image: serenemaklong.blogspot.co.id |
Suatu hari, di dalam hutan belantara ia duduk beristirahat di bawah pohon besar.
Tiba-tiba lewatlah ular . dengan membawa katak di mulutnya. Katak itu
menjerit-jerit kesakitan. Dengan segera Si Lundu Pahu berdiri dan mengejar ular
itu. Dengan menggunakan tongkat yang selalu dibawanya ia menekan kepala ular
itu sehingga katak dapat melompat melepaskan diri.
“Terima kasih anak muda, budi baikmu tidak akan
pernah aku lupakan, “Kata katak sambal melompat pergi
Terkejut si Lundu Nipahu mendengar katak dapat
berbicara. Kemudian ia duduk kembali di tempat semula. Tidak lama kemudian,
tiba-tiba muncul ular yang membawa katak tadi di hadapan si Lundu Nipahu. Belum
sempat ia bertindak terdengar ular berbicara:
“Hai anak muda, kenapa engkau menolong katak
itu?”kata si ular.
Si Lundu Pahu terkejut dan ketakutan. Ia hendak
mundur, tapi punggungnya sudah menempel di pohon besar. Tidak bisa bergerak
lagi.
“Ayo jawab, kalau tidak, aku akan membunuhmu,”
Ular mengancam
Dengan gemetar penuh ketakutan, si Lundu Nipahu
menjawab: “Maaf, aku harus melepaskan katak itu karena dia butuh pertolongan.
Ayahku selalu menasehatiku agar aku selalu menolong siapa saja yang membutuhkan
pertolongan. Kalau tidak kutolong, berarti aku telah melanggar nasehatnya”
“Baiklah aku terima alasanmu. Karena niat kamu
menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan, kau pun harus menolongku.
Karena gara-gara kamu, aku bisa mati kelaparan.”Kata ular itu.
“Aku tidak membawa apa-apa. Dengan apa aku
harus menggantinya?” tanya Si LUndu Nipahu.
“Kau bisa ganti dengan daging pahamu sebesar
katak.” Jawab ular
Karena tidak ada pilihan, diapun terpaksa
memotong daging pahanya. Kemudian memberikannya kepada ular. Setelah
mendapatkan daging paha si Lundu Nipahu, ular itu pun pergi ke semak-semak.
Si Lundu Pahu tergelak kesakitan. Dari pahanya
mengucur darah segar.
“Aduh, siapa yang dapat menolongku?”Si Lundu
Nipahu mengerang kesakitan.
Tiba-tiba dari semak-semak, ular itu muncul
kembali menghampiri si Lundu Nipahu, di mulutnya terlihat selembar daun. Si
Lundu Nipahu ketakutan, ia hendak bergerak tapi tak sudah tak sanggup. Dia
berteriak minta tolong karena mengira ular akan mematuknya. Tetapi tiba-tiba
ular itu berkata:
“Jangan takut anak muda!, Aku tak akan
menggigitmu. Ambillah daun di mulutmu, kemudian sapukan ke luka di pahamu!”
Si Lundu segera melakukan apa yang
diperintahkan oleh ular. Segera dia ambil daun yang ada di mulut ular dan
menyapukannya ke lukanya.Si Lundu Nipahu Kaget bukan kepalang, dia melihat lukanya sembuh sediakala tanpa
ada bekasnya sama sekali. Belum hilang rasa kagetnya. Ia mendengar ular itu
berkata:
“Anak muda, simpanlah daun itu. Ia dapat
menyembuhkan penyakit apapun. Aku berikan kepadamu, karena kamu anak yang taat
kepada orang tuamu dan suka menolong.” Selesai berkata, ular itu pun menghilang
ke balik semak-semak.
Setelah hilang lelahnya dan pikirannya tenang
karena peristiwa yang mengagetkan dan menakjubkan dirinya, ia pun kembali
melakukan perjalanan. Sepanjang hari berjalan tak tentu arah, yang penting
dapat keluar dari hutan itu. Setelah lama berjalan, dia menemukan jalan keluar
yang menuju sebuah kerajaan.
Si Lundu Nipahu masuk ke perkampungan penduduk
di saat menjelang malam. Ia tidak tahu harus tidur di mana. Dari kejauhan ia
melihat seorang ibu tua yang berjalan ke arahnya. Segera ia menghampiri dan
berkata.
