dengan senang hati, Wa Lancar menyetujuinya. 


Setelah sekian lama belajar pada guru tersebut, Wa Lancar hanya diajarkan satu ilmu, "Kalau sudah lapar, jangan makan". Karena ilmu yang diterima tak bertambah, Wa Lancar merasa tidak puas. Lalu dia mencari guru yang lain. 

Setelah mencari kemana-mana, akhirnya Wa Lancar bertemu dengan guru yang kedua. Guru yang kedua pun memberi syarat yang sama dengan guru yang pertama. Dan setelah sekian lama, ilmu yang diberikanpun hanya satu "Kalau lelah berjalan, berhenti!". Karena tidak puas, Wa Lancar pun meninggalkan gurunya dan berniat mencari guru yang lain. 

Setelah menemukan guru yang ketiga, ternyata sama saja. Guru ini pun hanya memberikan satu ilmu yaitu "Ambil Batu, Ambil Pisau, Asah Tajam-tajam". Karena tidak puas dan kecewa, Wa Lancarpun berhenti belajar. Tetapi dia tetap mengingat ilmu yang diajarkan ketiga gurunya. 

Keinginan belajar Wa Lancar tetap besar. Sekarang dia mencari guru lagi, tapi belajar kepada teman-temannya yang sudah selesai belajar agama. Setelah belajar berbagai ilmu, Wa Lancar pergi merantau. 

Setelah sampai di suatu kerajaan, Wa Lancar mohon izin agar dia dapat tinggal di sebuah mesjid kerajaan untuk mengajar ilmu agama. Keinginannya dikabulkan, diapun mulai mengajar anak-anak ilmu  agama. Wa Lancar mengajar anak-anak membaca al Qur'an dan ilmu agama lainnya. Makin lama muridnya makin banyak dan Wa Lancarpun semakin terkenal sebagai guru yang pintar dan baik hati. 

Selalu ada yang jahat di suatu tempat. Demikian pula di kerajaan itu, ada guru lain yang merasa cemburu dengan keadaan Wa Lancar. Karena hatinya iri, ia pun mengadukan Wa Lancar ke raja bahwa Wa Lancar sudah menyebarkan ajaran sesat kepada murid-muridnya. Maka Raja memanggil Wa Lancar Ke Istana.

Raja : "Wa Lancar, tidak sepantasnya kamu berbuat seperti itu. Air susu dibalas dengan air tuba. Aku izinkan kau mengajar di mesjid itu mengapa kau ajarkan aliran sesat kepada murid-muridmu?"
Wa Lancar : "Ampun Baginda, mana berani hamba bertindak seperti itu. Fitnah terhadap hamba, Baginda".
Raja :"Telah datang khabar yang kuat kepadaku. Kamu tidak bisa mengelak lagi. Untuk itu kamu akan dihukum dengan mengawini puteriku."

Wa Lancar heran dan bingung dengan hukuman yang diberikan oleh raja. Alih-alih dapat hukuman yang berat, malah dia akan dikawinkan dengan puteri raja. Namun setelah diberi tahu teman-temannya tahulah ia mengapa dihukumannya dikawinkan dengan puteri raja. Karena setiap puteri raja dikawinkan, tak lama kemudian suaminya mati dengan tiba-tiba. Makanya sampai sekarang sang putri masih sendiri.

Setelah Wa lancar menikah dengan puteri raja, dia dijamu makan bersama dengan beberap orang. Di antara mereka ada guru yang cemburu dan iri yang telah mengadukan dia kepada raja. Mereka makan-makan dengan suka cita. Wa Lancar pun karena lapar, ia hendak makan. Tetapi ingat dengan ajaran gurunya “Kalau sudah  lapar jangan makan”. Wak Lancar tidak jadi makan. Bagiannya diberikan kepada orang lain.

Ternyata, setelah orang yang mendapat bagian makanan dari Wak Lancar tiba-tiba sakit perut. Tak lama kemudian mati. Rupa-rupanya orang yang memfitnah Wak Lancar kepada raja telah membubuhkan racun di makanan Wak Lancar agar dia mati. Tidak ada seorang pun yang mengetahui kalau dia membubuhkan racun di makanan Wak Lancar. Dan merekapun tak tahu bahwa dia yang memfitnah Wak Lancar kepada raja.

Setelah kejadian itu, orang yang memfitnah Wak Lancar makin kesal hatinya. Dia pun membawa pengawal raja,dan berkata kepada Wak Lancar.
“Wak Lancar, kamu harus pergi ke sungai sekarang juga. Raja memerintahkanmu mencarikan batu hitam di sana.” Kata orang itu.
“Baiklah, aku akan pergi.” Jawab Wak Lancar tanpa curiga.

Maka berangkatlah Wak Lancar bersama pengawal raja ke sungai. Setelah menemukan batu hitam di sungai, mereka berdua pulang. Di tengah perjalanan, Wak Lancar merasa lelah. Ia teringat pesan gurunya “Kalau Lelah Berjalan, Berhenti”. Maka ia berhenti dan berkata kepada pengawal raja.
“Pengawal, aku lelah. Mari kita istirahat sebentar”. Kata Wak Lancar
“Saya masih kuat, Tuan,” Jawab pengawal raja
“Baiklah, kalau kamu ga mau istirahat, silahkan jalan duluan. Nanti aku menyusul,” kata Wak Lancar sambil duduk menyandar di pohon.

Setelah agak jauh berjalan, tiba-tiba si pengawal menjerit kesakitan dan jatuh ke tanah dengan berlumuran darah. Wak Lancar segera berlari ke arah pengawal raja. Namun sebelum sempat di tolong, pengawal raja telah meninggal. Ternyata dia terkena ranjau yang dipasang oleh orang yang memfitnah Wak Lancar. Akhirnya Wak Lancar bergegas pulang ke istana.

Sesampainya di Istana, hari sudah gelap. Dia berfikir akan menyerahkan batu hitam keesokan harinya kepada raja. Kemudian Wak Lancar masuk ke kamar puteri raja yang telah menjadi isterinya. Sambil duduk, ia memperhatikan isterinya. Karena batu hitamnya disimpan di kantong celana terasa mengganjal, dia keluarkan. Teringatlah nasihat gurunya “Ambil batu, ambil pisau, asah tajam-tajam”. Dia pun mengambil pisau dan mengasahnya di batu hitam. Malam pun semakin larut, pisau Wak Lancar sudah sangat tajam. Tiba-tiba dari sela-sela kaki sang puteri keluarlah seekor lipan putih beracun mendekati Wak Lancar hendak menggigit. Dengan cepat, ia membunuhnya dengan menggunakan pisau yang dipegangnya. Rupa-rupanya lipan itu adalah penunggu sang puteri yang selalu membunuh suami sang puteri terdahulu.


Keesokan harinya, Wak Lancar menyerahkan batu hitam yang di dapatnya di sungai. Dan ia pun menceritakan kejadian semalam waktu ia membunuh lipan putih. Mendengar kabar tersebut, raja sangat senang karena makhluk penunggu telah mati. Maka raja pun mengadakan pesta pernikahan Wak Lancar dengan puterinya dengan besar-besaran. Akhirnya Wak Lancar hidup bahagia dengan puteri raja. 

0 komentar:

 

Cerita dan Legenda Rakyat Dunia © 2008. Design By: SkinCorner

Wilujeng Sumping

Selamat datang di blog saya, warnanya ceria seceria kisah yang akan disajikan :D "Dalam setiap kisah selalu terselip pelajaran hidup yang berharga"
Flag Counter