Kalau mendengar kota Garut, biasanya yang terbayang adalah Dodol dan Domba. Namun kalau Anda main ke Garut cobalah mampir di ke Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut. Di sana ada destinasa wisata alam yang indah namanya Situ Bagendit...
Nah...Situ Bagendit ini (atau Telaga Bagendit) punya kisah tersendiri...begini ceritanya
Di desa Banyuresmi tinggallah sebuah keluarga kaya raya yaitu Pak Bagendit dan Nyai Bagendit. Ketika Pak Bagendit meninggal, penduduk ikut berduka. Nyai Bagendit berurai air mata duka karena ditinggal suaminya.Hari-hari selanjutnya, kesulitan hidup mulai terasa, terutama masalah keuangan. Nyai Bagendit pun mencari jalan keluar. Ia tinggal di rumah mewa peninggalan suaminya. Untuk mendapatkan modal usaha, Nyai Bagendit menjual rumah tersebut dengan harga 500 sen. Uang tersebut ia belikan rumah baru seharga 250 sen, sisanya dipakai untuk modal.
Nyai Bagendit awalnya berjualan, namun karena dia ditipu orang usahanya berhenti. Atas nasihat dari seorang nenek Nyai Bagendit mulai membuka usaha pinjam meminjam dengan menambah bunga. Agar tidak ditipu orang, dia meminta jaminan barang kepada si peminjam. Bila orang tersebut tidak mampu membayar utang, maka barang jaminannya dia ambil.
Semakin lama usahanya semakin maju. Untuk mempertahakan usahanya Nyai Bagendit menyewa orang-orang atau debt collector kalau istilah sekarang. Bagaimana pun dia membutuhkan orang untuk menagih utang dengan tega. Kalau tidak mau bayar maka barangnya akan disita. Akhirnya kekayaan Nyai Bagendit makin lama makin besar. Namun daerah sekitarnya banyak yang miskin. Hal itu menyebabkan ketidaksukaan puterinya sendiri, Mayangsari dan juga seorang perantau yang baru pulang bernama Sondang.
Sondang mencari tahu semua kejadian yang terkait dengan Nyai Bagendit. Ia pun berseteru dengan centeng-centeng Nyai Bagendit. Untuk melawan mereka, Sondang melatih para pemuda dengan bela diri. Ketika para pemuda siap, Sondang memimpin mereka mengambil kembali kerbau dan sapi yang dijadikan jaminan. kemudian binatang tersebut diserahkan kepada para petani untuk dipakai bertani.
Keadaan semakin panas. Mayangsari sudah tidak tahan dengan perbuatan ibunya. Ia pun melarikan diri dan bergabung dengan Sontang.
Rupanya kejahatan Nyai Bagendit terdengar sampai ke pemimpin kecamatan. Mereka pun mengirimkan petugas untuk menyelidikinya. Nyai Endit dikabarkan selain seorang rentenir juga bandar judi di Kampung Banyuresmi hilir.
Petugas bernama Darma mencatat semua kegiatan Nyai Bagendit dengan lengkap. Hal ini akan dilaporkan kepada Pak Camat. Meskipun Nyai Bagendit tahu ada petugas dari kecamatan, namun dia tidak terganggu. Yakin bahwa dia mereka tidak bisa melakukan apa-apa pada dirinya. Malah Nyai Bagendit sengaja membuat pesta yang mewah dan meriah.
Tersebutlah seorang pengemis bernama Aki Kamalir. Nama itu dipakai karena dulunya dia tukang mengatur air di kampunya. Kini ia menjadi pengemis pengembara. Suatu hari ia lewat ke rumahnya Nyai Bagendit yang sedang pesta dengan meriah. Makanan dan minuman tumpah ruah di tempat pesta. Buah-buahan berjejer lengkap. Lauk pauk tersedia dari ikan, daging ayam termasuk sate kambing. Pada saat itu datanglah seekor kucing, ia mengambil sate. Ketika pelayan melihatnya, ia dikejar sampai keluar pagar dan satenya pun terjatuh. Ketika Aki Semilir lewat ke tempat itu, ia melihat sate tergeletak. Karena lapar, ia memakannya dengan nikmat. Ketika melihat kejadian itu, Nyai Bagendit tidak terima. Dia marah dan menghardik Aki kamalir serta menghinanya. Tidak hanya itu, kemudian Nyai Bagendit mengusirnya bahkan menyiramkan air minum ke wajah Aki Kamalir.
Tentu saja si Aki terkejut menyaksikan kezaliman Nyai Bagendit. Dengan hati terluka ia pun pergi dari tempat itu. Sampai di tepi sungai, ia mendengar azan zuhur. Ia mencari tempat yang sepi dan shalat di bawah pohon bambu dan ia shalat di atas batu yang lebar. Dalam doanya ia meminta agar Nyai Bagendit yang telah menyiram wajahnya dengan air, mendapatkan air yang dapat mendinginkan hatinya yang penuh kesombongan. semoga Allah mengabulkan doanya.
Tak lama kemudian, Aki Kamalir melihat titik-titik air berkumpul di langit. ia terus berjalan menuju ke arah perbukitan tak jauh dari desa. Namun karena tubuhnya lelah, Aki Kamalir pingsan. Ia ditolong oleh Sondang dan kawan-kawannya. Sondang kemudian mengajak Aki Kamari ke perkampungan baru yang ada di situ. Di langit awan semakin menggumpal, pertanda hujan akan segera turun.
Di Tempat pesta Nyai Bagendit pun sama. Langit menghitam sehingga para tamu pamit pulang. Nyai Bagendit bersedih karena makanan masih banyak. Tiba-tiba terdengar geledek. Dan kilat pun menyambar-nyambar dari langit. Tak lama kemudian hujan pun turun dengan derasnya. Karena hujan turun sangat deras, daerah itu pun kebanjiran. Semakin lama semakin tinggi, bahkan seluruh rumahnya tenggelam. Nyai Bagendit minta tolong, tetapi para centeng tak mampu menolongnya karena air sudah tinggi dan mengalir deras dari segala penjuru kampung.
Perlahan namun pasti, seluruh desa pun tenggelam. hujan terus menerus turun. Hujan baru berhenti keesokan harinya. Lereng perbukitan di luar kampung berubah menjadi telaga baru. Di pinggir telaga, tampak Sondang, Aki Kamalir, Mayangsari dan kawan-kawannya menyaksikan hal itu dengan prihatin. Sebuah pelajaran berharga untuk semuanya. Untuk mengenang perbuatan Nyai Bagendit, telaga baru itu disebut SITU BAGENDIT
0 komentar:
Post a Comment