“Maaf Bu, di sini ada penginapan?” tanya Si
Lundu Nipahu.
Si Ibu tua melihat si Lundu Nipahu dengan
seksama. dalam hatinya ia berkata: “Orang ini keliatannya orang baik, sikapnya
sopan pula.” Ia hampir lupa dengan pertanyaan Si Lundu Nipahu. Kemudian ia
menjawab: “di sini tidak ada penginapan Tuan. Memangnya Tuan mau pergi kemana?”
tanya Ibu Tua.
“Entahlah…saya akan hanya mengikuti kaki
melangkah, tidak punya tujuan pasti.”Jawab si Lundu Nipahu dengan sedih.
“Kalau Tuan mau, tinggal saja di rumah Saya,”Si
Ibu menawarkan diri, “Saya tinggal sendirian di rumah” jelasnya. Mendengar
tawaran si Ibu Tua, Lundu Nipahu menerima dengan senang hati. Tinggal ia dengan
si Ibu Tua.
Telah berbulan-bulan Si Lundu Nipahu tinggal
bersama si Ibu Tua. Selama itu, Si Ibu sangat menyayanginya karena ia berbudi
baik dan rajin. Suatu malam, si Ibu bercerita bahwa raja di negerinya sedang
bersedih karena puteri satu-satunya sedang sakit keras.
“Sakit apa Bu?” tanya Si Lundu Nipahu
penasaran.
“Entahlah, tidak ada seorang pun yang tahu
puteri sakit apa. Dia hanya berbaring di tempat tidur. Badannya semakin hari
semakin kurus. Kami kasihan melihatnya.” Si Ibu bercerita dengan penuh
kesedihan.
“Memangnya tidak di bawa ke tabib Bu?”Tanya si
Lundu Nipahu.
“Sudah puluhan bahkan mungkin ratusan tabib
mencoba menyembuhkan puteri. Tapi tak ada satupun yang berhasil
menyembuhkannya. Tidak hanya tabib dari negeri ini saja, bahkan Baginda Raja
sudah minta tolong tabib dari kerajaan lain. Tak ada yang mampu pula.”
Si Lundu Nipahu bersimpati dengan keadaan
raja. Dia teringat daun yang diberikan oleh ular. Keesokan harinya dia
berangkat ke istana. Dengan kesopanan seorang pangeran, dia dapat diizinkan
masuk ke istana. Baginda Raja merasa kagum dengan tatakrama Si Lundu Nipahu. Ia
pun melihat perangai dan wajah si Lundu Nipahu yang penuh kewibawaan. pikirnya,
“Tak mungkin orang biasa yang berprilaku seperti ini. Pasti dia seorang
bangsawan. Tingkah lakunya seperti orang yang biasa di lingkungan istana.”
Hatinya berharap banyak Si Lundu Nipahu dapat menyembuhkan Puteri.
“Baginda, izinkan saya mencoba menyembuhkan
Puteri, semoga Yang Maha Kuasa berkenan mengangkat penyakitnya,”Pinta Si Lundu
Nipahu.
“Silahkan anak muda,”Jawab Baginda Raja,
“Semoga Tuhan menolong mu dan menolong anakku, “tambah sang raja penuh harap.
Atas izin Baginda Raja, Si Lundu Nipahu masuk
ke kamar sang puteri. Kemudian ia mengambil daun yang diberikan ular kepadanya.
Kemudian disapukan ke kening sang puteri. Gadis yang amat rupawan ini pun
segera sembuh. Semua yang hadir termasuk baginda Raja sangat takjub dan gembira
hatinya melihat puterinya sembuh kembali.
“Sudah kuduga, engkau bukan orang sembarangan,
Anak Muda,”Kata Baginda Raja sambil menepuk bahu Si Lundu Nipahu, “Sebenarnya
siapa dirimu anak muda?”tanya Raja penuh penasaran.
Si Lundu Nipahu pun menceritakan kisahnya. Dia
menjelaskan bahwa dulunya seorang anak raja yang terusir dari negerinya karena
pamannya memberontak. Gembira hati sang Raja, karena mendengar Si Lundu Nipahu
adalah anak seorang raja. Karena dalam hatinya ia ingin menikahkan puterinya
dengan si Lundu Nipahu.
