Alkisah
hiduplah seorang nenek bersama cucunya. Mereka berdua hidup miskin. Untuk mencukupi
kehidupannya, si nenek menjual barang-barang di rumahnya. Sampai akhirnya semua
barangnya habis. Tidak ada satu pun
barang tersisa yang bisa dijualnya.
Maka
ia berkata kepada cucunya, “Cucuku, aku sudah tidak punya apa-apalagi untuk
dijual. Sekarang waktunya kamu mencari nafkah.”
Cucunya
memikirkan usaha apa yang cocok untuk dirinya. Dia tidak mau bekerja kepada
orang lain. Namun karena tidak punya modal, ia berniat meminjam kepada lintah
darat.
Setelah
di utarakan kepada si lintah darat maksudnya meminjam uang, si lintah darat
malah tertawa dengan nada mengejek. Pikirnya, anak muda ini tidak berpengalaman
wirausaha, miskin pula. Bagaimana dia bisa mengembalikan utangnya. Tak punya
harta yang bisa dijadikan sebagai barang jaminan. Maka
si lintah darat berkata kepada anak muda itu, “Hai anak muda, ambil bangkai
tikus itu, “ Si lintah darat menunjuk ke bangkai tikus di jalan, “Aku mau lihat
sepandai apa kau berusaha. Kalau memang
pandai, kau bisa melakukan sesuatu dengan tikus itu. Kalau kau bodoh, aku
percuma saja meminjamkan kau uang.”
Orang-orang
yang menyaksikan kejadian itu semua tertawa terbahak-bahak, karena menganggap itu
sebagai sebuah lelucon. Tak disangka, si anak muda berjalan ke arah bangkai
tikus dan memungutnya tanpa merasa jijik. Kemudian ia berjalan ke pasar menjajakan
tikus mati.
“Tikus
mati.... , tikus mati...., siapa yang mau beli?!!,” Teriaknya dengan penuh
semangat. Seorang pedagang yang sedang melatih kucing untuk menangkap tikus di
kiosnya memanggil si anak muda dan membeli tikus mati itu serta memberi
sejumlah biji bijian bengal (sejenis ketapang) sebagai imbalannya.
Si
anak muda membawa biji-bijian ke rumahnya kemudian memasukkannya ke dalam kendi
dan mencampurnya dengan air, lalu ia tambahkan rempah-rempah ke dalamnya hingga
menjadi minuman yang menyegarkan. Ia membawa kendi tersebut dan duduk di
pinggir jalan tempat lewat para penebang dan buruh tani jika pulang ke rumah. Para
buruh tani dan penebang pohon yang kelelahan berhenti di tempat si anak muda
dan meminum minuman rempah-rempah buatannya. Mereka sangat senang mendapatkan
minuman yang menyegar sehabis kerja yang melelahkan. Sebagai imbalannya, para
petani beberapa memberi hasil taninya
seperti tomat, sayuran dan lain-lain. Sedangkan para penebang memberikan beberapa
kayu bakar.
Si
anak muda itu membawa pulang hasil bumi
dan kayu bakar ke rumah neneknya. Setiap hari dia berdagang minuman biji bengal, dan imbalannya ia kumpulkan
sedikit demi sedikit. Setelah kayu bakar yang dikumpulkan cukup banyak, maka ia
mulai membuka tokonya sendiri. Ia bekerja keras di tokonya dan perlahan-lahan menjadi
orang kaya.
Saat
menginjak dewasa, ia telah menjadi
seorang pengusaha yang sukses. Suatu hari ia pergi ke tukang pandai emas. Dia memesan
patung tikus emas. Kemudian ia menyerahkannya kepada si lintah darat sebagai
rasa terima kasih karena telah memberikan ide untuk berusaha dan menghasilkan
uang dari seekor tikus mati.
Si
lintah darat sangat kagum dengan kepandaian wirausaha si anak muda. Ia menawarkan
untuk menikahi putrinya. Sang nenek pun tinggal bersama mereka. Si anak muda
tetap menyediakan minuman biji bengal tetapi dia berikan secara Cuma-Cuma.
Yaa...seperti
kata pepatah
“Where There’s a will, There’s a way.”
“Nothing easy but nothing imposible
“Dimana ada kemauan disitu ada jalan”
Punya kemamapuan tapi tidak punya kemauan it’s
nothing
0 komentar:
Post a Comment