Dahulu kala di dsebuah puncak
bukit di Napo, berkuasalah seorang raja yang bernama Raja Balanipa. Biasanya
seorang raja menginginkan seorang putera sebagai penerus, tetapi Raja Balanipa
sebaliknya, dia tidak mau memiliki seorang putera. Menurutnya kalau punya anak
laki-laki suatu saat dia pasti akan mengambil alih kerajaannya. Raja tidak mau
digantikan meskipun oleh anaknya sendiri. Makanya setiap isterinya melahirkan
seorang anak laki-laki, lantas dia membunuhnya.
Suatu hari, raja berniat berburu
ke daerah Mosso. Pada saat itu, isterinya sedang hamil tua yang kemungkinan
beberapa hari lagi akan melahirkan. Karena khawatir isterinya melahirkan
seorang anak laki-laki, maka dia membawa serta isterinya berburu dan
menitipkannya di Puang Mosso. Dia yakin isterinya tidak sanggup membunuh
anaknya sendiri kalau sampai melahirkan anak laki-laki. Sebelum berangkat
berburu raja berpesan kepada Puang Mosso
“Ingat baik-baik, kalau isteriku
melahirkan seorang anak laki-laki kau
harus segera
membunuhnya,”titahnya kepada Puang Mosso
Ketika raja pergi berburu, tak
lama kemudian isterinya melahirkan seorang anak laki-laki. Puang Mossa bingung
apa yang harus dilakukan. Dia tidak tega
membunuh bayinya.
“Kalau raja ada di sini, pasti
dia telah membunuhnya,” gumamnya.
Melihat permaisuri melahirkan,
anjing yang menjaganya segera menjilati sarung bekas persalinannya, hingga
moncongnya penuh darah. Kemudian berlari menghadap raja sambil mengonggong
terus menerus. Ketika raja melihat moncong anjingnya berlumuran darah, tahulah
ia bahwa permaisuri telah melahirkan.
Puang Mosso yang tidak tega
membunuh bayi permaisuri akhirnya menyembelih kambing dan menguburkannya
kemudian diberi nisan seolah-olah bayi.
Setelah pulang dari berburu, Raja
bertanya kepada Puang Mosso, “Bagaimana keadaan permaisuri, sudah
melahirkan?”tanyanya
Dijawab oleh Puang Mosso, “Sudah
Tuan, dia melahirkan anak laki-laki. Dan
aku telah membunuhnya dan menguburkannya
di kebun. Jika Baginda ingin melihatnya, saya antar ke tempatnya,”Kata Puang
Mosso meyakinkan raja.
Raja pun berangkat bersama Puang
Mosso untuk melihat kuburan anaknya.
Setelah sampai dan melihat ada kuburan baru, ia pun meraasa senang.
Tidak terasa waktu telah
bergulir, putra raja itu makin besar, dia sudah pandai belajar dan mengenal
orang. Karena khwatir rahasianya akan diketahui oleh rajanya nantinya, maka
Puang Mosso menitipkan putra raja kepada seseorang yang sedang berlayar ke
Pulau Salemo yang tidak jauh dari bukit Napo
Setelah di Salemo, anak itu
semakin tumbuh menjadi remaja. Dia senang memanjat. Suatu hari, tiba-tiba
datang seekor burung rajawali raksasa
menyambar dan mencengkram bahunya. Lalu membawanya terbang ke tempat yang jauh
sampai di Gowa. Burung rajawalipun menjatuhkannya di pesawahan. Petani yang
menyaksikan peristiwa itu segera melaporkan kepada raja Gowa.
“Baginda, kami melihat seorang
anak yang dijatuhkan oleh seekor rajawali di tengah sawah. Dia anak yang gagah.
Bagaimana kalau kita tanya dari mana dia?”
Begitu Raja Gowa mengamati anak
itu, ia segera tertarik dan berkata dalam hati, “Anak ini bukan sembarang anak biasa. “ oleh karena itu
dipeliharalah anak tersebut hingga dewasa, menjadi orang yang kuat, gagah, dan
sakti.