“Lundu Nipahu, karena kamu telah menyembuhkan
puteriku, aku berniat menikahkanmu dengan puteriku. Bagaimana menurutmu?”Tanya
sang Raja.
“Jika Baginda berkehendak, hamba akan turuti.
Apalah hamba hanya seorang pangeran yang terusir.” Jawab Si Lundu Nipahu.
Maka baginda Raja menikahkan Si Lundu Nipahu
dengan puterinya. Diadakanlah pesta yang meriah. Semua rakyatnya bergembira.
Termasuk si Ibu tua yang menampung Lundu Nipahu di undang ke istana.
Setahun kemudian, Si Lundu Nipahu dan isterinya
serta rombonga prajurit berlayar melalui sungai menuju kerajaannya. Prajurit
yang ikut sangat banyak , karena berniat memerangi pamannya yang telah
mengambil alih kerajaannya.
Di tengah perjalanan, cincin kerajaan yang
selalu dia pakai di jari manisnya terjatuh ke sungai. Dengan segera para
prajurit menyelam ke dalam sungai. Namun karena sungainya dalam dan cukup
deras, mereka tidak dapat menemukan cincinnya. Si LUndu Nipahu termenung dan
sedih,sebab cincin itu merupakan satu-satunya benda kerajaan yang dapat
membuktikan bahwa dia adalah seorang pewaris kerajaan.
Ketika semua menyerah kelelahan mencari cincin
yang jatuh, tiba-tiba meloncat dari dalam sungai seekor katak ke hadapan
mereka. Kemudian katak itu mengeluarkan cincin yang jatuh dari mulutnya. Belum
hilang keterkejutan mereka, katak itu telah meoncat kembali ke sungai. Si Lundu
Nipahu dan semua rombongan merasa dan gembira sekaligus takjub dengan kejadian
itu. Si Lundu Nipahupun menceritakan pengalamannya kepada mereka bahwa katak
itu sebelumnya telah ia tolong dan berjanji akan membalas budi. Semakin
kagumlah mereka kepada Si Lundu Nipahu.
Pelayaranpun di dilanjutkan. Setelah tiba di
negeri Si Lundu Nipahu, mereka berhenti di pinggir sungai dan memasang
perkemahan bersiap-siap untuk menerima serangan dari pamannya. Sebab ia yakin
bahwa kerajaannya telah menerima berita kalau ada pasukan kerajaan lain yang
datang.
Di tunggu-tunggu, pasukan kerajaan tak kunjung
datang menyerang. Tiba-tiba dari seseorang tergopoh gopoh menuju kemah si Lundu
Nipahu. setelah diperhatikan ternyata dia hanya tukang kebun kerajaan.
“Paman Napu…?”Tanya Si Lundu Nipahu keheranan.
“Pangeran Lundu..?”Tukang kebunpun kaget
melihat Si Lundu Nipahu ada bersama tentara penyerang.
“Benar Paman, aku si Lundu yang dulu sering
bermain dengan Paman.”Jawab Si Lundu Nipahu dengan rasa senang.
“Pangeran Lundu, syukurlah Tuan datang kembali
dengan selamat. Benar-benar kedatangan Tuan sangat tepat.” Kata paman Napu
“Apa yang terjadi Paman?”Tanya Si Lundu Nipahu
keheranan.
“Tiga hari yang lalu, paman Tuan meninggal di
patuk ular saat berburu di hutan. Sekarang kerajaan tidak ada yang memimpin.
Rakyat menunggu kedatangan Tuan.” Paman Napu menjelaskan.
“Mungkin paman mati di patuk ular yang telah memberi
daun obat itu,”Pikir Si Lundu Nipahu.
Maka berangkatlah rombongan si Lundu Nipahu
menuju istana. Kabar kedatangan Si Lundu Nipahu telah terdengar ke seluruh
rakyat. Mereka berjejer di pinggir jalan menanti kedatangan si Lundu Nipahu.
ketika rombongan Si Lundu Nipahu dan isterinya lewat, rakyat menyambut dengan
gembira. Mereka mengelu-elukan si Lundu Nipahu. Dia pun membalas dengan
melambaikan tangan kepada rakyatnya.
Atas permintaan rakyatnya, si Lundu Nipahupun
diangkat menjadi raja. Dia memerintah kerajaan bijaksana seperti ayahnya dulu
memerintah.
0 komentar:
Post a Comment