Di suatu tempat ada sumur yang baru digali.
Suatu malam jatuhlah ke dalam sumur seorang tukang mas, kera, singa dan ular. Saat menjelas siang, lewatlah musafir ke
tempat itu. Ketika melihat tukang mas bersama kera, singa dan ular di dalam
sumur, berkatalah ia dalam hatinya : “tak ada suatu amal baik pun kecuali Tuhan
akan membalasnya di dunia dan akhirat.”
Maka diulurkanlah tambang yang ia bawa ke
dalam sumur. Mula-mula kera bergelantung di tali, ditariklah kera hingga ia
sampai di atas. Diulurkan sekali lagi, terangkatlah ular. Sekali lagi diulurkan,
maka keluarlah singa. Ketiga binatang itu mengucapkan terima kasih dan
berkata: “Terima kasih Tuan, telah
menolong kami. Adapun orang itu, janganlah engkau tolong karena dia orang yang
tak bias membalas budi.”
“Hamba pun di situ, “Singa menyela.
“Hamba juga di situ, “ Ular menimpali.
“Oleh sebab itu,”kata ketiga binatang, “Kalau
Tuan dating ke kota itu dan butuh bantuan, sebutlah nama kami, kami akan datang
membalas budi tuan sedapat-dapatnya.” Lalu
ketiga binatang itupun pergi.
Setelah ketiganya pergi, musafir kembali
menurutkan tambang ke dalam sumur. Dia tidak memperdulikan nasihat ketiga
binatang itu. Setelah tukang emas berhasil naik, ia pun mengucapkan terima
kasih .
“Tuan, aku tidak akan pernah melupakan
pertolongan ini. Aku tukang emas yang cukup terkenal di kota Nawadiract. Jika engkau
datang ke kota itu, berkunjunglah ke
rumahku, semoga aku bias membalas budi baikmu ini.” Tukang emas pun pulang dengan
senang hati.
Suatu hari, sampailah musafir ke kota
Nawadiract. Waktu kera melihat musafir, datanglah ia dan bersujud menjilat kaki
musafir dan berkata: “Adapun bangsa kera tidak mempunyai suatu apapun juga. Sungguhpun
demikian, sudilah tuan hamba menanti sebentar di sini.” Maka pergilah kera dan
sesaat kemudian ia sudah membawa buah-buahan
yang lezat rasanya. Diberikannya kepada musafir. Musafir yang memang
kelaparan karena jauhnya perjalanan sangat senang. Ia pun makan dengan
lahapnya.
Setelah kenyang, musafir pun melanjutkan
perjalanannya menuju kota Nawadiract. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan singa yang
telah ditolongnya. Singa pun sujud dan berkata: “Hamba berutang budi pada Tuan.
Oleh sebab itu tunggulah sebentar, hamba akan memberikan sebuah hadiah.” Lalu singapun
pergi menuju taman istana tempat putra raja bermain. Maka dibunuhlah ia dan
kalungnya diambil kemudian diserahkan kepada musafir. Ketika musafir melihat
kalung emas, teringatlah ia kepada tukang emas.
“Singa itu telah memberiku perhiasan. Aku akan
pergi ke tukang emas. Dia pasti tahu berapa harga kalung ini. Kalua dia miskin
aku akan bagi dua dengan dia.” Pikirnya dalam hati.
Maka pergilah ia ke tukang mas. Tatkala keduanya
bertemu, tukang emas merasa senang. Kemudian musafir memperlihatkan emas yang
dia dapatkan dari singa. Tukang mas terkejut, karena dia tahu bahwa itu adalah
kalung putera raja yang telah tewas terbunuh. Ia pun berkata kepada musafir.
“Tuan, istirahatlah dulu. Aku akan keluar
mencari makanan. Hari ini perbekalan kami habis.”katanya seraya pergi ke luar
rumah.
Dia berkata dalam hati, “Beruntungnya aku. Sebentar
lagi aku akan menjadi pembesar di negeri ini. Akan aku beritahukan kepada raja
siapa yang membunuh puteranya.”
Sesampainya di Istana, ia pun menyerahkan
kalung emas kepada raja dan menceritakan dari mana kalung itu di dapat. Raja
pun murka dan memerintahkan tentaranya untuk menangkap musafir itu,
memenjarakannya, menyiksa dan menghukum mati.
Mendengar titah sang raja, musafirpun
menangis seraya berkata :”Andaisaja aku mengikuti nasihat ketiga binatang itu,
aku tidak akan mengalami kejadian ini.” Ia pun meratap sampai kedengaran oleh
ular. Ularpun datang menemuinya di penjara untuk membebaskannya. Maka dipatuklah
putera mahkota, kemudia ia pergi ke jin sahabatnya. Ia meminta padanya agar
mengganggu tidur putera mahkota supaya bermimpi, bahwa ia bisa sembuh kalua di
tolong oleh musafir.
Kemudian Ia kembali menemui musafir. “Dahulu
sudah kami katakakan tuan jangan menolong orang itu, “katanya. “Tetapi tuan
tidak mau mendengar nasihat kami. Sekarang jika datang pesuruh dari raja untuk
mengobati puteranya, beri minumlah ia dengan air daun kayu ini. Mudah-mudahan
ia sembuh. Kemudian kalau ditanya tentang kejadian sebelumnya, ceritakanlah
semuanya dengan sebenar-benarnya. Mudah-mudahan tuan dibebaskan.”
Ketika raja tahu puteranya dipatuk ular, ia
panggil semua tabib ke istana untuk menyembuhkannya. Namun tidak ada satupun
tabib yang mampu. Hingga suatu malam, putera mahkota bermimpi bahwa yang bisa
menyembuhkannya adalah seorang musafir yang di penjara ayahnya. Ketika mimpi
itu diceritakan, maka raja memanggil musafir.
“Hamba tidak pandai bermantra, Tuanku,”jawab
musafir itu.
“Tetapi cobalah putra itu diberi minuman
air daun ini mudah-mudahan sembuh dia.”
Setelah putera raja diberi minum air daun
itu, dengan izin Tuhan sembuhlah ia.
Sang Raja sangat bersuka cita dan
musafirpun diberi anugrah yang sangat banyak. Kemudian baginda bertanya tentang
hal ihwal kalung itu. Maka musafir pun menceritakan kisahnya dengan sebenar-benarnya.
Mendengar cerita musafir, murkalah raja kepada tukang emas, lalu raja menyuruh
pengawalnya menangkap tukang emas dan memenjarakannya.
Itulah akhir kisah dari air susu dibalas
dengan air tuba. Dia menerima balasan dari apa yang telah dia lakukan. Ketika kita
tidak membalas kejahatan orang lain kepada kita, maka akan ada orang lain yang
akan membalasnya.
0 komentar:
Post a Comment