Raja Gowa kemudian mengangkat
orang yang diterbangkan Rajawali ini
menjadi panglima perang. Kalau raja pergi berperang , pasukannya selalu menang
berkat kesaktian panglimanya. Kehebatannya tak tertandingi.
Berita tentang kesaktian
panglimanya terkenal sampai kemana-mana. Sehingga Raja Gowa menjulukinya I
Manyambungi.
Sementara di Bukit Napo, Raja
Balanipa telah wafat dan digantikan oleh
Raja Lego yang sakti. Raja ini sangat kejam dan bengis. Ia selalu
menyiksa dan membunuh siapa saja yang menentangnya. Rakyat selalu dalam keadaan
ketakutan. Para raja bawahannya mulai khawatir. Banyak yang dibunuh dan tak ada
yang dapat melawannya.
Para raja bawahannya berunding mencari solusi. Salah seorang
raja berkata: “Saya mendengar di negerai Gowa ada orang yang sakti mandraguna
yang pilih tanding. Dia panglima
kerajaan Gowa. Bagaimana kalau kita meminta tolong dia?” mereka sepakat dengan
usulannya.
Maka dikirimlah utusan ke gowa
untuk bertenu dangan I Manyambungi. Akan tetapi I Manyambungi selalu menolaknya. Kemudian dia berkata: “Aku akan turun ke negeri
Balanipa membantu kalian, kalau Puang Mosso yang datang menjemputku. Janji saya
ini tidak boleh didengar oleh Raja Gowa, karena beliau tidak akan pernah
mengizinkanku meninggalkan negeri ini.”
Para utusan gembira mendengar
permintaan I Manyambungi. Segera mereka pulang ke Balanipa. Sesampainya di
Balanipa salah seorang utusan yang bernama Puang Napo berkata kepada Puang
Mosso.. “Pergilah ke Gowa, karena beliau hanya mau datang kemari jika engkau
yang menjemputnya. Terkejut Puang Mosso mendengar penuturan Puang Napo. Ada
rasa cemas dan secercah harapan dalam hatinya,
“Jangan-jangan putera Raja
Balanipa yang menjadi I Manyambungi, “Pikirnya dalam hati.“aku harus segera
mencari tahu.”
Lalu berangkatlah Puang Mosso
dengan kapal layar ke Gowa. Beliau menghadap I Manyambungi dengan perasaan
berdebar-debar. Berkatalah I Manyambungi, “Saya betul-betul akan berangkat ke
Balanipa, karena saya mengingat budi baik mu kepadaku sewaktu kecil. Dan engkaulah
yang menyelamatkan dan memeliharaku.” Katanya menjelaskan.
Puang Mosso tak berkedip melihat
I Manyambungi. Kemudian ia berkata, “Tuan, maafkan hamba, mohon julurkan lidah
Tuan,” Pintanya.
Ketika lidahnya dijulurkan,
terlihat lidah itu berwarna hitam dan berbulu. Puang Mosso pun langsung memeluk
I Manyambungi dan berkata, “Benar, engkau adalah putera raja.”
Tidak lama kemudian, saat tengah
malam, berangkatlah mereka dengan menggunakan kapal layar secara
sembunyi-sembunyi karena karena jika
Raja Gowa tahu, ia tidak akan iizinkan berangkat malam hari. Itulah sebabnya
daerah itu disebut (To Dilaing) (orang yang hijrah) karena beliau pindah dari
Gowa ke Napo
I Menyambungi yang diberi gelar
To Dilailing. menantang Raja Lego dan berhasil membunuh raja bengis tersebut. Akhrinya,
beliaulah yang menjadi penerus tahta kerajaan Balanipa yang kacau balau pada waktu itu. pada masa
pemerintahan I Manyambungi negeri tersebut menjadi aman sentosa, dan makmur. .
0 komentar:
Post a Comment