Rasanya akhir-akhir ini tertarik menceritakan para hakim. Bukan apa-apa tergelitik dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi seputar hakim di negeri tercinta ini, :D. Hakim itu tangan kanan Allah memastikan hukum berjalan dengan benar di dunia. Tapi kok bisa tangannya Tuhan menyimpang dari kehendakNya. Biarlah Tuhan sendiri nanti yang memotongnya kalau mereka menyimpang.
Kisah di bawah ini menceritakan hakim yang bodoh. kok bisa orang bodoh diangkat jadi hakim. Bisa lah...kan rajanya sepupunya sendiri :D.
Alkisah disebuah negeri yang tak tersebut namanya (cencored :D) ada seorang hakim yang berkuasa di sebuah daerah. Hakim ini sering membuat keputusan yang aneh, nyeleneh dan bodoh. Tapi masyarakat disitu tak berani bertindak, maklum dia masih keluarga kerajaan.
Pada suatu malam yang sepi (zaman dulu selalu sepi ya, ga seperti sekarang) ada seorang pencuri yang mengendap-endap ke sebuah rumah. Dia hendak masuk ke dalam rumah tersebut melalui jendela samping. Malangnya, jendela tersebut ternyata belum terpasang dengan baik. saat pencuri memegang jendela, tiba-tiba jendelanya jatuh, si maling penuh jatuh ke tanah. guubraaak!!! nyaring suaranya membangunkan pemilik rumah. Sang pemilik berlari keluar rumah dan menemukan si maling sedang terlentang sambil merintih-rintih kesakitan.
"Siapa kamu?" tanya pemilik rumah.
"Haduuuh, sakit, tulangku patah",Si maling hanya melenguh kesakitan.
Ketika pemilik rumah melihat jendelanya rubuh tahulah dia bahwa yang tergelak itu maling.
"Kamu maling ya," kata sipemilik rumah sambil memegang baju maling tersebut. disaat bersamaan, para tetangganya berkumpul di rumah itu karena mendengar keributan tadi.
"Waaah, ada maling nih, gebukin aja biar kapok," teriak orang-orang. Kesal karena sering terjadi kemalingan di daerah itu.
"Jangan main hakim sendiri," tukas pemilik rumah, "kita laporkan ke hakim saja "terangnya
Orang-orang yang berkumpul kurang setuju, mereka tahu hakimnya seperti apa, mereka saling berbisik, paling juga bebas, gerutunya. Tapi karena si pemilik rumah keukeuh mau membawa si maling ke hakim, akhirnya mereka setuju.
Esok harinya, si pemilik rumah melaporkan maling tersebut kepada hakim. Hakim pun bertanya kepada maling tersebut yang dalam keadaan patah kakinya akibat jatuh dari jendela.
"Kamu maling ya?" tanya hakim
"Bukan pak Hakim, itu fitnah," jawabnya.
"Laah, itu laporan dari orang ini kamu maling, memangnya kejadiannya gimana?" lanjut pak Hakim
"Pak Hakim, lihat kaki saya yang patah kan, ini perbuatan orang itu Pak Hakim. waktu itu saya naik ke jendelanya orang itu, tiba-tiba jendelanya jatuh dan kaki saya patah. saya nuntut keadilan Pak Hakim." kata si pencuri.
Pak Hakim berkata kepada si pemilik rumah, "Hai pemilik rumah, melihat keterangan dari korban dan bukti bahwa kakinya patah, maka kamu bersalah dan akan di pernjara, kalau sampai orang ini meninggal, maka kamu akan di hukum gantung, Sidang di tutup, "Kata pak hakim sambil mengetuk palu tanda pengadilan selesai tanpa menunggu pembelaan dari si pemilik rumah.
Akhirnya si pemilik rumah terpaksa mendekam di penjara. Selang 3 hari, karena lukanya cukup parah akibat jatuh dari jendela, si maling itu meninggal dunia. Maka hakim kembali membuka persidangan dan memanggil si pemilik rumah. Setelah sampai di persidangan, hakim berkata kepada si pemilik rumah.
"Hai pemilik rumah, sehubungan korban jatuh kemaren meninggal dunia, maka kamu akan dihukum gantung," sambil hendak mengetuk palu.
Buru-buru si pemilik rumah menjawab, "Maaf tuan Hakim, saya tidak bersalah. Kalau pun benar dia jatuh dari jendela saya dan menyebabkannya meninggal maka yang patut dipersalahkan bukan saya."
Pak Hakim tidak jadi mengetuk palu, dia lantas bertanya kepada si pemilik rumah, "Memangnya siapa yang salah?Katakanlah!".
