Thursday, 23 November 2017

Air Susu Dibalas dengan Air Tuba

Di suatu tempat ada sumur yang baru digali. Suatu malam jatuhlah ke dalam sumur seorang tukang mas, kera, singa dan ular.  Saat menjelas siang, lewatlah musafir ke tempat itu. Ketika melihat tukang mas bersama kera, singa dan ular di dalam sumur, berkatalah ia dalam hatinya : “tak ada suatu amal baik pun kecuali Tuhan akan membalasnya di dunia dan akhirat.”

Maka diulurkanlah tambang yang ia bawa ke dalam sumur. Mula-mula kera bergelantung di tali, ditariklah kera hingga ia sampai di atas. Diulurkan sekali lagi, terangkatlah ular. Sekali lagi diulurkan, maka keluarlah singa. Ketiga binatang itu mengucapkan terima kasih dan berkata:  “Terima kasih Tuan, telah menolong kami. Adapun orang itu, janganlah engkau tolong karena dia orang yang tak bias membalas budi.”
Kemudian kera berkata: “Adapun tempat hamba ada di bukit dekat kota yang bernama Nawadiract.”
“Hamba pun di situ, “Singa menyela.
“Hamba juga di situ, “ Ular menimpali.
“Oleh sebab itu,”kata ketiga binatang, “Kalau Tuan dating ke kota itu dan butuh bantuan, sebutlah nama kami, kami akan datang membalas budi tuan  sedapat-dapatnya.” Lalu ketiga binatang itupun pergi.

Setelah ketiganya pergi, musafir kembali menurutkan tambang ke dalam sumur. Dia tidak memperdulikan nasihat ketiga binatang itu. Setelah tukang emas berhasil naik, ia pun mengucapkan terima kasih .
“Tuan, aku tidak akan pernah melupakan pertolongan ini. Aku tukang emas yang cukup terkenal di kota Nawadiract. Jika engkau datang ke kota itu,  berkunjunglah ke rumahku, semoga aku bias membalas budi baikmu ini.” Tukang emas pun pulang dengan senang hati.

Suatu hari, sampailah musafir ke kota Nawadiract. Waktu kera melihat musafir, datanglah ia dan bersujud menjilat kaki musafir dan berkata: “Adapun bangsa kera tidak mempunyai suatu apapun juga. Sungguhpun demikian, sudilah tuan hamba menanti sebentar di sini.” Maka pergilah kera dan sesaat kemudian ia sudah membawa buah-buahan  yang lezat rasanya. Diberikannya kepada musafir. Musafir yang memang kelaparan karena jauhnya perjalanan sangat senang. Ia pun makan dengan lahapnya.

Setelah kenyang, musafir pun melanjutkan perjalanannya menuju kota Nawadiract. Di  tengah perjalanan ia bertemu dengan singa yang telah ditolongnya. Singa pun sujud dan berkata: “Hamba berutang budi pada Tuan. Oleh sebab itu tunggulah sebentar, hamba akan memberikan sebuah hadiah.” Lalu singapun pergi menuju taman istana tempat putra raja bermain. Maka dibunuhlah ia dan kalungnya diambil kemudian diserahkan kepada musafir. Ketika musafir melihat kalung emas, teringatlah ia kepada tukang emas.

“Singa itu telah memberiku perhiasan. Aku akan pergi ke tukang emas. Dia pasti tahu berapa harga kalung ini. Kalua dia miskin aku akan bagi dua dengan dia.” Pikirnya dalam hati.
Maka pergilah ia ke tukang mas. Tatkala keduanya bertemu, tukang emas merasa senang. Kemudian musafir memperlihatkan emas yang dia dapatkan dari singa. Tukang mas terkejut, karena dia tahu bahwa itu adalah kalung putera raja yang telah tewas terbunuh. Ia pun berkata kepada musafir.
“Tuan, istirahatlah dulu. Aku akan keluar mencari makanan. Hari ini perbekalan kami habis.”katanya seraya pergi ke luar rumah.

Dia berkata dalam hati, “Beruntungnya aku. Sebentar lagi aku akan menjadi pembesar di negeri ini. Akan aku beritahukan kepada raja siapa yang membunuh puteranya.”
Sesampainya di Istana, ia pun menyerahkan kalung emas kepada raja dan menceritakan dari mana kalung itu di dapat. Raja pun murka dan memerintahkan tentaranya untuk menangkap musafir itu, memenjarakannya, menyiksa dan menghukum mati.

Mendengar titah sang raja, musafirpun menangis seraya berkata :”Andaisaja aku mengikuti nasihat ketiga binatang itu, aku tidak akan mengalami kejadian ini.” Ia pun meratap sampai kedengaran oleh ular. Ularpun datang menemuinya di penjara untuk membebaskannya. Maka dipatuklah putera mahkota, kemudia ia pergi ke jin sahabatnya. Ia meminta padanya agar mengganggu tidur putera mahkota supaya bermimpi, bahwa ia bisa sembuh kalua di tolong oleh musafir.

Kemudian Ia kembali menemui musafir. “Dahulu sudah kami katakakan tuan jangan menolong orang itu, “katanya. “Tetapi tuan tidak mau mendengar nasihat kami. Sekarang jika datang pesuruh dari raja untuk mengobati puteranya, beri minumlah ia dengan air daun kayu ini. Mudah-mudahan ia sembuh. Kemudian kalau ditanya tentang kejadian sebelumnya, ceritakanlah semuanya dengan sebenar-benarnya. Mudah-mudahan tuan dibebaskan.”
Ketika raja tahu puteranya dipatuk ular, ia panggil semua tabib ke istana untuk menyembuhkannya. Namun tidak ada satupun tabib yang mampu. Hingga suatu malam, putera mahkota bermimpi bahwa yang bisa menyembuhkannya adalah seorang musafir yang di penjara ayahnya. Ketika mimpi itu diceritakan, maka raja memanggil musafir.
“Hamba tidak pandai bermantra, Tuanku,”jawab musafir itu.
“Tetapi cobalah putra itu diberi minuman air daun ini mudah-mudahan sembuh dia.”

Setelah putera raja diberi minum air daun itu,  dengan izin Tuhan sembuhlah ia. Sang Raja sangat bersuka cita  dan musafirpun diberi anugrah yang sangat banyak. Kemudian baginda bertanya tentang hal ihwal kalung itu. Maka musafir pun menceritakan kisahnya dengan sebenar-benarnya. Mendengar cerita musafir, murkalah raja kepada tukang emas, lalu raja menyuruh pengawalnya menangkap tukang emas dan memenjarakannya.

Itulah akhir kisah dari air susu dibalas dengan air tuba. Dia menerima balasan dari apa yang telah dia lakukan. Ketika kita tidak membalas kejahatan orang lain kepada kita, maka akan ada orang lain yang akan membalasnya.




0 komentar:

 

Cerita dan Legenda Rakyat Dunia © 2008. Design By: SkinCorner

Wilujeng Sumping

Selamat datang di blog saya, warnanya ceria seceria kisah yang akan disajikan :D "Dalam setiap kisah selalu terselip pelajaran hidup yang berharga"
Flag Counter