"Yang salah pasti yang masang jendela saya Tuan. Andai saja dia memasang dengan benar jendelanya, tak mungkin orang itu jatuh kan Pak Hakim?" jawab si pemilik rumah dengan cerdik.
Pak Hakim ngangguk-ngangguk, "Benar juga kamu, demi keadilan, pengawal panggilkan orang yang memasang jendela pemilik rumah ini!" perintahnya kepada pengawalnya.
Selang beberapa lama, hadirlah si tukang jendela. Hakim berkata kepada tukang jendela.
"Hai tukang jendela, benarkah kamu yang memasang jendela pemilik rumah ini,? tanyanya.
"Betul pak Hakim," Jawab si tukang jendela tanpa curiga.
"Kalau begitu, kamu harus dihukum mati," Kata Hakim
"Loh, apa salah saya pak Hakim, kok saya dihukum mati?" Tanya tukang jendela penuh kekagetan.
"Ya, kamu harus dihukum mati, sebab gara-gara kamu masang jendela ga bener, terus ada orang yang naik ke jendela itu dan jatuh hingga mati, maka kamu penyebabnya." Jawab Pak Hakim.
Tukang Jendela bingung, dan ia berpikir sebentar, ini hakim bodoh benar pikirnya, "Begini Pak Hakim, kalau soal itu, yang salah pasti bukan saya," terangnya.
"Kalau bukan kamu, siapa salah?" tanya Pak Hakim
"Seorang wanita yang berbaju merah Pak Hakim," Jawabnya
"Kenapa dia yang salah, apa hubungannya?" Tanya hakim
"Soalnya waktu itu, saya sedang memasang jendela siang-siang, eh dia lewat memakai baju merah, itu mengganggu konsentrasi saya Pak Hakim, siang-siang kok pake baju merah," Jelas si tukang jendela.
"Ya masuk di akal, pengawal, panggil wanita yang lewat pake baju merah. Yang lewat waktu dia masang jendela!" perintahnya kepada pengawal
Tak berapa lama, pengawal membawa wanita pemakai baju merah ke pengadilan. Hakim bertanya.
"Hai wanita, kamu kenal kedua orang ini?" tanya hakim
"Kenal tuan, mereka tetangga saya, yang satu orang kaya dan satu lagi tukang bangunan,"Jawab si wanita.
"Kamu pernah lihat tukang bangunan itu memasang jendela orang kaya ini saat kamu berbaju merah?" Tanya Hakim
"Benar, Pak Hakim, waktu itu saya pulang belanja lewat rumahnya, dan saya lihat dia lagi masang jendela," jawabnya
"Kalau begitu, kamu bersalah, gara-gara lewat pakai baju merah, jadinya si tukang ini ga konsentrasi, jadi masang jendelanya ga bener. Dan ada orang yang naik jendela orang kaya ini sampai terjatuh dan mati, kamulah penyebabnya. Kamu akan dihukum mati."
Si wanita kaget, tapi dia sudah tahu kalau hakim ini terkenal bodoh, dia menjawab dengan tenang, "Pak Hakim, yang harus dipersalahkan karena baju saya merah, bukan saya pak hakim. Pastinya tukang celup baju saya, kenapa dia memberikan celup warna merah, coba kalau warna putih atau kuning, ga akan ganggu orang."
Pak Hakim setuju dengan jawaban wanita itu, akhirnya dicarilah tukang celup baju. dan pengawal mendapatkan tukang celup baju yang badannya tinggi, dengan tinggi 2 meter lebih . Maka Hakim pun memutuskan bahwa si tukang celup baju itu. Dan si tukang celup tidak bisa memberikan jawabannya yang tepat. Maka diputuskanlah saat itu juga tukang celup digantung.
Algojo pun keluar dari pengadilan sambil membawa si tukang celup untuk di gantung. tak berselang lama dia kembali ke ruangan sambil tergopoh gopoh.
"Kenapa balik lagi, algojo," bentak pak hakim
"Maaf Tuan Hakim, tukang celupnya ketinggian, kemarin kita membuatnya untuk orang kaya, jadinya si tukang celupnya ga ngegantung," Jawabnya sambil ketakutan kena semprot hakim.
"Dasar bodoh kamu algojo, kenapa kau tidak cari tukang celup yang pendek, segera cari dan gantung dia," perintahnya
Akhir kisahnya yang kena gantung adalah seorang tukang celup yang pendek yang tidak tahu sedikitpun permsalahannya.
Semoga negeri ini jauh dari hakim-hakim yang demikian. Rasulullah bersabda bahwa kehancuran suatu kaum diawali dengan bagaimana hukum itu ditegakan. kalau hukum hanya tajam ke bawah, maka itulah tanda sebuah negeri akan hancur. Na'udzubillahi min dzaalik